In Time

2.1K 177 40
                                    

Tehyung tertunduk dalam diam. Tangan kirinya meremas dan memukul dadanya pelan. Mengharapkan rasa sakit itu berhenti dan hilang. Lagi dan lagi tempat tidur disampingnya kosong. Pemiliknya sudah bosan tidur dengannya, mungkin. Taehyung hanya tersenyum miris. Hubungannya dengan sang kekasih merenggang. Dia seolah tidak merasakan keberadaan Taehyung, sikapnya dingin dan semakin membuat Taehyung menjadi orang asing di rumah mereka. Rumah dengan jerih payah keduanya yang dibangun dari nol.

Park Jimin.

Lelaki dengan tubuh atletis dan tampan. Lelaki yang sudah menemaninya dari kecil. Teman sepermainan yang naik menjadi sahabat dan sahabat yang naik menjadi kekasih. Taehyung pikir keduanya, ia dan Jimin sangat cocok dan akan menikah pada akhir bulan ini. Taehyung pikir Jimin akan selalu memanjakannya apapun itu. Taehyung pikir semuanya akan baik-baik saja. Nyatanya, sebuah hubungan terdapat titik jenuh yang menghentikan kenangan indah.

Taehyung mengingatnya. Ketika Jimin pulang larut malam dan ia harus menunggu di ruang tengah. Kemudian Jimin akan menggendongnya ke kamar dan mencium keningnya sayang. Taehyung paham betul dengan pekerjaan Jimin sebagai kepala divisi kepolisian ibu kota mereka membuat Jimin tidak mempunyai waktu cukup untuknya. Ucapan lembut penuh dengan kecupan bergenti menjadi ucapan penuh tekanan dan kasar disaat bersamaan. Taehyung memahami segalanya.

Kim Taehyung.

Walaupun namanya selalu menjadi perbincangan utama dibeberapa media tidak membuat Taehyung menjadi sosok yang tinggi hati. Lewat tulisannya ia mampu menyalurkan semua apa yang ada dipikirannya. Kim Taehyung. Mahasiswa lulusan terbaik yang memilih menjadi penulis tanpa adanya pekerjaan tambahan lainnya. Hasil dari tulisannya lebih dari cukup untuk bekal hidupnya, selain itu Jimin melarangnya untuk bekerja secara fisik dan membuat tubuhnya lelah. Entahlah, Jimin memang menjaganya sedari dulu. Ketika ia berumur empat tahun dan Jimin berumur enam tahun. Tetangganya yang tampan dan datang dengan membawa bunga merah saat ia menangis meminta permen pada ibunya. Saat itulah Taehyung mengenalnya. Mengenal Park Jimin.

"Mengapa Jimin belum pulang?" Taehyung menatap jendela yang terbuka bebas. Merapatkan selimut kemudian merih hodie putih Jimin. Aroma Jimin membuatnya tenang karenanya Taehyung lebih memilih memakai pakaian Jimin daripada pakaiannya sendiri.

Taehyung beranjak dari tempat tidur. Melangkah pelan menuju balkon yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Tersenyum manis merasakan dinginnya angin malam yang menusuk tulang. Ia sangat menikmatinya. Wajah cantik itu semakin terlihat cantik dengan senyuman tulus yang tidak pernah hilang. Kim Taehyung, ditakdirkan oleh Tuhan untuk memiliki hati suci yang sukar marah. Kim Taehyung ditakdirkan Tuhan untuk berbahagia selamanya tanpa adanya beban yang ada dipundaknya.

Matanya memandang kebawah tepat pada pintu gerbang utama rumah mewahnya. Disitu ada Park Jimin. Dengan muka merona dan jalan yang terhuyung berusaha membuka pintu gerbang rumahnya. Disampung Park Jimin ada Jeon Jungkook, rekan Jimin sekaligus teman Jimin dan Taehyung. Lelaki dengan hati lembut dan penyayang. Jeon Jungkook.

"Aku bisa sendiri Kookie~" Taehyung melihatnya, Jimin berusaha menyingkirkan tangan Jungkook yang membantunya membuka gerbang.

"Aiss. Aku hanya membantumu hyung. Taehyung akan marah jika kau mabuk seperti ini. Kau tidak merasa bersalah huh?" Jungkook menarik kesal lengan Jimin. Ia juga ingin beristirahat omong-omong. Namun sebagai sahabat yang baik, ia wajib mengantarkan Jimin kerumah sahabatnya. Ia sudah berjanji pada kekasih Jimin untuk selalu mejaganya. Hah, apa Taehyung bercanda padanya? Tentu saja tidak!

Taehyung tersenyum melihat tingkah keduanya. Park Jimin dan Jeon Jungkook merupakan dua orang yang selalu menjaganya. Dua orang yang selalu membantunya dari keterpurukan. Namun diantara keduanya hanya Park Jimin yang memenangkan hatinya. Baginya Park Jimin adalah kebahagiaan mutlak.

Oneshoot (vottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang