10_ About Us

81 14 16
                                    

Dengan suasana kelas yang masih sepi dan sunyi, serta tugas yang sudah ia selesaikan semalaman membuat Melani seakan merasakan surga dunia untuk saat ini karena ia dapat melanjutkan membaca novel barunya yang belum sempat ia selesaikan dengan perasaan tenang dan tentram.

Duk duk duk, duk duk duk

Melani mendongakkan kepalanya dengan wajah datarnya untuk melihat siapakah makhluk menyebalkan yang telah berani-beraninya menganggu konsentrasi membacanya itu.

Wajah gadis itu semakin datar ketika menemukan si pemilik wajah yang berani mengusiknya itu dengan mengetuk-ngetukkan jemarinya pada meja Melani sehingga menimbulkan suara yang cukup berisik dan begitu mengganggu. Dan yang tidak kalah menyebalkan adalah ketika melihat ekspresi laki-laki itu sendiri yang terus menerus memamerkan cengiran lebarnya seraya menatapnya jahil.

"Serius amat neng,"
"Lagian pagi-pagi gini muka lo udah kayak air kobokan bekas cuci piring aja sih, pait." ujar Faldi dengan nadanya yang khas, menyebalkan.

Melani menutup buku novelnya dengan gerakan kasar. Sejak mereka membuat kesepakatan kemarin, Faldi tidak henti-hentinya menganggunya serta meledeknya habis-habisan membuat gadis itu merasa jengah.

Seandainya ditanya, apakah Melani menyesali permintaan yang ia lontarkan pada Faldi kemarin, jawabannya jelas iya.

Bukan situasi seperti ini yang diinginkannya, waktu itu Melani hanya ingin Faldi tidak menghindarinya sehingga ia bisa terbebas dari perasaan bersalah, tapi kenyataannya justru sebaliknya, sepertinya laki-laki itu sudah salah paham dengan permintaannya dan semakin semena-mena.

"Lo sendiri tau kalau ini masih pagi, jadi bisa nggak sih nggak usah mancing emosi gue?" tanya Melani jutek.

"Siapa yang mau mancing emosi lo, kayak nggak ada kerjaan aja. Dasarnya aja lo itu tempramental," Faldi tersenyum miring.

Seandainya dibiarkan terus, bisa dipastikan emosi Melani bakalan mendidih tidak lama lagi, dan untuk mengantisipasinya Melani lebih memilih pergi sambil membawa buku novelnya tadi.

"Eits, tunggu dulu. Buru-buru amat sih neng, mau kemana lo?" tanya Faldi bingung.

Melani berkacak pinggang, wajahnya begitu penuh emosi.

"Gue punya nama ya, sembarangan aja lo manggil gue neng-neng. Lo pikir nama gue oneng?" Melani menatap Faldi sinis.

Faldi terkekeh kuat, wajahnya terlihat begitu puas melihat wajah Melani yang sudah merah padam.

"Lagian mau gue kemana aja toh bukan urusan lo, yang jelas pergi ke tempat yang tenang dan bebas dari gangguan makhluk yang paling ngeselin." sahut Melani lagi.

"Emangnya siapa?"

"Buat yang ngerasa aja. Tapi kalau nggak ngerasa sih, namanya nggak tau diri." ujar Melani kemudian berlalu pergi.

Faldi terpekur dengan tatapan bingung. Tapi hanya sebentar, karena tak lama ia sudah tersenyum tipis.

"Kok lo makin menarik sih?"
"Tapi menarik buat diusilin, hehehe," batin Faldi dalam hati membuat senyumnya makin terkembang lebar.

"Temen lo ngapa woi, senyum-senyum sendiri bikin gue merinding." suara Erick yang baru saja datang membuat Faldi mendelik kesal.

"Kesambet kali tu bocah," sahut Darel dengan wajah datarnya.

~_¤_~

Melani melangkah cepat, sesekali kakinya menghentak-hentak kuat untuk menyalurkan emosinya pada Faldi, terkadang wajahnya menggembung lucu. Tanpa ia sadari, kakinya terus melangkah mendekati perpustakaan.

About Us (Spin Off Ilusi Hati)✔ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang