4

5.4K 480 118
                                    

Disinilah Seokjin. Kembali duduk manis bersama kedua perempuan paruh baya yang asyik bernostalgia bersama. Saling bertukar kisah-kisah mereka. Menghiraukan keberadaan Seokjin yang butuh hiburan dari celotehan manja mereka.

Seokjin memandang keduanya dengan raut bosan. Jika begini,dia tak akan mau menerima ajakan ibunya. Eh,tidak juga. Jika balasannya berkenalan dengan si doi,dia rela.

Seokjin mengabaikan ibu dan tante Luna yang semakin heboh dengan cerita mereka. Memandang memuja tangan kanannya,yang sudah tersentuh telapak tangan sang pujaan hati. Tangan'nya' yang hangat dan kekar,membuat Seokjin berdebar kembali.

"Ma,aku keluar sebentar." ucap Jungkook tiba-tiba. Membuat Seokjin mendongak spontan. Mungkin karena asyik memandang tangannya,dia tak sadar akan kehadiran Jungkook.

"Kemana? Cafe?" tanya tante Luna sambil memandang anaknya.

Jungkook menjawabnya dengan anggukan. "Iya. Seperti biasa."

Tante Luna mengangguk paham. "Ajak Seokjin bersamamu. Nanti antar pulang kemari."

Jungkook memandang Seokjin sekilas lalu mengangguk. "Baiklah. Ibu,tante kami pergi dulu." ucap Jungkook sambil mengangguk sekilas.

Seokjin pamit kepada ibu dan tante Luna. Lalu pergi,menyusul Jungkook yang meninggalkan dirinya.

---

"Jadi,kau pemilik cafe itu? Aku kira kau bekerja sebagai pelayan saja." ucap Seokjin sambil memandang Jungkook.

Jika dilihat lebih jeli lagi,dari samping wajah Jungkook nampak semakin tampan. Rahangnya tajam,dan tatapan matanya yang serius,membuat Seokjin berdebar seketika.

Jungkook hanya bergumam sebagai jawaban. Membuat Seokjin bingung ingin berkata apa lagi. Apa perlu dia membalasnya dengan gumaman juga.

Seokjin menghela napasnya pelan. Jika begini,sangatlah jelas jika Jungkook menyukai perempuan. Memandang Seokjin saja malas,apalagi menyukainya. Seokjin malas memikirkannya. Biarlah perasaannya menjadi rahasia dirinya.

Seokjin mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil yang ia kendarai. Berusaha menenangkan gejolak sakit di dalam hatinya. Betapa mirisnya kehidupan percintaan Seokjin.

"Hei." seru Jungkook pada Seokjin.

Seokjin hanya menggumam. Malas membuka suaranya. Dia balas dendam,tentu saja.

"Ingin mampir sebentar ke toko aksesoris?"

Seokjin mengalihkan pandangannya,dan berbalik menatap Jungkook.

"Aku bukan perempuan."

"Maksudku kau mau menemaniku?"

"Mengapa kau bertanya? Kau yang membawaku,jadi terserah kau."

Kali ini Jungkook hanya diam. Memandang lekat Seokjin. Begitupula Seokjin yang tak gentar dipandangi terus oleh sang lawan bicara.

Jungkook menganggukkan kepala sekali,lalu kembali fokus ke depan. Membuat Seokjin memandang kembali jalanan yang ada di luar jendela. Mungkin kesalahan besar bagi Seokjin menyetujui ikut pergi bersama dengan Jungkook.

---

Berkeliling sambil memandang berbagai pernak-pernik perempuan. Sang pegawai memandang aneh Seokjin dan Jungkook. Ya aneh lah. Tak biasa lelaki masuk toko perempuan.

"Jungkook,cepatlah. Para perempuan melihat kita aneh. Sialan."

Jungkook sedikit terkekeh. Dan itu cukup membuat jantung Seokjin meronta.

"Tunggu lah sebentar."

Seokjin menghela napasnya kasar. "Mencari apa?"

Jungkook melihat Seokjin sekilas,dan kembali berkutat dengan kegiatannya.

Red-Haired Man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang