[ BAGIAN SATU: KEHANCURAN - 4 ]

5 0 0
                                    

RYUJI menatap peta wilayah Shijkala sampai ke perbatasan Orvak—perbatasan antara Hardzikya bagian barat dan wilayah paling timur Shijkala.

Otaknya terus menerus memikirkan strategi yang tepat untuk menghancurkan pertahanan Shijkala.

Kedua alis tebal Ryu tertaut. Berpikir keras.

Ia harus memikirkan rencana selanjutnya.

Dua hari lalu, pihaknya baru saja menyerang wilayah distrik Firja—di Shijkala dengan tiba-tiba, hanya selang beberapa jam setelah genjatan senjata berakhir.

Pastilah, pihak lawan tidak akan tinggal diam mengingat cukup banyak korban sipil dalam penyerangan pertama Hardzikya terhadap Shijkala setelah genjatan senjata berakhir.

Suara ketukan dari pintu utama ruang kerjanya, membuat Ryu otomatis berkata, 'masuk.'

Kedua sahabat Ryu, Mayor Arzani dan Letnan Petra, datang untuk mengajak Ryu makan siang.

"Ryu, sampai kapan kau akan terus meratapi peta itu? Mereka tidak akan membatalkan serangan balik hanya dengan kau terus-menerus meratapi peta tersebut," Kata Arzani.

Ryu yang sadar dengan kedatangan dua sahabatnya, langsung menatap Arzani dan Petra tajam.

Mata hitam Ryu yang setajam elang, menusuk hingga ke ulu hati bagi siapapun yang menatapnya.

"Kalian sebaiknya diam saja. Apakah kalian tidak melihat? Aku sedang menyusun strategi," Kata Ryu, acuh tak acuh.

"Ya, kami tahu. Kau sedang menyusun strategi. Tapi sebaiknya kau makan siang lebih dahulu. Agar bisa lebih fokus. Kita bisa membicarakan ini pada pertemuan dengan Jenderal Xayed nanti," Kali ini, Petra yang angkat bicara.

"Kau ingin membuatku mati, hah?! Aku bisa saja dikeluarkan kalau tidak menemukan strategi yang tepat," Kata Ryu, bangkit berdiri.

Frustasi.

"Yeah, aku tahu itu, Ryu. Tapi apa? Sudah berapa lama kau menghabiskan waktu untuk memikirkan strategi yang tepat. Namun, apa hasilnya? Kau sedang buntu, Ryu. Sedang buntu. Sebaiknya kau ikut makan siang bersamaku dan Petra. Ayolah, terkadang lapar bisa mempengaruhi pikiran seseorang." Kata Arzani.

Ryu menghela nafas, menggulung kembali peta yang terhampar di mejanya.

Memilih mengikuti saran sahabatnya.

Ketiga manusia itu pun keluar dari ruangan Ryu.

Mayor Arzani dan Letnan Petra sama-sama masih muda. Usia mereka baru menginjak angka 24 tahun ini.

Bersama-sama dengan Ryu, mereka bertiga merupakan orang-orang termuda yang berhasil menembus ketatnya persaingan untuk mendapatkan posisi militer di Hardzikya.

Arzani menepuk pundak Ryu lumayan keras. "Ryu, ayolah, kau terlalu serius. Aku dan Petra baru saja membicarakan kecantikan wanita-wanita di distrik Zhakeya. Kau tidak berniat mengambil salah satu dari mereka sebagai istri, hm?"

"Aku belum mau menikah, Arzani. Aku bahagia dengan kesendirianku sekarang," Tolak Ryu.

"Lalu, kapan kau mau menikah, Ryu?" Tanya Petra.

"Aku akan menikah, kalau perang ini sudah berakhir. Dengan wanita yang benar-benar kucintai." Jawab Ryu.

Sontak, tawa langsung terdengar dari Arzani dan Petra, memecah keheningan di sepanjang lorong yang mereka lewati.

THE FIGHTERजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें