Bagian 15

25.7K 611 48
                                    

Sudana adalah mantan anggota TNI. Badannya terbentuk karena tempaan latihan milter dengan dada bidang, berkulit agak coklat dan rambut pendek serta selalu memakai kalung kuku macan yang tak pernah lepas darinya.

Karena hubungan gelapnya dengan istri komandannya yang kemudian diketahui oleh komandannya, sang komandan kemudian membuat satu kabar fitnah yang menyebabkan Sudana dipecat oleh kesatuannya.

Semenjak dari situ hidupnya luntang-lantung. Sudana belum menikah. Usianya 47 tahun tapi karena perawakannya terkadang orang menyangkanya dia baru berusia 30an.

Ayahnya orang Bali sementara ibunya asli dari Bandung. Tapi Sudana tumbuh besar dan berkembang di Jakarta. Kemampuannya berbahasa Bali dan Sunda tidak begitu bagus, mengerti tapi tak bisa bicara dalam kedua bahasa tersebut dengan lancar. Mungkin karena ia besar di Jakarta.

Tugas terakhirnya sebagai anggota TNI kebetulan ditempatkan di Jakarta. Ia tinggal di rumah komandannya sebagai ajudan merangkap supir. Orang tua Sudana sudah sejak lama pindah ke Bali. Ayahnya memutuskan untuk menghabiskan hari tuanya di Bali dengan membeli sawah dari uang tabungan selama bekerja sebagai PNS.

Hubungan Sudana dengan istri mantan komandannya mulai terjadi sejak sang komandan sering menyuruhnya untuk menemani istrinya sehari-hari karena sang istri ini setiap kali dikasih supir selalu saja merasa tidak cocok. Sampai kemudian sang suami ini akhirnya sering menyuruh Sudana untuk membantu istrinya jika sudah mendrop ia di kantor. Sudana tadinya tidak berpretensi apa apa, sebagai anak buah dia hanya menjalankan perintah sang komandan.

Hari demi hari dilalui, ada aja alasan sang istri untuk bisa ditemani Sudana pergi. Sang suami yang tidak memiliki prasangka apa apa pun mengijinkan dan kerap kali meminta Sudana untuk mengawal sang istri.

"Ibu kayaknya cocok sama kamu. Jadi kamu harap sabar yaa melayani saya dan ibu. Saya pusing tiap kali saya kasih supir selalu aja ada salahnya. Semenjak sama kamu, dia ngga pernah protes. Kuping saya adem," demikian omongan sang komandan padanya. Sudana hanya tersenyum dan mengangguk.

Setelah berjalan tiga bulan, Sudana mulai merasakan ada yang aneh dengan tingkah laku istri komandannya. Dirasanya perhatian istri komandannya ini berlebihan terkadang dan membuatnya bingung bagaimana mensikapinya. Sampai kemudian pada suatu hari komandan harus berangkat keluar kota karena ada tugas negara yang harus dijalankan.

"Ma, papa harus keluar kota ikut rombongan Pangdam."

"Eh, Pa, berapa lama? Mama harus ikut?."

"Enggak, Ma, ngga ada istri yang ikut. Kalo istri pangdam ikut mama yaa ikut juga tapi ini surat perintahnya hanya papa aja yang berangkat."

"Oh ya udah, mama di rumah saja kalo gitu."

"Mama kalau perlu apa-apa sama Sudana, dia saya tinggal biar mama ada yang anter kesana kemari kalo mama perlu keluar."

Sang istri tersenyum penuh arti dan hanya mengucapkan kata iya.

Sore itu selepas mengantar komandan ke airport, Sudana kemudian kembali ke rumah. Sampai di rumah ditemuinya rumah dalam keadaan gelap. 'Pada kemana sih ini orang-orang? Rumah kok gelap gini.'

Sudana kemudian memanggil manggil pembantu dan tukang kebun yang biasanya jam segini mereka lagi mengaso setelah seharian bekerja. Tak ada yang menyahut. Sudana kemudian menyalakan lampu-lampu luar setelah itu ia masuk ke dalam rumah, dinyalakannya lampu-lampu rumah yang biasanya menyala kalau malam hari. Sudana sudah hapal betul bagian mana yang harus dinyalakan lampu lampunya.

Ketika dia hendak menyalakan lampu dapur, dia melihat sosok seseorang sedang berdiri didepan kulkas dan tampaknya sedang berusaha untuk mengambil gelas dari lemari gelas disamping kulkas. Sudana kemudian menyalakan lampu dapur. Orang yang sedang mengambil gelas tersebut terkejut dan tak sengaja melepas gelas yang dipegangnya. Praaannggg ..

UJANGWhere stories live. Discover now