2

5.2K 546 75
                                    

Sudah seminggu sejak insiden berdarah Seokjin bertemu dengan lelaki berambut merah. Sejak saat itu,dia tak bisa lagi memandang wajah rupawan lelaki itu.

Salahkan tugas menumpuk yang diberikan para dosen,tanpa rasa belas kasihan sedikit pun. Oh,ayolah. Karena tugas-tugas sialan itu,dia tidak bisa memantau tubuh super duper hot lelaki idamannya. Bagaimana kabarnya? Apakah masih hot terakhir kali Seokjin lihat?

Tolong benturkan kepala Seokjin sekarang. Pikirannya sudah penuh dengan lelaki itu. Apa yang harus Seokjin lakukan agar rasa rindunya terobati? Jam kuliahnya akan berakhir 5 menit lagi. Dan sekarang sudah pukul 16.55

Sepertinya dewi fortuna tidak memihaknya kali ini. Sebegini beratnya kah menyukai makhluk yang sama dengannya?

"Baiklah,sampai disini saja. Sampai bertemu minggu depan. Selamat sore."

Setelah melihat sang dosen berlalu pergi,Seokjin merapihkan barang-barang nya. Berharap mungkin saja dia bertemu sang pujaan hati dijalan.

"Jin,kau mau ikut dengan kami? Ke cafe depan kampus kita. Katanya ada pria tampan haha."

Seokjin memandang Hoseok jengah. "Di pikiranmu lelaki terus. Ingatlah Namjoon yang sedang kuliah di Amerika sana."

Hoseok mencibir keras Seokjin. "Justru si monster itu tak ada,aku cuci mata."

Seokjin mengangkat bahunya acuh. "Homo tak tau diri itu kau memang."

Hoseok memutar bola matanya malas. "Aku doakan kau belok."

Seokjin hanya diam. Tanpa Hoseok berdoa pun,dia sudah menyukai lelaki.

----

Seokjin memandang tertarik cafe di hadapannya saat ini. Sepertinya dia akan memesan Americano dan cheese cake. Manis dan pahit. Perpaduan yang sangat pas.

"Ayo,Seokjin." ucap Hoseok sambil menarik-narik Seokjin.

Seokjin hanya mengikuti langkah Hoseok,sambil memandang kagum nuansa cafe yang saat ini dia singgahi.

"Duduk disana saja. Dekat jendala adalah tempat yang sangat strategis." ucap Jimin,salah satu teman Seokjin yang tingginya paling pendek dari mereka bertiga.

Seokjin hanya mengangguk malas. Dia hanya ingin segera duduk,dan memesan menu keinginannya.

"Jadi,bagaimana hubunganmu dengan Jisoo,Seokjin?" tanya Jimin setelah mereka bertiga menduduki bangku incaran mereka.

Seokjin hanya memutar bola matanya malas. Dia agak kesal jika ditanya hal itu. "Kami berakhir. Dia selingkuh dan selesai."

Jimin tertawa seketika. "Itu tandanya dia tak puas dengan milikmu."

Seokjin melotot garang. "Apa maksudmu, hah?"

Jimin hanya menyeringai. "Kau tau maksudku."

Hoseok hanya menggeleng pasrah. "Sudahlah,jangan ribut. Kita disini untuk bersenang-senang setelah melewati seminggu penuh dengan tugas-tugas yang menumpuk."

Seokjin membuang pandangannya ke luar jendela. Jalanan begitu ramai. Tapi tidak dengan hatinya. Dia rindu lelaki berambut merah itu. Astaga. Kenapa dia jadi melankolis sekarang?!

"Seokjin!"

Seokjin buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah Hoseok. Terlihat Hoseok melotot garang kepadanya.

"Apa?"

Hoseok memutar bola matanya jengah. "Pesan apa?"

Seokjin berkedip gemas. "Americano dan-"

Deg

Terlihat dihadapannya saat ini,seorang pria berambut merah yang sangat Seokjin rindukan. Apakah ini mimpi?

"Dan?" ucap sang pelayan menggantung.

Hoseok menyenggol Seokjin dengan siku nya.

Tersadar dari lamunannya,Seokjin segera menjawab "Dan kamu."

"Hah?"

Seokjin melotot horror. Bisa-bisanya dia keceplosan. "Ah-em-anu maksudnya Americano dan Cheese cake."

Sang pelayan mengangguk paham,dan berlalu meninggalkan meja mereka.

"Seokjin! Ada apa denganmu?!"

Pasalnya Seokjin sangat jarang salah fokus seperti tadi. Tentu saja Hoseok maupun Jimin dibuat bertanya-tanya.

"Hm,tidak ada apa-apa."

Hoseok memandang menyelidik Seokjin. Dirinya tak percaya.

Seokjin menghela napasnya lelah. "Ada sesuatu yang masih belum bisa aku katakan."

Hoseok hanya mengangguk pasrah. Dia tak bisa memaksa.

Seokjin kembali memandang jalanan dengan pandangan kosong. Pasti pria itu memandang aneh dirinya. Tapi,bagaimana bisa dia bekerja disini? Kenapa dengan balutan kemeja hitam,dan celemek hitam,yang menutupi pinggang hingga lututnya,pria berambut merah itu menjadi semakin tampan. Tolong benturkan kepala Seokjin saat ini. Pikiran tak senonoh sudah menguasai otaknya. Dia masih pria normal,ingat?

"Ini pesanannya." ucap sebuah suara familiar yang mampu membuat Seokjin merinding seketika.

Seokjin segera mengalihkan pandangannya cepat ke pria di depannya. Saling memandang kedua netra masing-masing. Dan diputus oleh lelaki berambut merah dengan cepat. Berlalu meninggalkan meja yang ditempati Seokjin.

Betapa Seokjin ingin menarik tangan pria itu,dan mencium rakus bibir merah nya. Astaga. Sepertinya,dia harus minum obat. Otaknya jadi miring seketika.

.

.

"Berapa totalnya?" tanya Hoseok kepada pria berambut merah di hadapannya.

"100.000"

Setelah menyerahkan uangnya,Hoseok membalikkan badannya dan segera menarik tubuh kedua sahabat karibnya.

Sebelum Seokjin berlalu,ia menyempatkan untuk mengetahui nama pria berambut merah dihadapannya,melalui nametag yang melekat di pakaian nya.

Dalam sekali lihat,Seokjin tersenyum penuh kemenangan.

"Jeon Jungkook." ucap nya dalam hati.

Akan ia ingat selalu nama pria itu.

Sepertinya,Seokjin akan susah tidur malam ini.












TBC










Ulalaa
Seneng deh klo ada yang mau baca ini cerita wkwk
Klo lancar bakal update tiap hari
Tergantung mood,dan tingkat kemalasan wkwk
Okedeh,jangan lupa vote dan comment ~















Pinkypingky

Red-Haired Man Where stories live. Discover now