Prolog

779 42 1
                                    




Angin berhembus agak kencang, menggoyang dahan-dahan pohon yang rapuh, membuat dedaunannya melambai-lambai sebelum akhirnya terlepas dari dahan itu. Membawanya terbang berputar sebentar di udara dingin sore itu, sebelum jatuh tepat di dekat tiga orang laki-laki muda yang sedang berdiri memandang matahari terbenam dan kota kecil di bawahnya.


"Itu indah sekali." Seru salah seorang dari mereka, menunjuk matahari terbenam di ufuk barat dengan pandangan mata berbinar kagum.

Dua yang lain tersenyum dan mengangguk menyetujui.

"Tidak seburuk yang kita kira rupanya ? tempat ini maksudku." Ucap yang lainnya, sebut saja laki-laki kedua.

"Ah, memang tidak seburuk yang kita kira, Ray memberitahuku, tempat ini bisa menjadi tempat yang sangat nyaman, orang-orang yang tinggal di sini yang justru merusak tempat ini." Tutur yang lain, sebut saja laki-laki ketiga.

"Wah. Perjalanan singkat Ray dulu rupanya sangat berguna ya. Bahkan dia bisa membuat ramuan agar kita bertahan di sini." Ucap laki-laki pertama, nadanya menyiratkan sebuah kekaguman.

"Untung, kan. Kalau tidak ada ramuan itu dan macam-macam ramuan lain yang dia berikan, kita pasti tidak bisa bertahan di sini, apalagi berbaur dengan orang-orang di sini. Udaranya, benar-benar menyesakkan." Laki-laki kedua berkata, agak mengernyit saat dia mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Ingat tugas kita sekarang, kita harus menemukan orang itu, kita harus menyelamatkannya, dengan begitu, kita bisa menyelamatkan rumah kita." Ucap laki-laki ketiga.

Mereka terdiam sejenak, laki-laki pertama masih asyik memandangi matahari yang kini semakin tenggelam di ufuk barat, menikmati tiap warna indah di langit yang ditimbulkannya, sementara yang lain justru menatap kumpulan bangunan di kota kecil di bawah bukit itu, kerinduan yang sangat mendalam terlihat jelas di mata mereka yang kini bergerak ke kanan dan ke kiri seolah sedang mencari.

"Uhuk uhuk." Si laki-laki pertama terbatuk. "Aduh, perlu sering-sering minum ramuannya." Ucapnya, meneguk cairan dari botol minum yang sejak tadi ada dalam genggaman tangan kanannya, dengan dua orang lain memperhatikannya.

"Dia hidup di sini, di tempat ini, bagaimana caranya bertahan ?" ucap laki-laki kedua, ada nada khawatir dan cemas dalam kalimatnya.

Yang lain tersentak oleh ucapan laki-laki itu, mereka saling berpandangan, lalu laki-laki ketiga berkata, "kita tahu dia masih hidup, kita harus cepat menemukan dia."

FARAREFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang