Prologue

853 94 35
                                    

"Bisa. Bisa. Aku bisa. Aku bisa."

Jiho mengulang-ulang ucapannya. Berat. Semuanya terasa berat. Dadanya berdebar-debar, dan dia tahu dia harus melewati hari ini. Mempresentasikan sebuah ide yang mungkin bisa merubah dunia di depan pemimpin teknologi dan farmasi adalah hal yang besar dan Jiho tidak ingin menghancurkannya. Dia berulang-ulang mengecek dirinya di depan cermin besar yang disediakan tepat di depan ruang serbaguna. Rambut panjangnya diikat rapih menjadi satu gulungan, wajahnya cerah dan polesan gincunya tidak terlihat berlebihan. Walau dia tidak tidur semalaman, dia sangat berterima kasih pada bb cream dan eye cream yang dia gunakan pagi ini. Jiho menggigit bibir. Cantik, tapi sederhana. Menarik, tapi tidak menonjol.

"Jiho-chan," panggil seseorang di belakangnya. Jiho berbalik dan tersenyum melihat Jurina, mantan teman sekantornya di perusahaan Meijo, perusahaan farmasi terbaik di Jepang. Matsui Jurina mungkin muda, namun dia seseorang yang sudah meraih banyak prestasi. Dia pasti perwakilan Meijo mengenai presentasi hari ini. Wanita dengan senyum lebar dan aura karismatik itu memeluk Jiho dan memandang Jiho dengan lega. "Kau pasti bisa, sayang. Aku yakin. Semangat." Dan dengan itu Jurina masuk ke dalam ruang serbaguna. Jiho mebuang napas keras-keras.

Jiho menghela napas. Ini semua demi banyak orang. Demi banyak orang. Dan karena bantuan orang-orang itulah kamu berdiri disini.

Jiho punya banyak koneksi, itu benar.

Koneksi dari Meijo, dari Harvard, dari internship yang dia lakukan ketika di Harvard, serta koneksi dari orang tuanya. Oleh karena itu dia bisa berdiri disini sekarang, di depan hadapan pemimpin banyak perusahaan farmasi dunia, dirut rumah sakit korea, dan banyak orang lainnya. Namun sekarang, dia sendiri. Dia tidak berada di laboratorium bersama teman-teman Harvardnya, menguji cairan artifisial. Menghela napas mencoba mencari ketenangan. Ini sama ketika dia berada di depan kelas Biofarmasetika dan ditantang untuk mencari klirens serta eBAC seorang pasien yang meminum segelas wine tiga hari sebelum transplantasi liver. Menakutkan, namun mendebarkan.

Jiho masuk ke dalam ruang serbaguna dan banyak mata memandangnya. Dengan punggung lurus, Jiho mengambil remote controller dan lampu ruang dimatikan, sementara dirinya di hadapan banyak orang. Sinar proyektor menutupi seluruh tubuhnya.

"Perkenalkan Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya, nama saya Kim Jiho. Bukan seorang wanita yang berbeda dari banyak manusia kebanyakan, namun ide saya akan membuat anda gentar di tempat duduk anda." Jiho berkata dengan suara menggelegar. Langkah hak sepatunya terdengar seantero ruang serbaguna sementara Jiho memencet remot untuk memulai presentasinya. Slide proyektor menunjukkan satu kalimat panjang;

Vampire's Primary Consumption that Is Not a Blood : a Presentation.

Flashback 10 bulan yang lalu,

"Kau gila?" tanya Yubin dengan pandangan lebar. "Presentasi makanan vampir? Kau mau mati digigit lehernya sampai putus?"

"Apa salahnya?" tanya Jiho dengan mata menyipit. Kaleng bir di tangannya tidak lagi dingin. "Kita bukan orang kaya. Kita harus inovatif. Kita harus memanfaatkan keadaan. Vampir sudah mulai menjajaki dunia, kita harus bisa berjalan sejajar dengan mereka."

Tahun 2016, sebuah penemuan menarik ditemukan di Ceko. Sebuah kofin berisi manusia tertidur ditemukan dua puluh kaki di bawah tanah. Tiada tanda-tanda hipoksia, kesulitan bernapas, atau malnutrisi. Menurut ahli geologi, debu dan batu-batu kofin tersebut berusia tiga ratus tahun. Manusia yang tertidur bangun dan membuat banyak orang ketakutan dengan pengakuannya; dia seorang vampir.

Hal ini membangkitkan satu lagi fenomena yang tidak dapat dilupakan sejarah—munculnya tokoh-tokoh dunia yang mengaku di depan media bahwa mereka adalah... vampir. Presiden negara Adidaya, pemilik franchise raksasa, artis holywood, mereka mengaku secara simultan bahwa mereka adalah vampir. Ketika ditanya kenapa mereka mengaku semudah itu, hanya satu jawaban mereka,

LOCO (Takkan Diselesaikan)Where stories live. Discover now