Pasangan

145 7 2
                                    

            Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas, namun seperti biasa. Malas adalah kendala dari hampir setiap umat manusia termasuk juga aku. Namaku Alva panggil aja David. Ya benar, memang jauh sekali dari namaku. Tapi aku sering menggunakan nama David untuk menyamar sebagai tukang protesnya PLN kalau sedang listrik padam. Sebenarnya gak terlalu penting untuk menceritakan ini, tapi lanjut aja.

           Pagi ini adalah hari senin. Sungguh hari yang membosankan bagi para murid sekolah kebanyakan terutama murid SMA/K. Seperti biasa, hari ini upacara pagi dan harus memakai atribut lengkap seperti dasi, topi dan ikat pinggang. Aku bersekolah di sekolah negeri yang sangat menaati aturan. Jadi wajar saja kalau tidak memakai atribut maka akan kena hukuman. Dan sialnya hari ini topi milikku hilang diambil oleh teman-temanku yang bisa dikatakan sangat liar. Walaupun begitu mereka tetap teman-teman yang baik dan kompak.

Upacara selesai dengan aku yang tidak memakai topi. Tentu saja aku terkena hukuman dan terlebih lagi aku hitungan murid baru karena aku masih kelas 1 atau bisa dibilang kelas 10. Wali kelasku yang sangat garang dan buas itu datang karena menerima laporan dari Waka kesiswaan.

"Ini pak, murid bapak. Bagaimana ini, pak?"

"Biar saya yang tangani pak, selagi saya juga wali kelas mereka"

"Baik saya serahkan murid-murid bapak ke bapak"

Waka kesiswaan pun pergi.

"Sudah bapak sering bilang kalau kalian harus pakai atribut yang lengkap. Kan jadinya kalian dihukum"

Aku tertunduk diam dihadapan wali kelasku.

"Alva, kenapa kamu hari ini tidak membawa topi ke sekolah?"

"Topi saya hilang, pak"

"Jangan berbohong kamu! Katakan dengan jujur!"

"Saya tidak bohong, pak"

"Lantas bagaimana topimu bisa hilang?"

"Saya juga tidak tau, pak"

"Sudah jelas sekarang kamu bohong. Buktinya kamu tidak bisa menjawab pertanyaan bapak"

"Mohon maaf, pak"

Arya mengangkat tangannya. Aku menoleh kearahnya.

"Alva tidak berbohong. Saya yang mengambil topinya"

"Oh ya? Bagus sekali kamu jujur"

"Bukan hanya Arya, pak"

"Jadi siapa lagi yang mengambil topinya Alva?"

"Saya, pak"

Aku terkejut mendengar bahwa Dimas juga ikutan mengaku.

"Jadi kalian berdua berencana mengambil topinya Alva?"

"Iya, pak" kata Arya dan Dimas bersamaan

"Alva, pergi masuk ke kelas. Dan kalian berdua pergi ke pos satpam dan dorong pos satpam sampai Amerika"

Melihat mereka yang dihukum, aku menjadi merasa bersalah. Jadi aku ikut dengan mereka.

"Alva, kenapa kamu ikutan juga?" tanya Arya

"Sudah diam aja. Aku juga salah karena aku gak pakai topi"

Jadi kami bertiga berusaha sekuat tenaga mendorong pos satpam sampai Amerika. Kami bertiga diawasi oleh satpam sekolah, jadi kami tidak bisa melarikan diri dari hukuman.

RoleplayersWhere stories live. Discover now