babe • deca

2.3K 506 189
                                    

"Dik, kantin yuk."

Bobby yang memang setiap hari selalu menghampiri kelas Dika setiap jam istirahat makan siang, kembali muncul hari ini. Tapi reaksi Dika tidak seperti biasanya.

"Gue di kelas aja." Jawab Dika. Mata lelaki itu bahkan tak berpaling dari buku di mejanya.

"Emang lo bawa bekal?" Bobby mendelik. Mama Dika bekerja, kakak Dika juga sama-sama masih SMA. Mana ada sejarahnya Dika bawa bekal.

Dika hanya diam.

"Muka lo pucat, buset." Bobby mengangkat dagu Dika. Dika menepis tangan Bobby dengan cepat, lalu kembali mengerjakan soal di hadapannya.

Bobby gemas dengan Dika yang sedari tadi tidak menggubris dirinya. Bobby menutup buku Dika, membuat lelaki itu akhirnya menatap Bobby. Bobby menatap Dika dengan sama garangnya.

"I'm okay, Bob. Y'all really need to stop treating me like a baby." Intonasi suara Dika meninggi.

Bobby bukannya menyerah, malah heran. Ini Dika kenapa kayak Jessi lagi dapet, kerjaannya marah-marah gak jelas?

"Ini bocah napa yak?" Bobby bertanya kepada siapapun teman sekelas Dika. Walau Dika tidak benar-benar memiliki teman di kelasnya.

"Belakangan nilai dia turun dikit Bob, makanya dia ngeforsir diri banget. Padahal dikit loh ya, dikit." Sahut salah satu kenalan Bobby di kelas itu.

"GOD DAMMIT KEANU DAHARYADIKA, CAN'T YOU JUST CHILL FOR A MOMENT?!" Bobby jadi berteriak frustasi melihat temannya yang begitu ambisius terhadap nilai itu.

"I CAN'T, AND YOU DON'T HAVE THE RIGHT TO TELL ME WHAT TO DO."

Dika balas berteriak kencang, membuat Bobby kembali terkejut. Seumur-umur Dika tidak pernah bersuara tinggi saat berbicara.

"GUE TEMEN LO SAT, GUE NYURUH LO MAKAN KARENA GUE PEDULI!"

"Don't 'bangsat' me. I know myself more than anyone else do." Dika menatap Bobby sinis, lalu memasang earphone di telinganya. Tanda ia tak ingin diganggu lebih jauh.

Bobby menghela nafas, lalu pergi meninggalkan Dika. Tapi sebelum ia meninggalkan kelas X RPL 1, Bobby melempar satu bungkus roti sandwich rasa coklat yang tepat mengenai kepala Dika.




Memang benar apa yang dikatakan teman sekelasnya.

Dika terlalu memforsir dirinya sendiri seminggu belakangan. Dia kembali les tiap hari, tidak pernah ke kantin saat jam istirahat, dan malah melarikan diri ke perpustakan sebelum anak Tujuh Ksatria Teknus menciduk lalu menyeretnya ke kantin untuk makan bareng. Bahkan semalam dia tidak tidur demi belajar untuk remedial ujian kimianya hari ini.

Masalahnya bukan hanya di ujian kimia kemarin saja.

Tapi beberapa nilai Dikapun ternyata ikut anjlok, dan turut membuat guru-guru heran. Ibunya yang menemukan kertas-kertas ujian bernilai jelek milik Dikapun menambah buruk situasi. Dika ingin marah pada semua orang yang mendistraksi konsentrasinya, tapi dia lebih marah dengan dirinya sendiri. Jadi Dika melampiaskan emosinya dengan belajar mati-matian.




Di sisi lain, Bobby menceritakan drama singkat yang ia buat bersama Dika di kelasnya saat istirahat kepada anggota Tujuh Ksatria Teknus lainnya. Maka dengan titah Bobby, keenam lelaki idaman gadis-gadis Teknus sudah mencegat Dika di pintu kelas sebelum lelaki itu kabur entah ke mana.

[2] Barium Beryllium; Donghyuk x LisaWhere stories live. Discover now