( 3 ) Flashback

679 118 22
                                    

Flashback.....

Atsusi tengah bersantai di halaman belakang villa yang menjadi rumahnya juga ke lima temannya. Villa tersebut mereka beli dari uang tabungan masing-masing, tujuannya untuk merekatkan ikatan persahabatan yang telah terjalin layaknya hubungan saudara sedarah. Villa yang mereka beli bergaya Eropa dengan dua lantai dan banyak bilik kamar di dalamnya, di sekitar villa tersebut di kelilingi oleh pepohonan hijau yang tidak terlalu luas namun cukup menyegarkan mata juga paru-paru. Halaman depan villa tersebut banyak ditumbuhi berbagai macam bunga dan beberapa pohon momiji serta pohon sakura. Tempatnya tidak terlalu terpencil, hanya berada di tanah yang lebih tinggi diantara bangunan yang lain. Untuk sampai pada villa tersebut, mereka harus berjalan menapaki jalan setapak yang dibuat menyerupai tangga. Alat transportasi yang dapat mereka gunakan untuk menuju pusat desa tersebut hanyalah sepeda atau motor. Mobil tak dapat masuk karena lebar jalannya yang tidak memadai.

Laki-laki bersurai ungu itu mengayunkan kaki-kakinya seraya menikmati snack maibo kesayangannya. Siang ini udara masih terasa lumayan dingin padahal matahari tak terhalangi oleh apapun. Musim gugur membuat Atsushi malas menggerakkan tubuhnya untuk melakukan kegiatan yang lebih berguna.

Angin disekitar laki-laki itu mulai berhembus tak wajar, memang pada dasarnya Atsushi orang yang cuek jadi dia tidak sadar dengan perubahan kecil tersebut. Dia masih terus menikmati snack maibo tanpa rasa curiga.

Baru saat pusaran hitam tertangkap tak sengaja oleh matanya ketika dia iseng mendongak, laki-laki itu berhenti. Menyipitkan penglihatannya lalu berdiri setelah meletakkan snack maibo di sampingnya.

Sekitar lima detik, mata Atsushi membola lantas merentangkan kedua tangannya untuk menangkap sesuatu yang jatuh.

Hup...!

Dapat. Atsushi menangkap dengan sempurna sesuatu yang ternyata adalah tubuh mungil seorang gadis. Mata keunguan itu lupa mengerjab untuk beberapa saat. Ketika tersadar, lubang hitam yang sebelumnya dia lihat menghilang entah kemana. Atsushi kembali melihat gadis dalam dekapannya. Kernyitan tercipta, mengerjab beberapa kali untuk mengetahui ini mimpi ataukah nyata.

Atsushi memilih melangkah ke dalam saat gadis dalam dekapannya ternyata nyata. Langkahnya terhenti saat sampai di ruang tengah yang berfungsi sebagai tempat bersantai. Melihat surai merah yang dikenal membuatnya bersuara.

"Seichin, aku menangkap seorang gadis?"

Seketika gerakan Seijuro memainkan sogi seorang diri berhenti. Mengernyit, merasa pendengarannya salah.

"Apa? Bisa kau ulangi?"

Ucapnya memastikan. Kepalanya bergerak slowmotion menoleh pada Atsushi. Sedetik berikutnya laki-laki minim ekspresi itu terperanjat. Berdiri tiba-tiba dan memberi tatapan horor.

"Aku menangkap seorang gadis."

Ulang Atsushi tanpa dosa. Tangannya mengangkat tubuh mungil dalam dekapannya sedikit untuk memperjelas dan membuktikan jika ucapannya benar.

"Darimana kau mendapatkannya, Atsushi?"

Seijuro melangkah mendekat. Suaranya sedikit lebih bervolume hingga membuat yang lainnya dilanda penasaran.

"Aku mendapatkannya dari langit. Ada lubang hitam di udara, gadis ini keluar dari sana dan aku bergerak menangkapnya."

"Gadis?"

Pertanyaan itu terdengar dari Daiki. Laki-laki penggemar wanita-wanita berdada besar itu menatap Seijuro dan Atsushi tak mengerti.

"Iya."

"Kemarilah!"

