FARAREFIA Part 5

338 24 0
                                    




          

Bel pertanda pelajaran akan dimulai baru saja berbunyi, Sivia dan Oik masih asyik mengobrol di tempat duduk mereka sambil menunggu guru masuk dan memulai pelajaran.

"Syukur deh ya, Siv, Kak Alvin mau bantuin lo, lo jadi punya kesempetan deket sama Kak Gabriel." Kata Oik.

Sivia yang masih tersenyum sejak bertemu Alvin tadi menjawab, "iya, gue bersyukur banget, ahhh ... Kak Gabriel...,"

"Ih gitu banget yang lagi seneng." Balas Oik.

"Eh iya, Acha ke mana sih? gue kan mau cerita sama dia." Kata Sivia.

"Iya, dari tadi gue ga liat Acha, ini juga kan udah bel, tapi dia belum keliatan juga." Kata Oik tak kalah heran.

Belum juga Sivia membalas ucapan Oik, Bu Winda sudah memasuki kelas dan memaksa mereka menghentikan obrolan mereka.

Septian memimpin teman-temannya untuk membaca doa dan memberi salam, setelahnya tidak ada lagi yang berani bicara.

"Permisi, bu. Maaf saya terlambat." Tiba-tiba Acha muncul dan menghampiri Bu Winda lalu memberikan secarik kertas keterangan dari guru piket.

"Ya sudah kamu boleh duduk, tapi jangan diulangi lagi ya." Suruh Bu Winda.

"Iya, bu." Balas Acha lalu berjalan ke bangku di belakang Oik dan Sivia.

Oik dan Sivia langsung menoleh saat Acha sudah duduk di tempatnya, mereka melihat ke arahnya dan langsung menyadari ada yang tidak beres dengan teman mereka itu.

***

Alvin menyusuri koridor dengan langkah gontai, panggilan Gabriel terus terdengar dari dalam kepalanya, tapi tak dia hiraukan. Dia masih perlu sendiri, masih perlu memikirkan apa yang baru saja terjadi.

Benarkah dia menyukai Sivia? gadis yang bahkan belum pernah bicara padanya. Benarkah dia menyukai Sivia? hanya karena dia melihat tulisan-tulisan tangan gadis itu?

Iya, dia menyukainya.

Jawaban itu muncul begitu saja, tanpa hambatan.

Kini Sivia menyukai Gabriel, kakaknya sendiri. Dia merasa dia bertukar posisi dengan Gabriel. Ya, keadaan ini persis seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Saat di mana Gabriel menyukai Shilla, sementara Shilla menyukai dirinya. Kini Alvin bisa mengerti bagaimana perasaan Gabriel waktu itu.

Waktu itu Gabriel meminta Alvin untuk menerima Shilla dan berusaha mencintainya. Alvin tidak melakukannya, karena menurutnya Shilla hanya akan bahagia bersama Gabriel, orang yang mencintainya. Kini apakah yang harus Alvin lakukan? apakah ia harus melakukan hal yang sama seperti yang Gabriel lakukan? meminta Gabriel untuk menerima Sivia?

Tidak. Dia tidak akan melakukannya, dia tahu hanya dia yang bisa membahagiakan Sivia, bukan Gabriel, karena dia mencintai Sivia, sementara Gabriel tidak.

Setelah membuat keputusan dan menenangkan hatinya, Alvin berjalan menuju koridor belakang perpustakaan, tempat di mana Gabriel memintanya untuk datang.

***

Bel tanda pelajaran akan segera dimulai baru saja berbunyi, namun Gabriel dan Cakka sudah memutuskan tidak akan memasuki kelas. Mereka kini duduk di lantai koridor belakang perpustakaan yang jarang dilewati orang.

"Lo tau dia sakit apa?" Tanya Gabriel cemas.

Cakka menggeleng, "Gatau, tapi gue udah tau namanya, namanya Rio." Jawabnya.

"Rio, Rio...," Gumam Gabriel tanpa jelas apa tujuannya mengucapkan nama itu terus-menerus.

Cakka yang sejak tadi hanya diam memperhatikan Gabriel, kini mulai bosan dan bermain sendiri, dia mengerak-gerakkan tangannya dan membuat semacam pusaran angin kecil di tangannya.

FARAREFIAWhere stories live. Discover now