RANA 1 - KLISE DELUSI

96 4 0
                                    

Hujan kali ini berisyarat lain,

Mereka datang dengan tawanan, seolah menunjukkan amarah

Kemudian meluap menjadi awan,

Musim kali ini bersemion beda;

Hanya karena lotus tak merekah seperti biasa,

Kemudian tanpa rekah seolah tak ingin rekah

Beginilah delusi,

Mereka menunggu Tuhan melipat tangannya

(Catatan tanpa nama)

Perempuan itu berjalan dengan membawa koper besar ditangannya. Baju yang sangat alegance, sepatu yang sesuai dengan warna bajunya. Berdandan sangat rapi, blezer cream, dengan rambut yang terurai bebas. Kaca mata hitam yang casual, dan make-up yang sempurna. Mendekati sebuah Yayasan Panti Asuh "Kasih Bunda". Dengan langkahnya yang pasti, dia mendekati bangunan tua itu. Mata yang sedikit basah karena genangan air mata yang tak sampai menetes itu ditahannya. Tiba ia didepan pintu utama, pintu masuk. Mengetuklah tangannya dengan penuh kesopanan dan mengucaplah salam dari bibir tipisnya.

"Assalamualaikum...!" suaranya yang begitu merdu, dan sopan membangunkan tidur siang penghuni yayasan itu.

"Waalaikum salam.." terdengar suara balasan dari dalam rumah. Perlahan pintu itu terbuka, dan terlihat sosok ibu tua yang membukakan pintu, detik waktu yang sangat singkat ia tau siapa yang ada dihadapannya saat ini, dengan rona wajah bahagia wanita tua itu berkata "Nak Kayla.... ya Allah Gusti, anakku..." Kayla menjabat tangannya dan mencium tangannya dengan penuh kasih dan kerinduannya. Tubuh Kayla dipeluk erat oleh wanita tua itu.

"Bunda.. aku sangat merindukanmu." Kayla meneteskan air matanya, Bunda, begitulah Kayla memanggil wanita tua itu pemilik Yayasan yang ia dirikan 30 tahun yang lalu. Yang merawat Kayla sedari bertubuh merah, hingga dewasa. Mereka melanjutkan langkah kakinya keruang tamu.

"Bunda sangat merindukanmu, kau sudah sangat dewasa sekarang. Bau tubuhmu sangat wangi. Lihat tubuhmu sekarang, sangat ramping, tinggi semampai. Selama ini bunda sangat mencemaskanmu, tapi doa bunda selalu ada untukmu, agar kamu selalu dilindungi Allah kemanapun kamu berada. Bagaimana ceritamu di Kota? Apa saja yang kau dapatkan disana? Pekerjaannya juga, apakah semua lancar" Bunda mengayunkan tangannya pertanda menyilahkan Kayla untuk duduk.

"Sebentar bunda buatkan susu hangat buatmu. Kamu duduk disini. Biar bunda siapkan makanan kecil buatmu" Kayla mengganggukkan kepadanya dengan mlempar senyum tipis untuk bunda.

Akan tetapi Kayla berjalan menuju dapur tempat bunda menyiapkan minum untuknya, "Bunda masih ingat menuman kesukaanku?"

"Ya sudah jelas, kamu anak bunda. Bagaimana bunda bisa melupakan itu. Pertanyaanku masih belum kau jawab, bagaimana hidup dikota? Apa yang sudah kau dapatkan dari sana?" dengan sibuk menuangkan susu ke gelas.

"Banyak, bukankah sudah aku ceritakan lewat surat. Bunda sudah baca kan?"

"Bukan begitu Kayla, bunda mau dengar langsung dari kamu,? Ya sudah lain kali saja, kamu minum susunya, terus mandi biar bunda masakkan makanan kesukaan kamu. Kamar kamu ditempat biasanya, kamar itu bunda jaga terus, supaya kalau kamu pulang sewaktu-waktu bisa kamu tempati langsung."

"Bunda... terimakasih" Kayla menggenggam tangan bunda dengan erat, dengan senyumnya yang tulus Kayla berterimakasih, ternyata orang lain bisa begitu dekat dengannya. Sangat dekat.

Kayla memasuki kamarnya dengan membawa semua barang-barang bawaannya, ia melihat dikamar kecilnya yang tidak ada perubahan sama sekali, mengingatkan dia akan masa kecilnya. Kayla berjalan mendekati ranjangnya, dengan tumpukkan boneka kecil diatas bantalnya, dan mendekati meja yang masih tertata rapi buku-buku bacaannya, jemari Kayla seakan mengamati buku-buku yang dikenalnya dulu, berhenti jemari itu pada buku harian merahnya. Diambillah buku itu dan dibacanya. Ia membuka lembar perlembar halamannya pelan-pelan.

KAYLAWhere stories live. Discover now