Tak perlu dua kali kalimat perintah, Daiki bergegas mendekat. Dari arah ruang tamu, Tetsuya dan Ryouta juga mendekat. Laki-laki berbeda tinggi badan maupun warna rambut itu terusik oleh rasa penasaran saat melihat tiga temannya tengah mengerubungi sesuatu.

"Kalian sedang apa, nonodayo? Aku tidak peduli, hanya merasa risih saja dengan kelakuan kalian."

Shintaro menuruni tangga dan bertanya. Sayangnya, pertanyaannya diabaikan. Mereka lebih tertarik dengan gadis yang dibawa Atsushi. Shintaro memperbaiki letak kaca matanya dan mendekati kerumunan. Membuang sedikit egonya. Sama halnya dengan yang lain, laki-laki bersurai hijau itu terperanjat.

"Darimana kau dapatkan gadis ini, Atsushi?"

Pertanyaan Daiki sama dengan yang diajukan sebelumnya oleh Seijuro. Matanya terus meneliti tubuh si gadis. Mengulas seringai karena pakaian yang dikenakan gadis tak sadarkan diri mencetak jelas aset yang di gilainya.

"Dari langit. Dia keluar dari lubang hitam tapi sudah menghilang. Daichin, liurmu menjijikkan!"

Daiki melotot. Merasa tak terima dengan ucapan Atsushi meski tak sepenuhnya salah.

"Atsushicchi tidak melawakkan?"

"Tidak. Aku benar-benar melihatnya keluar dari lubang hitam di langit. Awalnya aku juga tak percaya."

"Apa dia alien?"

Pekikan terdengar dari beberapa orang di sana. Suara Tetsuya yang tipis auranya mengejutkan mereka semua.

"Jangan suka membuat kejutan, Tetsuya!"

Desis Daiki.

"Aku tidak berniat mengejutkan, sedari awal aku memang berdiri di sini."

Tetsuya menatap Daiki datar seperti biasa. Laki-laki bersurai baby blue tersebut semaki medekat dan menyentuh satu-satunya gadis di antara mereka.

"Gadis ini nyata. Dia manusia, bentuknya tak menyerupai alien yang pernah di beritakan di televisi."

Ucap Tetsuya setelahnya.

"Dia pingsan sepertinya. Kita baringkan di kamar tamu dan meminta penjelasan saat gadis itu bangun."

Ide Seijuro disetujui yang lain. Shintaro menyingkir, memberi akses untuk Atsushi. Dia dan yang lainnya lalu mengekor di belakangnya.

Cklek!

Atsushi mengernyit. Berbalik dan mengatakan jika kamar tamu masih kotor karena jarang dibersihkan. Debunya tebal dan banyak laba-laba membuat sarang dimana-mana. Udaranya juga pengap.

"Bawa ke kamarku saja."

Kali ini Ryouta yang menyingkir. Tetsuya yang jaraknya dekat, memutar knop pintu kamar Seijuro yang berada di lantai dua bersebelahan dengan kamar Shintaro dan Atsushi. Kamar Seijuro berada di tengahnya, sedang sisanya tidur di kamar yang berada di lantai dasar.

Flashback end.

Hinata mendengarkan penjelasan Seijuro dengan seksama. Gadis itu baru saja menyimpulkan jika kini dia terlempar di dimensi lain akibat benturan cakra kuat yang berada dekat dengannya.

"Sepertinya aku terhisab oleh lubang tersebut dan terlempar kemari."

Gumamnya. Gadis itu tengah berpikir keras dilihat dari alisnya yang menukik tajam.

"Memangnya itu bisa terjadi-sshu? Seperti mesin waktu?"

Ryouta menanggapi dengan raut tak mengerti.

"Mungkin saja. Sebelumnya, aku hampir diserang oleh musuh dengan aliran cakra tinggi dan Sasuke-san menghalanginya dengan aliran cakra tinggi pula. Akibatnya, terjadi benturan keras dan lubang itu rercipta. Lubang tersebut menghisap tubuhku karena aku yang berada paling dekat dengannya."

Papar Hinata panjang lebar. Semuanya mendengarkan dengan baik penjelasan gadis tersebut. Ada yang mengangguk juga memasang raut tak percaya. Di benak mereka berenam, kejadian ini adalah anomali yang luar biasa mengejutkan.

"Apa berarti aku kini berada di masa depan?"

.
..
...
..
.

***
Tbc

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang