Bagian 2

51.5K 856 21
                                    

Memasuki bulan ketiga bekerja di proyek ini, Dimas semakin hapal dengan rutinitas yang harus dikerjakan olehnya. Pak Tri sebagai atasan pun semakin senang karena dengan adanya Dimas maka beban kerja yang terasa berat dan memang bukan porsinya untuk dikerjakan olehnya sudah banyak diambil alih oleh Dimas sehingga Pak Tri bissa berkonsentrasi lebih mengerjakan pekerjaan lain dan berefek dengan atasan Pak Tri pun semakin senang dengan hasil ini. 

Hampir tiap hari semenjak audit selesai dikerjakan, Dimas pulang selalu malam hari, hal ini dikarenakan semakin banyak pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya dan membuatnya harus mengerjakannya terkadang sampai larut malam. 

"Dimas, lantai tiga ada ruangan kosong, basically sih belum ada yang kerja di lantai tiga, saya sudah minta Ujang untuk membereskan lantai tiga dan nanti kamu kalo ada waktu keatas buat milih kamu mau duduk disebelah mana," Pak Tri berkata pada Dimas sambil menandatangani surat-surat yang harus ditandatanganinya. 

"Kita pindah, pak? Finance sama Accounting pindah ke lantai tiga?," Dimas bertanya dengan nada sedikit bingung karena terasa sekali mendadak perintah ini. 

"Oh nggak, kamu aja yang pindah karena ruangan kamu yang sekarang ngga akan cukup untuk menaruh banyak file-file. Pak Rian kemarin bicara sama saya, beliau minta tolong untuk kamu mengerjakan laporan-laporan yang diperlukan kantor pusat untuk audit," kata Pak Tri kepada Dimas, "karena hasil audit kita kemarin bagus jadi Pak Rian sudah minta kepada saya supaya kamu membantu membereskan laporan-laporan kantor pusat sebelum diaudit."

"Oh siap, Pak. Mangga kalo begitu. Jadi saya sendirian di lantai tiga, Pak? Ya ngga apa-apa. Kapan rencananya file-file berdatangan?."

"Rencananya sore nanti."

Jelang sore benar apa yang dikatakan oleh Pak Tri sekitar pukul 5 sore ketika para karyawan selesai bekerja dan bersiap-siap untuk pulang, file-file yang dikatakan oleh Pak Tri dating dari kantor pusat dengan menggunakan satu buah mobil box. 

Dimas yang diserahi tanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan tersebut kemudian meminta tolong kepada Ujang agar membantunya membereskan file-file itu dan mengangkatnya ke lantai tiga.

"Ujang, bisaa minta tolong ke dua atau tiga orang kuli dari proyek untuk ngangkut kotak-kotak ini ke lantai tiga? Nanti saya kasih uang rokok kok," kata Dimas kepada Ujang. 

"Siap, Kang Dimas. Nanti kalo udah beres diangkat keatas, Ujang laporan sama Kang Dimas." 

Dua jam kemudian Ujang menghampiri Dimas di ruangan lamanya. 

"Kang Dimas, semua kotak sudah diatas. Kang Dimas mau minta tolong apa lagi sebelum saya suruh kuli-kuli itu balik ke proyek," kata Ujang kepada Dimas. Dimas yang sedang konsentrasi pada hitungan yang ada di layar komputernya kemudian mendongakkan kepalanya. "Sip. Saya 5 menit lagi keatas, 'jang, tolong jangan suruh balik dulu." 

Sesampainya diatas Dimas menahan napas melihat pemandangan didepan matanya. Tampak dua orang kuli masih muda usia kisaran 18an dua-duanya. Yang satu memakai kemeja yang bagian lengannya sudah digunting sehingga menjadi kemeja tanpa lengan dan semua kancingnya dibuka sehingga menunjukkan dadanya yang terbentuk sempurna dan berkeringat dengan kemeja yang menempel dibadannya karena basah oleh keringat. Yang satu lagi tidak memakai kaos alias bertelanjang dada, dengan kulit hitam terbakar, nipple yang hitam dan tegak dan basah oleh keringat. 

"Astaghfirullah. Kenapa AC ngga dinyalain, 'jang? Kasian atuh ini akang-akang semua kepanasan jadinya," kata Dimas pada Ujang, "gimana ih kamu teeeh?"

"Kang DImas ngga nyuruh jadi sayah ngga berani nyalain AC," jawab Ujang.

Dimas kemudian geleng-geleng kepala mendengar jawaban office boy-nya. Kemudian tak lama Dimas asyik memberikan perintah pada dua orang kuli yang diperbantukan dari proyek itu untuk memindahkan ke bagian mana-mana dari setiap kotak sehingga menjadi satu penyusunan yang benar jika ingin memulai pekerjaannya. Min dan Asep kemudian menggeser-geser kotak ke arah susunan yang diminta oleh Dimas dibantu juga oleh Ujang. 

UJANGWhere stories live. Discover now