2. Thanks

1.1K 152 12
                                    

__Thanks__

Hatiku takkan berubah, tak akan pernah
Meskipun kau melupakanku

_________________________________






Setelah menamatkan pendidikan SMA-nya, Rose memutuskan untuk tidak melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. Alasannya ia hanya tidak percaya diri dengan bentuk penampilan tubuhnya pada masa itu. Wajahnya yang kusam, tubuhnya yang membengkak sudah pasti banyak yang menghinanya nanti. Dan mentalnya belum siap pada waktu itu.

Sosoknya yang tak terlihat dan dipandang sebelah mata, membuat rasa percaya dirinya mengikis hingga nyaris habis. Namun, presensi Eun Ha dan Ji Ho juga dukungan dari keluarganya yang tak pernah lepas menjadi hentakan semangat untuk membuatnya bangkit kembali. Rose tidak mungkin menyia-nyiakan waktu yang ada, membuang kesempatan di depan mata. Akhirnya, setelah hampir satu tahun lebih, Rose benar-benar berubah.

Penampilannya yang tak terlihat, kini membuat orang yang melihatnya tak bisa mengalihkan pandangannya saat pertama kali. Badannya kini tidak sebesar dulu, wajahnya kini tak sehitam dulu, meski jejak-jejak krisis percaya diri masih bersemayam. Sisa-sisa rasa itu terkadang masih singgah jika berhubungan dengan pria bernama Kim Min Gyu.

Perempuan itu menyebutnya dengan istilah Director's Cut. Sebuah harga yang harus ia bayar pada Tuhan. Mengubah sama artinya dengan mengulang dari awal. Dan itu adalah pilihannya. Segala pilihan, selalu ada resikonya. Resiko yang membayanginya adalah dipandang sebagai orang asing oleh pria itu.

Mungkin jika Rose muncul di hadapan Min Gyu dengan penampilan yang masih sama, Min Gyu akan mengenalinya. Ya, sebagai sosok yang familiar. Karena mereka pernah bertatap muka meski beberapa kali pertemuan. Tetapi, semua itu balik lagi mengenai pilihannya. Ia sudah memutuskan. Potongan dari Tuhan yang harus ia bayar adalah hadir sebagai sosok yang asing. Sosok yang tidak akan dikenal olehnya.

Sudah hampir satu jam ia duduk di ruangan ini. Ruangan yang menemaninya dalam kesendirian. Tempat menghabiskannya waktu selama beberapa tahun terakhir. Kanvas yang bercorak abstrak itu belum sepenuhnya sempurna. Niatnya ingin merampungkan apa yang ia mulai. Namun, jemarinya sungguh sudah berkonspirasi dengan sang benak. Pemikirannya terpacu pada beberapa kalimat yang diucapkan oleh Eun Ha dan Ji Ho.

Apa harus Rose bergerak terlebih dahulu? Namun, ia seorang wanita. Apa pantas seorang wanita bergerak terlebih dahulu?

Oke. Roseanne Park, sebaiknya lebih fokus pada acara pameran lukisan perdananya nanti. Ia harus menyiapkan satu lukisan yang nantinya akan dipamerkan pada acara puncak. Mengambil satu kanvas kosong untuk memulai pekerjaannya. Meskipun ada beberapa lukisan yang telah selesai, Rose belum menentukan mana saja yang akan ia kirim untuk pameran nanti. Rose belum memikirkannya atau barang kali ia belum ada yang pas.

Jemarinya mulai memegang kuas sedangkan tangan yang lain sudah memegang palet yang sudah bercampur beberapa warna dasar. Sempat meragu karena otaknya tak bisa fokus. Sempat tersendat karena beberapa kali pemikiran-pemikiran konyol itu terlintas. Hingga pada akhirnya Rose memilih pergi dan mengunjungi kakak sepupunya, Park Ji Min.

"Ros!"

Astaga! Untung saja keningnya tidak terbentur oleh pintu yang tiba-tiba saja terbuka dan menunjukan eksistensi ibu anak satu--yang tidak lain tidak bukan Ji Ho. Rose ingin berteriak memaki alasan kenapa wanita itu datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Untung saja Rose bisa mengendalikan pergerakan kakinya ketika alarm tanda bahaya menyala pada otak.

"GILA! Min Gyu mau tunangan minggu depan!"

Sepertinya Ji Ho berekpektasi terlalu tinggi. Ji Ho mengira Rose akan terkejut dan kemudian menangis panik karena cintanya selama ini pupus, tak ada harapan lagi. Namun, di luar dugaan, Rose malah menatapnya dengan tatapan seolah-olah berkata, 'Terus?' Seketika Ji Ho ingin menjitak kepala perempuan itu agar otaknya bisa berfungsi kembali.

Director's Cut [Mingyu-Rose]✔Where stories live. Discover now