Part 9

218 30 32
                                    

Orang-orang berdatangan ke ruangan itu. Seseorang menjerit dan kepanikan menyebar. Hampir semua orang berusaha keluar, saling tarik dan dorong, serta menerobos sekat pembatas agar tak lagi harus melihat sosok tak bernyawa di altar.

"Nyalakan lampu!" seru Hyomin setelah menarik Jiyeon menjauhi altar dan kubangan darah itu.

Saat lampu menyala dan beberapa panitia memasuki ruangan untuk mencari tahu apa yang terjadi, Hyomin tak ingin waktu dihabiskan untuk kaget atau panik. Mereka adalah panitia dan panitia harus bisa mengendalikan situasi acara walau hal terburuk sekalipun terjadi.

"Sunhwa, cepat telepon ambulans. Leo, hubungi polisi," perintah Hyomin. Sebenarnya, mengingat bahwa pelaku pembunuhan ini 100% adalah vampir, ia tak ingin mengundang ambulans dan polisi ke TKP. Namun, insiden ini telah disaksikan oleh banyak pasang mata dan sebagai ketua panitia, Hyomin harus menyelesaikan masalah di event-nya ini dengan cara manusia pada umumnya.

Ia mengedarkan pandang dan tidak mendapati adanya orang dewasa selain Guru Cho yang sudah tergolek tak berdaya. Tidak ada yang bisa menangani situasi ini layaknya orang dewasa. Bahkan, salah seorang panitia langsung muntah ketika melihat mayat untuk pertama kalinya dalam seumur hidup.

Hyomin tak memiliki waktu untuk mencari tahu pelaku pembunuhan saat ini, otaknya berputar untuk memikirkan apa langkah yang harus dilakukan selanjutnya. "Seokjin, bawa semua pengunjung keluar. Semua orang kecuali panitia keluar!"

Setelah beberapa orang suruhannya melakukan tugas masing-masing, Hyomin berbisik kepada Jiyeon yang masih tampak syok. "Hyomin, aku..."

"Tidak apa-apa," sela Hyomin, tahu apa yang melintas di pikirkan Jiyeon kali ini. "Telepon Myungsoo, minta dia untuk menjemputmu sekarang juga. Ceritakan apa yang terjadi kepada Sunggyu, dia akan tahu apa yang harus kita lakukan setelahnya."

Jiyeon mengangguk usai memahami perintah beruntun itu. "Lalu, bagaimana denganmu? Kau tidak ikut pulang bersamaku?"

Hyomin menggeleng. "Aku harus menangani ini. Aku lah yang bertanggung jawab."

"Tapi..."

"Jangan cemas. Aku bisa mengatasi ini," ujar Hyomin meyakinkan gadis itu. "Cepatlah pergi sebelum darah ini mengalahkanmu."

+++

Seluruh anggota keluarganya sudah berada di ruang tengah ketika Hyomin dan Sungyeol datang. Ya, tadi Myungsoo datang menjemput Jiyeon bersama dengan Sungyeol dalam dua mobil yang berbeda. Setelah Myungsoo membawa pulang Jiyeon terlebih dahulu, Sungyeol masih harus menunggu Hyomin berurusan dengan para polisi dan panitia lainnya.

Polisi telah meminta keterangan Hyomin dan menanyainya beberapa hal terkait kasus pembunuhan janggal itu. Bagaimana tidak janggal? Korban hanya terluka di bagian leher, tetapi darah dalam tubuhnya habis, sehingga tubuhnya dingin lebih cepat dari mayat pada umumnya.

Hyomin diinterogasi sebagai salah satu saksi mata sekaligus orang terakhir yang melihat Guru Cho hidup. Ia telah memberikan pernyataannya tapi tampaknya para polisi belum puas dan mereka menanyakan Jiyeon yang menurut kesaksian anak lain merupakan orang pertama yang menemukan mayat korban. Hyomin harus menggunakan kekuatan pikirannya guna memengaruhi para polisi agar mereka percaya bawa Jiyeon dan Hyomin bukanlah orang yang harus dicurigai terkait kasus ini. Menyusun alibi dadakan memang tidak mudah, tapi Hyomin bisa mengandalkan kemampuannya untuk meyakinkan para polisi.

"Hyomin, kau tidak apa-apa?" tanya Eunjung dengan wajah khawatir.

"Aku baik-baik saja," jawab Hyomin dan melihat Jiyeon yang sudah jauh lebih tenang sedang duduk di samping Myungsoo.

"Apa yang terjadi?" tanya Sunggyu walaupun tadi mereka sudah mendengarkan cerita versi Jiyeon. Namun, untuk bisa menemukan titik terangnya, mereka harus mendengar lebih dari satu sudut pandang, bukan?

The ChoiceWhere stories live. Discover now