[ BAGIAN SATU: KEHANCURAN - 1 ]

12 2 0
                                    

ARIANA Schazovsky atau yang biasa dipanggil Ari, baru saja bangun dari tidurnya saat mendengar bunyi bom yang meledak.

Segera saja, gadis itu terbangun dari tidurnya, kemudian langsung keluar dari kamar mungilnya.

"Ayah, Ibu, ada apa?" Tanya Ariana, pada orangtuanya.

Ayahnya, menggeleng pelan.

Tidak tahu.

Ibu Ariana—Shay, mengelus kepala Ariana, dan adik perempuan Ariana, Becky—yang masih berusia 10 tahun.

Ariana menghela nafas panjang.

Ini sudah tahun ketiga semenjak perang antara wilayah tempat tinggalnya, Shijkala dan wilayah tetangga Hardzikya dimulai.

Padahal dulu, jauh sebelum perang ini ada, negara Draveja hidup dengan tenang, damai, dan bahagia.

Tapi semenjak, Raja Hisna III, meninggal dunia tiga tahun yang lalu, Draveja menjadi kacau balau.

Raja Hisna III memang tidak mau menikah, dan tidak punya anak.

Bahkan, mengadopsi anak saja, beliau tidak mau.

Apa mungkin ia sudah merencanakan kehancuran Draveja sejak lama?

Setiap harinya, ribuan warga sipil dari kedua wilayah mati, karena keegoisan kedua pihak.

Begini, saat awal Draveja dibentuk, tugas Para God's of World hanya memutus pertikaian yang terjadi antara Shijkala dan Hardzikya—pertikaian besar, yang kedua wilayah tak mampu hadapi.

Ibaratnya, sebagai penengah.

Sementara itu, masing-masing wilayah memiliki pemimpin tertinggi, semacam perdana menteri—pada masa millenial dahulu.
Tapi, namanya bukan perdana menteri, melainkan Jenderal.

Wilayah Shijkala, dipimpin oleh Jenderal Hyu.
Sementara wilayah Hardzikya dipimpin oleh Jenderal Xayed.

Jenderal itu menjadi pemimpin di wilayah mereka masing-masing, yang semuanya bertanggung jawab pada God's of World.
Mereka yang bertugas dalam semua aspek kehidupan.

Namun, sejak perang antar-wilayah dimulai, kedua Jenderal itu malah menghasut rakyat mereka untuk mendukung para jenderal, supaya bisa memenangkan peperangan.

Dan, yah, sampai sekarang, perang masih terus berlanjut, tidak tahu kapan akan berhenti.

"Kalian tunggu saja di dalam, jangan kemana-mana. Ayah mau mengecek dahulu apa yang telah terjadi," Kata Ayah Ariana, Jovrey.

Istri, dan kedua anaknya mengangguk.

Kemudian, Jovrey pun meninggalkan rumah kecil mereka, mengecek apa yang baru saja menghujam komplek perumahan Homey State.

Keluarga Ariana bukanlah keluarga kaya, bisa dibilang sederhana.

Bahkan, masuk dalam kategori miskin.

Jangan kira Homey State adalah komplek perumahan elit, dengan rumah-rumah yang megah dan besar.

Homey State masuk ke dalam salah satu wilayah paling memprihatinkan di Shijkala.

Shay menatap kedua anaknya dengan tatapan sendu.

"Kita akan baik-baik saja," Kata Shay sambil tersenyum menenangkan.

Becky memeluk satu-satunya boneka yang ia punya lebih erat, Bonnie si beruang usang.

Sementara Ariana, gadis itu menggigit bibir bawahnya lebih keras, khawatir.

Apa saja bisa terjadi di luar sana, bukan?

Bagaimana dengan Jovrey, bagaimana dengan teman-teman, sanak-saudaranya.

Apakah mereka selamat?
Apakah mereka masih hidup?
Apakah mereka terluka?

Suara derit pintu kayu yang berbunyi, membuat Ariana kembali tersadar.

"Hardzikya, kembali beraksi. Mereka mem-bom distrik Firja. Distrik terdekat dari distrik kita, Hivya. Genjatan senjata sudah dihentikan," Lapor Jovrey kepada keluarganya.

Ariana menghela nafas.

Hidupnya sangat berat.

Perang antar-wilayah ini sangatlah berbahaya.

Senjata nuklir yang mematikan, seperti sudah menjadi mainan sehari-hari para tentara.

Untung saja, sejak awal negara Draveja terbentuk, senjata nuklir sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga efeknya tidak semengerikan pada zaman milenial dulu.

Memang efeknya masih menghancurkan, tapi radiasinya bisa ditangkal, sehingga sedikit tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar.

"Ibu," Panggil Ariana.

Shay menoleh, kepada putri sulungnya.

"Aku sudah berusia 18 tahun. Akan tiba saatnya ketika aku harus maju ke medan perang untuk menjadi para medis, dan mengobati para tentara yang terluka. Apa aku akan siap, Bu? Kudengar, katanya mengerikan sekali, Ibu. Apa aku akan siap?" Tanya Ariana.

Memang, sudah menjadi tugas wajib bagi perempuan yang sudah berusia 18 tahun untuk menjadi para medis, atau bagi mereka yang sedikit beruntung—dan kaya, mereka masih bisa menikmati kehidupan seperti biasa.

Shay tersenyum kecil. "Kau anak Ibu yang pintar, Ari. Kau pasti bisa."

Mau tidak mau, Ariana tersenyum kecil, menanggapi perkataan Shay.

"Terimakasih, Ibu," Kata Ariana, tersenyum manis. Kedua lesung pipi-nya terlihat.

"Sama-sama" Jawab Shay.

Kalian pasti tahu Perang Dunia I, dan Perang Dunia II, kan?

Hah, perang antar wilayah Shijkala dan Hardzikya jauh lebih mengerikan daripada yang kalian bayangkan.

Anggap saja—pada masa milenial—ini adalah Perang Dunia ke-III.

• • •

01 / 07 / 2018

Love. Xx
_darksides

THE FIGHTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang