Chapter 12

605 40 15
                                    


"Konichiwa," Gintoki menyapa seraya menggeser pintu ruangan Kondou. "Oh, kalian sudah berkumpul."

"Kemana saja kau, bagero?" Hijikata yang bersandar di pintu menuju halaman terlihat muram. "Kau telat satu jam."

"Masturbasi," Gintoki menggeser pintu ruangan Kondou hingga tertutup rapat. "Aku ketiduran setelah makan siang."

Hijikata tak menjawab. Untuk meredam emosinya, Hijikata memilih untuk mengisap rokoknya dalam-dalam.

"Gin-san! Apa kabar?" Kondou tersenyum lebar menyambut Gintoki. "Duduklah."

Gintoki duduk di meja di depan Kondou dan di samping Katsura.

"Oi, Zura. Kau terlihat cantik hari ini. Rambutmu terlihat berkilau," ucap Gintoki.

"Zura janai, Katsura da," balas Katsura. "Aku selalu rajin melakukan perawatan menggunakan lidah buaya. Aku juga pergi ke salon untuk melakukan hair spa menggunakan alpukat dan susu, tak lupa dicampur dengan serum rambut. Aku juga jarang menggunakan hairdryer setelah mandi dan membiarkannya kering dengan sendirinya. Kadang aku memakai hair tonic, tapi kadang tidak karena aku ingin kulit kepalaku bernapas. Aku juga memakai sampo 2 in 1 dengan conditioner, dan aku juga selalu menyemprotkan hair energizer setiap tiga jam sekali untuk melembabkan dan mempertahankan kilau rambutku. Oh ya, jika aku tidak ke salon, aku creambath sendiri menggunakan mayonnaise. Seminggu sekali, aku juga mengoleskan minyak zaitun pada rambutku agar warna hitamnya terjaga. Kalau minyak zaitunku habis, aku akan menumbuk kemiri hingga warnanya menghitam dan mengeluarkan minyak, lalu aku oleskan pada rambutku."

Gintoki menatap Katsura dengan mata malasnya. Katsura tersenyum lebar. Gintoki tak menjawab dan langsung menoleh ke arah Sakamoto yang bersandar di meja kerja Kondou. "Tatsuma."

"Oi," Tatsuma tersenyum ke arah Gintoki.

"Sasaki," Gintoki menyapa Sasaki yang duduk di sebalah kiri Kondou. "Tak ada yang lebih indah daripada matamu."

"Gintoki-sama!" Sasaki menunduk memberi hormat pada Gintoki. "Selamat datang di markas besar Shinsengumi!"

Gintoki tersenyum renyah.

"Dan..." pandangan Gintoki beralih pada lelaki di sebelah kiri Kondou. "Souichiro-kun."

"Sougo-des, Danna," kata Sougo. "Bisa kita mulai?"

"Katsura dapat teh, mana susu stroberiku?" tanya Gintoki. Pandangannya tertuju pada Hijikata.

"Yamazaki sedang menyiapkannya, tunggu sebentar," kata Hijikata.

"Silakan, Sougo," kata Kondou.

Sougo mengangguk. "Oke. Semalam, aku sudah bicara dengan Kagawa soal Naraku. Setelah melalui perdebatan dan kekerasan fisik dan mental selama lebih dari empat jam, Kagawa mengungkapkan beberapa hal yang sudah kita duga sebelumnya."

"Saat ini, Hitsugi adalah pemimpin Naraku menggantikan Oboro. Mereka sedang bergerak dan mencari cara agar Utsuro kembali ke tangan mereka. Tapi, mereka tahu hal itu tidak mudah karena Shinsengumi telah bekerja sama dengan Faksi Joui, Kihetai, dan Kaientai untuk melindungi Edo. Mereka sadar akan hal itu."

"Mereka juga bekerja sama dengan Inuisei Amanto, alien-alien yang kita usir dari Edo beberapa tahun lalu. Mereka didukung oleh uang casino milik Kada yang sekarang masih menjadi tahanan Harusame. Sebelum Kada ditangkap, dia telah menandatangani surat persetujuan yang menyatakan bahwa Inuisei Amanto akan mendapat bantuan penuh dari kelompoknya, apa pun yang terjadi."

"Sekadar informasi, aku sudah menghubungi Kamui soal Kada. Dia bilang, Kada berada di dalam ruang isolasi dan tidak boleh dijenguk oleh siapa pun. Aman," potong Hijikata.

"Inuisei Amanto menggunakan pesawat luar angkasa dan persenjataan yang canggih sekarang. Semua itu berkat biaya dari Kada. Dan Naraku memanfaatkan hal itu," terang Sougo.

"Aku akan menggunakan asas praduga di sini karena Kagawa tak tahu informasi terkini soal Naraku. Kemungkinan besar, Naraku hanya menggunakan Amanto sebagai pengalihan. Mereka akan mengadu domba kita dengan Amanto. Saat hal itu terjadi, mereka merebut Utsuro dari tangan kita."

