05. Sesuatu yang Manis

9.4K 1.5K 207
                                    

Saat langit berubah gelap dan sinar matahari sudah tak lagi nampak, ada beberapa tempat yang memang berubah menjadi jauh lebih seram dari pada saat siang hari. Contohnya adalah tempat yang saat ini Jinae kunjungi. Ah bukan, sebenarnya Jinae benar-benar tidak ada niatan untuk mengunjungi tempat sepi seperti ini. Sumpah, kalau begini jadinya, Jinae lebih memilih seharian di apartemen, membosankan pun tidak apa yang penting ia aman. Ayolah, Jinae benar-benar buruk dalam ingatan dan sekarang gadis itu lupa dengan jalan yang ia ambil sebelum sampai di tempat mengerikan ini.

Jinae hanya bisa menangis dalam diam sembari duduk memeluk lututnya di bawah tiang lampu jalan seperti apa yang Yoongi perintahkan lima belas menit lalu. Ya, Jinae masih ingin pulang jadi ia menuruti ucapan Yoongi. Sesekali ia mengangkat kepalanya sebelum kembali bersembunyi di lipatan tangan. Memastikan bahwa tidak ada orang yang berniat jahat. Dari pada orang jahat, sebenarnya Jinae lebih was-was dengan ucapan Yoongi yang katanya akan mengusir Jinae dari apartemen kalau ia membiarkan orang jahat menyentunya seperti kemarin malam.

Saat lolongan anjing terdengar bersama suara gemuruh yang tiba-tiba hadir, seluruh tubuh Jinae merinding. Apa lagi dari sisi barat jalan, ia bisa melihat siluet beberapa orang dan disusul suara gelak tawa yang memekakkan telinga. Jinae mendadak panik. Bagaimana jika mereka orang jahat? Bagaimana jika mereka menyentuh Jinae? Yoongi pasti akan marah besar dan mengusirnya dari apartemen, lalu Jinae mau tinggal dimana nanti?

Oleh karena itu, Jinae lebih memilih bangkit dari tempat duduknya. Berjalan secepat mungin ke arah yang berlawanan. Mengabaikan lokasi yang ia kirim kepada Yoongi sebelum ponselnya kehabisan daya. Jinae yakin kalau Yoongi akan menemukannya sekali pun Jinae pergi dari sana.

"Yoongi.. kau dimana?" lirih Jinae sambil terus berjalan. Tempat kumuh yang ia lewati perlahan menghilang dan Jinae bisa bernapas lega saat orang-orang tadi sudah tak terlihat. Sekarang Jinae tiba di jalan raya, tanpa satu pun pejalan kaki. Jinae jadi heran, sebenarnya dia ini ada dimana? Dan kenapa Yoongi lama sekali? Kaki Jinae sudah sangat pegal, dan tubuhnya lelah.

Semua berawal dari Jinae yang tertidur di dalam taksi sampai si supir taksi membangunkan Jinae di tempat yang ia tidak ketahui. Jinae pikir ia pergi terlalu jauh setelah mengunjungi kampusnya karena harga taksi yang harus ia bayar lumayan mahal. Dan bodohnya, Jinae mau saja ketika supir taksi itu menyuruhnya turun bahkan bukan di tempat tujuannya.

Sekarang Jinae hanya bisa meringis sambil berjalan di sisi jalan raya. Tepatnya di atas sebuah jembatan besar yang melintasi sungai. Yang Jinae tahu adalah ia berada di suatu tempat yang jauh dari apartemen Yoongi. Sekarang Jinae hanya bisa pasrah. Sepertinya tidak lama lagi akan hujan, dan ia terus berjalan sampai tidak sadar kalau kedua tali sepatunya terlepas. Sampai akhirnya..

Buuk!

"Mama!" Jinae terjatuh. Kedua lutut dan telapak tangannya sedikit tergores sampai mengeluarkan darah. Gadis itu meringis. Teruduk di atas aspal jalan dan kembali menangis. Jinae tidak pernah secengeng ini. Bahkan ia tidak pernah menangis saat Yoongi menjahilinya dulu. Jinae juga tidak menangis saat putus dari Mark, tetapi kenapa sekarang air matanya mudah sekali jatuh? Jinae ingin bangkit, namun tidak bisa. Ia benar-benar tidak memiliki tenaga.

"Yoongi... Yoongi dimana?" Jinae hanya bisa terisak sembari mengusap kedua matanya dengan punggung tangan. Ia benar-benar membutuhkan Yoongi di sisinya.

"Aku di sini, jadi jangan menangis lagi, dasar gadis cengeng."

Pergerakan Jinae mendadak berhenti ketika punggungnya terasa jauh lebih hangat. Bersamaan dengan itu ia dapat merasakan presensi seseorang yang sejak tadi ia tunggu-tunggu kehadirannya. Jinae mendongak, lalu mendapati Yoongi berlutut di sampingnya setelah menyampirkan jaket di tubuhnya.

Fall in Love with Sweet DevilWhere stories live. Discover now