Part 1

386 49 33
                                    

29 April

Tampaknya, sudah cukup lama aku tidak menulis. Terlalu banyak yang terjadi akhir-akhir ini dan aku tidak sempat menuliskannya. Baiklah, aku akan menceritakan segalanya secara singkat saja.

Hyomin, Boram, dan aku pindah sekolah. Boram kembali ke SMA lamanya bersama Sungyeol dan Hyeri, sedangkan Hyomin dan aku pindah ke sekolah yang jaraknya cukup jauh. Ada beberapa alasan mengapa kami memutuskan untuk pindah sekolah. Meskipun Seungho Oppa bukanlah alasan utama, ia tetap menjadi salah satu pertimbangan kami. Aku tidak ingin Oppa mencariku ke sekolah, aku tidak yakin bisa menghadapi itu. Aku belum melihatnya lagi sejak malam itu. Aku belum siap menemuinya.

Alasan utama kami adalah Lee Jaejoong. Keluarga Kim telah berkali-kali memperingatkanku agar tidak lagi berurusan dengan Jaejoong. Dia licik, kejam, dan berbahaya. Namun, aku rasa Jaejoong memiliki sisi lain yang... baik? Saat aku 'amnesia' di Pyeongyang, dialah yang membantuku, merawatku, dan menjagaku agar tetap aman. Jika aku mengatakan ini di depan keluarga Kim, mereka tidak akan memercayainya, karena bagaimana pun juga, Jaejoong sendiri lah yang membuat pikiranku kacau balau kala itu. Apakah masih ada secercah harapan untuk Lee Jaejoong? Mungkinkah jauh di dalam hatinya ada keinginan untuk berubah?

+++

"Jiyeon!" seru Myungsoo sambil mengguncang tubuh gadis itu.

"Oppa.... Seungho Oppa..." gumam Jiyeon tidak tenang. Kepalanya menggeleng ke kanan dan kiri, sedangkan keningnya berkerut dalam.

Myungsoo masih berusaha untuk terus membangunkannya. Meski dikatakan hanya bunga tidur, tetap saja tidak baik membiarkan seseorang terjebak dalam mimpi buruknya. Apakah mimpi buruk kala itu masih sering menghampiri Jiyeon? Atau jangan-jangan pengaruh Lee Jaejoong masih belum hilang sepenuhnya?

"Argh!" Sembari mengerang keras, akhirnya Jiyeon berhasil membuka sepasang matanya.

Melihat itu, Myungsoo langsung menariknya dalam dekapannya. "Gwenchana, Jiyeon ah... Kau baik-baik saja..."

"Myungsoo..." Jiyeon balas memeluknya dengan erat. Ia sangat bersyukur mendapati pria itu ada di sampingnya saat ini.

Myungsoo mengelus rambut panjang Jiyeon dengan lembut. Dapat ia rasakan tubuh Jiyeon yang perlahan mulai tenang dan tak lagi gemetar. "Mimpi buruk?"

Jiyeon mengangguk. "Lagi."

"Lagi?" Kening Myungsoo berkerut dan ia melepaskan pelukannya untuk memandang sang gadis. "Jiyeon, sudah berapa kali kau mengalami mimpi buruk itu lagi?"

Jiyeon menatap Myungsoo dengan sedih. Sebenarnya, ia tidak ingin memberi tahu Myungsoo tentang hal ini. Namun, rasanya Jiyeon juga sudah tak sanggup lagi menutupi ini darinya. "Setiap malam..."

"Jiyeon..." Myungsoo kembali menariknya dalam pelukan. "Mengapa kau tidak memberitahuku tentang ini, hm?"

Jiyeon mendongakkan kepalanya dan menatang lelaki itu. Tangan kanannya menyentuh pipi sang namja, sementara dahinya ditempelkan pada dahi Myungsoo. "Aku tidak mau membuatmu khawatir."

Justru dengan begini, kau membuatku lebih khawatir. Myungsoo tidak menyuarakannya, ia mencoba memahami keputusan yang dianggap Jiyeon terbaik untuk mereka. Toh, sekarang ia sudah tahu. Tangan kanan Myungsoo menyentuh pipi Jiyeon dan ia menatapnya teduh. "Apakah ini mimpi yang sama?"

"Kali ini menyangkut Seungho Oppa..."

Kening Myungsoo kembali berkerut kala mendengar nama plus embel-embel tabu itu. "Itu hanya mimpi."

The ChoiceWhere stories live. Discover now