Gintoki menganggukkan kepalanya. "Masuk akal."

"Jika kita bisa melumpuhkan Hitsugi, Naraku akan mudah untuk kita tangkap. Dibunuh satu per satu kelihatannya lebih menyenangkan," kata Sougo. "Lalu, soal serat optik yang kita temukan, ada satu tempat di Edo yang memiliki serat optik itu."

"Ruang bawah tanah gedung di Kabukichou tempat Danna bertemu dengan Oboro dulu memiliki serat optik itu. Ada beberapa kabel yang terhubung langsung keluar angkasa. Saat itu, Oboro sudah melakukan kontak dengan Amanto," kata Sougo.

"Kemungkinan besar, kita bisa menemukan beberapa anggota Naraku di sana. Mereka pasti mencari sisa-sisa data yang dimiliki Oboro mengenai persenjataan dan beberapa informasi lainnya di sana. Ada satu komputer yang menyimpan semua data itu. Untuk mengunduh seluruh datanya, dibutuhkan waktu tiga hari," jelas Hijikata.

"Aku telah menarik anak buahku dari tempat itu selama dua minggu terakhir. Menurut pantauan Takeda Kannensai, Kapten Divisi Empat Shinsengumi, dan timnya, mereka baru sekali melihat ada dua orang yang memasuki gedung tersebut dari pintu belakang. Akses ke sana melalui Yoshiwara sudah kami tutup, jadi mereka memilih jalan yang digunakan Oboro dengan menggunakan lift untuk turun ke bawah."

"Artinya, kita masih punya waktu untuk menangkap mereka di sana. Aku menyerahkan penangkapan tersebut pada Takeda. Setelahnya, kita bisa mengetahui data-data penting yang dimiliki Naraku dan Amanto."

Gintoki terlihat menganggukkan kepalanya, begitu juga Kondou.

"Katsura, bagaimana cara menangkap Hitsugi tanpa membunuhnya?" tanya Kondou.

"Kau lupa satu hal," Katsura menyeruput teh hijaunya. "Hitsugi setengah abadi."

Katsura meletakkan gelas tehnya di atas meja. "Motif Hitsugi untuk merebut kembali Utsuro dari kita itu sudah jelas. Dia menginginkan darah Utsuro agar hidup abadi. Seperti yang kalian tahu, Utsuro pernah melakukan transfusi darah pada beberapa anggota Naraku untuk menjadikan mereka kekal dan tak terkalahkan. Tapi, mereka lupa satu hal bahwa mereka membawa darah orang lain di dalam tubuh mereka."

"Ketika mereka berperang dan tergores cukup dalam, darah mengalir dari luka mereka. Artinya, mereka sama saja membuang sebagian darah Utsuro. Semakin banyak luka, darah Utsuro yang mereka miliki pun semakin sedikit. Begitu juga dengan Hitsugi."

"Menurutku, dengan terus melukai Hitsugi, dia akan kehilangan banyak darah. Lebih bagus lagi kalau kita bisa memutus anggota tubuhnya, kemungkinannya untuk hidup semakin sedikit, umurnya pun semakin pendek. Itu kenapa dia berusaha mendapatkan Utsuro karena dia mengincarnya darahnya."

"Anggota Naraku lainnya tentu akan mendapat bagiannya masing-masing," timpal Sakamoto. "Dugaan Sougo ada benarnya soal rencana Naraku mengambinghitamkan Amanto dengan kita. Jika itu terjadi, mereka bisa melakukan transfusi darah tanpa batas waktu tertentu."

"Cara melumpuhkan Hitsugi, dengan melukainya hingga dia kelelahan. Atau buat dia mengeluarkan banyak darah."

"Jadi, aksi utama kita?" tanya Gintoki.

"Menunggu kabar Takeda soal Naraku. Menurut perhitungannya, akan ada yang datang ke Kabukichou malam ini," kata Sougo. "Bersiaplah."

Gintoki mendadak berdiri. "Aku pulang dulu."

"Oi, oi, Gin-san!" Kondou terkejut. "Kenapa begitu?"

"Yamazaki tak datang-datang. Aku haus," kata Gintoki seraya berjalan ke pintu keluar. "Aku bisa mendengarnya sedang bermain badminton di halaman belakang."

"Si bajingan itu..." Hijikata berjalan cepat melewati Gintoki, menggeser pintu ruangan Kondou, dan berlari mencari Yamazaki.

Gintoki menarik napas dalam-dalam. "Aku akan kembali ke sini nanti malam. Shinpachi tadi mengirimkanku pesan singkat, dia bilang anjing milik Tuan Kuriyama sudah ketemu. Aku harus mengambil uang imbalanku."

Die Another DayWhere stories live. Discover now