Desa Lindung, Kecamatan Banyusirih, Kabupaten Patokan.
Tengah malam, para santri di pondok pesantren Nurul Huda sudah lelap usai melaksanakan sholat sunnah Tahajjud. Mereka tidur di serambi masjid, serambi madrasah, teras kantor pesantren, bahkan gelar tikar di tempat parkir. Tidak ada yang bisa meremehkan kemampuan beradaptasi seorang santri. Mereka bahkan kuat hidup hanya dengan makan nasi dan kerupuk.
Pesantren Nurul Huda dipimpin oleh Kiai Mahlawi. Seorang kharismatik asli madura yang belakangan sangat aktif di dunia politik. Tidak hanya itu, Kiai Mahlawi juga disegani warga karena ilmunya. Walaupun sejak memutuskan terjun ke dunia politik, simpatisan pesantrennya jadi terpecah belah. Namun demikian, nama besa Kiai Mahlawi tidak redup dan selalu disejajarkan dengan pengasuh pesantren Sokogede, salah satu yang terbesar di Jawa Timur.
Sudah banyak alumni Nurul Huda yang jadi tokoh masyarakat dan mendirikan pesantren sendiri di kampung halamannya. Saat Kiai Mahlawi berhalangan hadir pada hajatan warga, beliau selalu mengutus santri terbaiknya dan tidak ada satupun yang keberatan.
Malam itu Kiai baru tiba dari perjalanan jauh. Santri yang masih terjaga untuk menghafal Tasrifan berebut mencium tangan. Di masjid juga masih terlihat beberapa santri sedang mengaji, yang membuat sang Kiai tersenyum bangga dan terhapus sudah separuh lelahnya. Ada juga yang sedang gotong royong memperbaiki atap dapur dan mengecat serta merenovasi pintu Dhalem* kiai.
*) Kediaman Ahlul Bait atau rumah kiai dan keluarga."Kalian harus istirahat, besok kan harus masuk madrasah," Nasehat Kiai.
"Enggeh, Kiai." Jawab santri serempak.
Memasuki pukul satu malam, pengeras suara di masjid mulai mati, lampu-lampu sudah dipadamkan, dan tiba waktunya mereka tidur setelah dirasa cukup mengingat Tuhan. Hanya seorang santri yang masih betah membaca di serambi masjid dengan bantuan lilin. Dia adalah Zamroni, salah seorang ustad di madrasah, dan satu-satunya yang masih muda. Usianya baru delapan belas tahun saat pertama diangkat menjadi guru. Masa-masa yang sederhana, dimana menjadi guru cukup dengan akhlak dan ilmu, dibayar sepuluh ribu pun mau, tanpa harus memikirkan tunjangan ini, dan ujian itu.
"Ustad Zam, jenengan tidak mau tidur?"
"Asaren, Ustad. Mik polah empian nemu juduh, e delem mimpeh*."
*) Tidurlah Ustad, siapa tahu sampean ketemu jodoh di dalam mimpi.Goda sahabat-sahabat Ustad Zam yang sudah siap dengan selimut antik bercorak kotak-kotaknya, yang saat bangun nanti beralih fungsi menjadi sarung.
"Kalian duluan saja, saya belum mengantuk." Ujar Ustad.
Suasana malam yang tenang adalah hadiah dari Tuhan untuk mereka yang haus ilmu. Tidak perlu secangkir kopi, cukup air wudu sebagai pengusir kantuk. Sejak pertama mondok tahun 1980-an, Zamroni sudah biasa begadang dengan kitab dan buku. Hanya saja malam ini, ada sesuatu yang menganggu.
Di pagar pesantren yang hanya setinggi dua meter, Zamroni seperti melihat sepasang tangan, seperti ada orang yang bergelantungan di balik pagar. Tempat itu gelap sekali, ditambah lagi ada pohon asam besar yang menghalangi cahaya bulan. Tapi dari tempat Zamroni duduk, ia sangat yakin bahwa yang berbaris di atas pagar adalah jari-jari manusia. Atau mungkin, sesuatu yang sengaja berwujud manusia.
Zamroni tergugah untuk mendekat. Ia bukan pemula dalam hal hantu-hantuan, karena saat Kiai sibuk, Ustad Zamroni lah yang selalu diutus untuk me-Ruqyah warga. Dibawanya lilin yang tinggal separuh batang itu sebagai penerang, meninggalkan kegelapan bagi sahabat-sahabatnya yang sedang tidur tadi. Membuat salah seorang dari mereka terbangun.
Mau kemana Ustad Zam malam-malam begini? Seorang sahabat bertanya-tanya dalam separuh sadarnya.
Dilihatnya Sang Ustad yang sudah sangat dekat dengan pagar. Sahabat itu tidak berani mendekat. Ia masih trauma dengan penampakan kuntilanak yang pernah bertengger di atas pagar saat dirinya hendak berwudhu, ia masih tidak siap kalau-kalau penampakan yang sama tiba-tiba melompat dari balik pagar. Ustad Zam mungkin tidak akan bereaksi apa-apa, tapi sahabat tersebut pasti akan pingsan dibalik sarungnya yang pesing.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKSEKUSI TAPAL KUDA
HorrorBanyusirih mengalami tahun-tahun terburuk sepanjang sejarah. Hampir setiap hari ada mayat yang mereka kuburkan, dan jumlahnya tidak sedikit. Belum lagi, adanya gangguan ghaib berupa santet dan kunjungan tengah malam dari arwah korban yang gentayanga...