Chapter 6

68 40 44
                                    

"Hanya berusaha semampuku untuk belajar mencintaimu secara tulus, menerima kamu apa adanya."

~❤❤~

Ay memutuskan untuk pulang. Ia tak kuat lagi. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia pulang sendiri ke rumah. Sebelumnya, ia sudah meminta izin kepada kepala sekolah. Sedangkan Ethan, ia sama sekali tak mau mengantar Ay pulang. Memang dasar!

Akhirnya sampai juga ke rumah Ay. Ay langsung masuk.

"Dek, Dek!"

"Ada apa ya, Bang?" tanya Ay pada tukang ojek itu.

"Maaf Dek, ongkosnya belum dibayar, "

"Hehehe, maaf, ya, Bang! Ini, Bang. Makasih, ya, Bang!" Ay cengengesan.

Padahal dalam hati sudah malu setengah mampus.

-oOo-

"Kok udah pulang?" tanya Bunda.

"Tadi Ay lemes, Bun," jawab Ay.

"Oh, gitu. Nanti malam, temen Bunda mau datang. Kamu dandan yang cantik!"

"Lah, kenapa harus cantik? Gak usah dandan, Ay udah cantik tau, Bun!" kata Ay dengan pedenya.

"Iya dehh, anak Bunda yang paling cantikk," ucap Bunda sambil mencubit pipi Ay.

"Bunda, jangan! Nanti pipi Ay molor.

"Ya iyalah aku yang paling cantik, anak Bunda yang cewek kan cuman, Ay. " Ay mencebik kesal.

"Hmm." Mungkin Bunda sudah malas meladeni Ay.

-oOo-

"Ayyyyyyyy" teriak Ethan dengan suara 10 oktaf nya. (Ya, kali ada :v)

"..."

Ethan sudah berulang kali memanggil Ay, tapi Ay sedikit pun tidak meresponnya. Karena sudah kehabisan kesabaran, Ethan akhirnya pergi ke kamar Ay.

Braaaakkk. Ethan membuka pintu Ay.

"Yeee, ni anak malah molor aja kerjanya. Bangun woi, bangun!"

Tak juga menyahut.

"Banguuuuunnn! Dah pagi, oiiiii!!" teriak Ethan.

"Iya, iya, nih, dah bangun." kata Ay sambil mengucek- ucek matanya.

"Sana mandi, udah sore nih. Bunda bilang tadi apa?" tanya Ethan sambil berkacak pinggang. Gayanya persis seperti Bunda sedang kesal.

"Enggak ah, malas, dingin. " Ay kembali telungkup.

"Ihhh, bangun, Ay! Gue aja cowok gak malas mandi. Dan lu, cewek?" Ethan berdecak kesal.

Ethan kembali mengguncang-guncang tubuh Ay. Akhirnya, Ethan tersenyum ala Lucifer, menggelitik kaki Ay.

"Hahaha, berhenti, woi, hahaha. Ampun, Bang! Hahaha geliiii. Eiii, kaki gue eiii," Ay tertawa hampir menangis.

"Makanya, cepetan mandi! "

"Gak!"

Ethan memukul bokong Ay sangat keras.

"Bundaaaaaaa!" teriak Ay sambil menangis kesakitan.

"Bundaaaaaaa, Abanggggg nakal, mukul pantat, Ay." teriak Ay sambil mengelus- elus bokongnya.

Ya, itu adalah kelemahan Ay. Ay yang tidak terima menjambak rambut Ethan.

"Ayyy, jangan Ay. Ini rambut baru gue kasih pomade!"

"Egp!"

Bunda tergopoh-gopoh naik ke atas untuk melerai kedua buah hatinya itu.

"Aduhhhhh, udahhh! Jangan berantem lagi! Entar uang jajan kalian Bunda potong!" Bunda memijit pelipisnya.

Kedua kakak-beradik itu segera mengakhiri pertengkaran mereka. Mereka berlari kecil ke arah Bunda.

"Bundaa, jangan potong uang jajan, Ay! Bunda, Ay janji bakal berantem lagi eh maksudnya gak berantem lagi kalo ni setan-"

"Eits, kok kata-katanya gitu, sih? "tanya Bunda.

"Hehehe, maksudnya abang Ethan yang ganteng, huweeekkkk." Ay berlagak muntah, "gak gangguin Ay lagi, Ay juga gak gangguin bang Ethan."

"Udah, salaman sana!" suruh Bunda.

Kelingking Ethan dan Ay sudah saling mengait.

-oOo-

Ay sudah bersiap-siap sejak tadi, tetapi tamunya tak kunjung datang. Ia mengenakan dress selutut tanpa lengan berwarna biru tua. Padahal, ia tak nyaman memakai dress itu. Rambutnya digerai.

"Bun, kapan sih temen Bunda itu datang? Kok lama, sih?" tanya Ay sambil mengikat rambutnya.

"Itu lho, anaknya lagi pergi keluar, belum balik-balik." jawab Bunda.

"Eh, itu rambut nya kenapa diikat?"

"Panas, Bun." jawab Ay.

"Emang temen Bunda yang mana sih?"

"Bawel kamu, ah, udah, lihat aja nanti! Nah, ini mereka baru berangkat katanya," ujar Bunda sambil memalingkan wajahnya dari smartphone-nya.

Tok tok tok

Teeeeettttt

Suara ketukan pintu dan bel beradu. Pertanda ada tamu datang.

"Nah, udah sampai tuh!" Bunda berkata.

"Kok cepet amat, sih, Bun?" tanya Ay untuk kesekian kalinya.

"Aduhh Ay, gimana, sih? Lama salah, cepet salah." Keluh Bunda sambil mencubit pipi Ay, gemas dengan kelakuan putri satu-satunya itu.

"Udah, Bunda bukain dulu, udah, rambut kamu gerai lagi. Rapiin!" Bunda berjalan ke depan meraih gagang pintu.

-oOo-

"

Ayyyyy, Ethannnnn, turuuun, yuk, Nak!" teriak Bunda agak halus karena ada tamu. Biasanya sih teriak sampai gelas bisa pecah. Kalo ada tamu baru jaim-jaim gimana gitu.

"Iya, Buuunn." jawab mereka serempak.

"Nah, ini dia tamu istimewanya!" seru Bunda.

"Haaaaaa!" Ay melongo tak percaya, lagi dan lagi dia harus dipertemukan dengan Ben.

"Apa!? Tamu istimewa? Astaga Bun,"

"Iya, kenapa  sih? Ayo, duduk sini!" kata Bunda sambil menepuk-nepuk sofa disebelahnya.

Mereka pun duduk. Setelah basa-basi yang lumayan lama, para orangtua mulai memberi kode.

"Jadi, Ay udah punya pacar?" tanya papa Ben.

"Belum, Om."

"Sama, dong kayak, Ben. " Mama Ben menimpali.

Ay sudah mulai curiga dengan gerak-gerik mereka. Seperti ada yang tidak beres.

"Jadi, untuk menghindari pergaulan bebas. Papa dan Bunda sudah sepakat menjodohkan kamu dengan Ben." jelas papa Ay.

"What?!" ucap Ay dan Ben bersamaan.

Mata mereka sudah beradu,saling memberi tatapan tajam. Aura-aura permusuhan sudah menyelimuti ruang lingkup Ben dan Ay.

Hehehe maaf ya kalo udah lama gak uupdate
Ikuti terus sampai chapter tetakhir ya

Voment ya,share juga
Kritik dan saran diterima

Rain Of SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang