Ambulans yang membawa Gintoki melesat dengan cepat. Tsuki menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Air matanya masih mengalir.
"Tsuki," Kagura meraih lengan Tsuki dan memeluknya. Kagura terlihat pucat. "Kau benar-benar tidak mau menemani Gin-chan?"
"Aku harus menunggu Kondou-san untuk memberikan keterangan soal Hitsugi," ucap Tsuki sambil menyeka air matanya. Dia menatap ambulans yang melaju cepat dengan wajah pucat.
"Tsukuyo-san! Kagura-chan!" Kondou berlari dari kejauhan diikuti Yamazaki.
Kondou berhenti di depan Tsuki dan Kagura. "Apa yang terjadi?"
"Sebuah bom meledak. Gintoki melompat keluar gedung tepat pada waktunya," jawab Tsuki. "Tapi... Dia berdarah. Tubuhnya penuh pecahan beling. Ada beling besar menancap di kakinya."
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Kondou. "Kalian terluka!"
"Kami baik-baik saja. Kondou-san, hanya terluka sedikit," jawab Tsuki.
Kondou menggelengkan kepalanya. "Tsuki-san, pakai mobilku untuk ke rumah sakit. Kagura-chan, kau ikut dengan Tsuki," kata Kondou. "Di mana Sougo dan Toshi?"
Tsuki menatap sekelilingnya. Kedua orang itu tidak ada di sana. Tatapannya berhenti pada Kagura yang terlihat diam saja.
"Jangan bilang kau..." suara Tsuki bergetar.
Kagura menggigit bibir bawahnya dan menundukkan kepalanya. "Mereka pergi dengan mobil patroli dan aku tidak mencegah mereka."
***
"Baik," Sougo mengangguk. "Luncurkan dalam 10 menit."
Sougo mematikan handphone-nya. "Kamui dan Papi akan mengaktifkan Neo Armstrong Cyclone Jet Armstrong Cannon dalam 10 menit. Mereka akan membidik pesawat-pesawat Amanto."
"Siapa kau seenaknya menentukan?" Hijikata menyetir mobil patroli dengan kecepatan penuh. "Kondou-san yang seharusnya mengiyakan, bukan kau!"
"Aku yakin Kondou-san setuju denganku," kata Sougo.
"Darimana Kamui mengetahui letak pesawat-pesawat Amanto? Mereka menggunakan anti-barrier!"
"Kamui dan Papi berhasil melacak keberadaan Amanto. Jarak mereka tak jauh dari Bumi, masih dalam jangkauan Neo Armstrong Cyclone Jet Armstrong Cannon. Kamui menghitung waktu saat pesawat-pesawat mereka sedang berkumpul lalu menghilang. Baka aniki yakin kalkulasinya tepat. Di saat Neo Armstrong Cyclone Jet Armstrong Cannon sudah diaktifkan, Kamui yakin dia akan tepat sasaran."
"Kuharap kakak iparmu benar," kata Hijikata sambil membakar rokok di mulutnya.
"Kau yakin Hitsugi lari ke pelabuhan?" tanya Sougo.
"Ya, aku yakin sekali. Gintoki memperlambat langkahnya. Hitsugi harus mengejar waktu untuk segera ke tempat Utsuro. Pelabuhan di Selatan Edo adalah tempat tercepat untuk pergi ke tempat Utsuro. Lagipula, aku sengaja menarik Todo dan timnya agar tidak berjaga di sana."
"Aku harap kau benar, Hijikata-san."
Kedua terdiam sejenak.
"Oi, Sougo," Hijikata memulai pembicaraan. "Kenapa Neo Armstrong Cyclone Jet Armstrong Cannon bentuknya seperti kelamin kita?"
"Ralat, kelaminku," jawab Sougo.
***
Hijikata dan Sougo tiba di pelabuhan. Sesuai dugaan Hijikata, gerombolan Naraku ada di sana. Namun, Hitsugi tak terlihat.
"Lempar bomnya sekarang!" kata Hijikata.
Hijikata menginjak gas mobil patroli Shinsengumi yang dia kendarai hingga mentok. Mobil melaju cepat menuju gerombolan Naraku.
Sougo mengeluarkan setengah tubuhnya melalui jendela. Dalam genggamannya, terdapat sebuah bom.
Hijikata menarik rem tangan dan membanting setir mobilnya ke kanan. Sougo berusaha menyeimbangkan tubuhnya dan melempar bom ke arah gerombolan Naraku, dan lemparannya tepat sasaran.
Bom meledak di tengah-tengah gerombolan Naraku. Beberapa orang terpental ke udara, dan beberapa orang lainnya hancur di tempat.
Hijikata menghentikan mobilnya dan keluar dari mobil. Sougo mengikutinya. Mereka berlari ke arah gerombolan Naraku yang tersisa.
"Sougo!" Hijikata berteriak.
Sougo melempar bom kedua ke arah kerumunan Naraku yang tersisa. Lagi-lagi, lemparannya tepat sasaran.
Hijikata mengeluarkan pedangnya, begitu juga Sougo. Keduanya langsung mengayunkan pedang mereka ke arah anggota Naraku terdekat. Enam orang ambruk ke lantai.
Anggota-anggota Naraku lain pun berdatangan. Jumlahnya sekitar 20 orang. Namun, Hijikata dan Sougo seakan tak peduli dengan keberadaan mereka.
HIjikata menghabisi enam orang, sedangkan Sougo delapan orang. Keduanya bergerak dengan cepat.
Keduanya saling berhadapan sekarang. Hijikata dan Sougo berbalik dan bersandar pada satu sama lain.
"Terlalu banyak, Hijikata-san," ucap Sougo seraya mengatur napas. "Jumlah mereka lebih dari 50 orang."
Hijikata menyeringai sambil mengatur napasnya. "Paling tidak, kita harus bertahan sampai Kondou-san datang."
Sougo menatap tajam ke depan. "Jangan mati. Aku tak mau kakakku sedih karena kehilangan orang yang dia cintai."
Hijikata kembali menyeringai. "Aku juga tak mau melihat Kagura menjadi janda di usia yang sangat muda."
Keduanya berseru dan melesat dengan cepat ke depan. Enam anggota Naraku jatuh ke lantai.
Kerumunan Naraku pecah. Ada orang yang berlari melewati mereka, tepatnya ke arah Sougo. Sougo dengan cepat menghindar, namun kakinya tersayat cukup dalam.
Hitsugi.

YOU ARE READING
Die Another Day
FanfictionAkhirnya, hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Okita Sougo resmi menikahi Kagura. Tapi, Naraku kembali mengancam Edo.