Part II - Ruang

8 2 1
                                    


Kemarin adalah hari yang indah hilang dengan kepergian orang tuanya. Gadis kecil menangis. Ia berlari pada malam yang tenang. Dia jalan melalui lorong-lorong gelap. Dia melepas lelah di bawah pohon yang tawarkan keheningan, duduk di bangku penuh daun berguguran. Dia telah mengerti arti kehilangan, karena kemarin adalah hari yang indah hilang dengan kepergian ibu dan ayahnya.



Hari-hari yang aku jalani semakin membuatku terpukul, apa sebenarnya salah mereka? Pertanyaan itu menjadi do'a menjelang tidur dan momok di tiap hariku. Selama ini aku selalu mengalami mimpi- mimpi buruk. Dan menjadi hantu di tiap malamku, aku semakin tidak mengerti dengan diri ini. Kenapa mimpi-mimpi itu selalu datang di hari-hariku yang semakin suram ini. Sudah satu minggu ini aku masih penasaran dengan kematian orang tuaku, dan apa yang aku lakukan sama sekali diluar akal sehatku, tiap kali aku mempertanyakan hal ini sama Om ku, dia hanya menunjukan sikap yang sama sekali tidak mempedulikan aku, apa karena aku masih kecil? Iya benar aku masih 8 tahun sekarang, memiliki tubuh kecil dan tidak bisa marah ataupun mengurus ini itu tidak bisa dilakukan sendiri. Dia sama sekali tidak pernah menghargai ocehan dan luapan hatiku betapa sakitnya aku, setelah apa yang aku alami. Beberapa hari ini aku merasa bahwa tak ada tindak lanjut dari pihak yang berwajib? kenapa kasus ini masih belum terungkap juga sampai aku dewasa pun kasus ini masih belum bisa ditangani. Apa mungkin mereka menginginkan uang untuk dapat melanjutkan penyelesaian ini. Ternyata beginilah hukum di Negaraku Indonesia, apabila ada uang mereka jalan. Sungguh hal yang sangat tidak masuk akal, kenapa uang sangat berkuasa di Negaraku, sementara keadilan di sini sangat bergantung dengan uang. Tuhan mengapa mereka hidup bergantung pada uang, aku masih kecil dan aku rasa aku tidak sanggup mengungkapkan peristiwa ini sendirian ??

Tangisanku hanya dianggapnya tangisan anak kecil yang minta ini itu, tangisan rengekan seorang anak yang sangat merindukan dan sangat sendih tidak ada yang merasakan itu.

Mungkin bisa dikatakan aku mengalami gangguan depresi yang sangat berat, jika bayang-bayang itu muncul disela hari-hariku entah kenapa nafas dan irama detak jantungku tak beaturan, dan keringat dingin membasahi kepala dan seluruh badanku. Aku sangat berbeda dengan aku yang dahulu, tawaku yang aku muncul setiap waktu kini sama sekali tak ada dalam rona mukaku, begitu pula dengan hatiku yang sama sekali tidak pernah mau untuk tersenyum untuk diriku dan orang lain. Yang ada dalam hati saat ini, cuman mereka yang bisa buat aku tertawa dan tersenyum riang seperti dahulu. Kehidupanku hanya berada di ruangan yang sangat pengap ini.

Aku mulai merasakan hal aneh dalam diriku. Seolah aku tidak lagi mengenali siapa aku, beberapa hari belakangan ini aku merasa ada didalam diriku untuk melakukan hal yang sangat menolak nalarku. Aku semakin takut dengan diriku sendiri. Siapa lagi yang akan menjalani kehidupan seperti ini jika bukan diriku sendiri.

Malam itu, ketika hari kedua setelah kepergian ayah dan ibu, didalam kamar kecil rumah Om ku. Tepat dihadapanku sebuah buku dan pencil ditangan kananku. Aku membuat sebuah lingkaran terus melingkar melingkar dan melingkar, hingga buku itu berlubang tembus kebelakang. Aku tidak tahu dengan psikomotor dalam diriku. Rasa-rasanya ketika aku tersadar aku tidak pernah melakukan hal itu. Seperti di alam bawah sadarku.

Om ku memberikan aku kamar dengan ukuran yang sangat kecil, ruangan ini berada tepat dibawah anak tangga. Bahkan bisa disebut ruangan ini lebih pantas untuk bianatang piaraan. Di kamar ini bisa terdengar keras suara kaki yang menuruni anak tangga. Dan ventilasi udara yang sangat kecil dan juga ukuran yang sangat sempit. Yang hanya terisi tempat tidur dengan ukuran mini dan meja belajar yang hanya berhias vas bunga mawar plasticmodel. Cahaya sangat sedikit sekali masuk didalam ruangan ini, sehingga membuat ruangan ini menjadi lembab dan pengap, sementara tiap malam harus berselimut rapat karena begitu banyak nyamuk yang berterbangan baik di siang hari maupun malam hari. Makanan yang tiap kali aku santap adalah sisa dari masakan yang hampir busuk. Apabila aku tidak memakannya maka dia akan memaksaku agar makanan itu masuk kedalam mulutku. Dengan terpaksa aku menelan, karena aku takut dengan tamparan yang selalu Om ku berikan kepadaku.

KAMELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang