Rindu

2.5K 93 2
                                    

"Bego! Ngapain lu ngomong si!" Angga kini mengeluarkan suara dan Alvaro mulai menyimak obrolan mereka. Sesekali menatap mereka satu sama lain.

"Eeeh maaf keceplosan Ga  ya udah kasih tau aja si" Aldi cengengesan sembari menatap Alvaro penuh ketakutan.

"Apa yang kalian sembunyiin dari gua?"

"Aduh mampus kicep dah gua nih mulut kenapa kaga bisa ngontrol si"  Aldi yang berada di sebelah Alvaro itu mulai kebingungan. Entah jawaban apa yang akan di berikan Aldi kepada Alvaro. Apa dia harus jujur saja?

"Lo.. Lo waktu itu pernah b-bilang kan suruh jagain Alifia dari jauh dan ga ngasih tau soal penyakit lo ke dia?" Alvaro hanya menganggukan kepala sambil mendengarkan Aldi berbicara.

"Tapi Mamah lo gabisa nahan buat ngomong ke Alifia jadi dia ngomong ke Alifia kalo lo sakit dan butuh dia dari situ Alifia tau kalo lo sakit gue sama Angga belum sempet ngomong ke Alifia tapi dia udah tau dari tante Fatimah. Entah dia marah atau ngga sama gua dan Angga.."
Jelas Aldi merasa bersalah karena menyembunyikan ini dari Alvaro walaupun sebenarnya dia ingin mengatakan ini semua dan menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan nya.

"Kalo lo marah sama kita-" Ucapan Angga di potong oleh Alvaro.

"Gue ga marah sama kalian. Makasih udah jagain Alifi-"

"Alifia?!" Aldi dan Angga ikut menoleh saat Alvaro sedikit berteriak melihat Alifia yang entah sejak kapan berada di ambang pintu. Dengan wajah yang di penuhi buliran air mata itu.

"L-lo udah lama disana fi?" Tanya Aldi yang sama terkejutnya dengan Alvaro dan Angga.

Alifia hanya menunduk punggungnya bergetar. Seakan semua ini mimpi. Alifia mendengar semua percakapan mereka bertiga. Dan ternyata alasan Angga dan Aldi
Adalah untuk menjaganya sekaligus menghindarinya jika ingin bertanya tentang Alvaro.

Kecewa sedih bahagia. Itulah yang di rasakan Alifia.

"Masuk sini.." Ajak Angga kemudian menghampiri Alifia yang berada di ambang pintu itu. Alifia hanya mengikuti Angga dengan wajah pasrah.

"Gue sama Angga keluar dulu ya ada urusan penting mendadak! Bye!" Pamit Aldi kemudian menarik tangan Angga untuk segera mengikuti keluar dari ruangan itu.

Dan sekarang tersisa mereka berdua. Alifia dan Alvaro. Diam hening tak ada yang memulai percakapan. Alifia hanya berdiri sambil menunduk. Sedangkan pandangan Alvaro hanya lurus.

Alvaro merasa bersalah atas semua yang telah ia lakukan. Berbohong tentang keadaan dirinya. Begitu pula Alifia yang merasa kecewa dengan Alvaro. Tapi kita ini apa? Hubungan apa? Bahkan mereka saja tak ada hubungan apapun selain pertemanan.

Lalu kenapa ini seperti tindakan melebihi seorang teman? Tak ada ikatan satu sama lain bukan? Karena Alifia tak kunjung jujur dengan perasaan nya yang terkadang membuat Alvaro ragu pula untuk mengatakan yang sejujurnya.

Tapi setelah mendengar suara rekaman Alifia yang di berikan oleh Aldi. Alvaro mempunyai tekad untuk terus membahagiakan gadis yang berada di depan nya itu. Tak akan membiarkan Alifia menangis lagi karena dirinya.

Sejenak kemudian Alvaro mengangkat badan nya dari tempat tidur kemudian memeluk Alifia dengan susah payahnya.

Alifia hanya diam. Bahkan ia menangis di punggung Alvaro. Menumpahkan segala kerinduan nya. Tanpa membalas pelukan Alvaro. Punggungnya bergetar. Rindu kecewa bahagia. Campur aduk.

"Maafin gue gabisa jadi cowo yang baik buat lo" Suara parau yang di rindukan Alifia selama beberapa bulan ini.

Namun Alifia tak menjawab bisikan Alvaro. Tetap diam dalam pelukan lelaki itu.

"Gue tau lo kecewa sama gue. Gue laki laki yang-" Alifia melepas pelukan nya. Menatap sendu Alvaro dengan air mata yang tak dapat di bendung lagi.

"Setiap rindu gue berubah jadi air mata. Ga ada balasan apapun ketika gue ngomong sama lo waktu lo koma. Malapetaka buat gue Al. Ketika lo sakit kaya gini dan gue baru tau beberapa minggu setelahnya.. Sakit? Iya! Kecewa? Iya!" Alifia berusaha mengontrol agar dia tidak terlalu larut dengan suasana. Alvaro terus menatap Alifia dengan rasa bersalah.

"Kaya mimpi kalo lo bakalan sadar dari koma.. Sampe gue frustasi sendiri. Lo tau ga? khawatirnya gue sama lo.. Sakit Al sakit banget. Apalagi Alena bilang kalo kalian udah di jodohin satu sama lain dan-"

"Maaf gue ganggu kalian gue ga bermaksud buat nyelonong ataupun nguping pembicaraan kalian" Alifia dan Alvaro serentak menoleh ke arah sumber suara itu. Alena. Yang sedang Alifia bicara dengan Alvaro saat ini. Menjadi bahan perdebatan mereka.

"Ngapain lo kesini? Gue pergi kok bentar lagi gue bukan pelakor. Gue ga ngerebut pacar orang" Alifia menekankan kata 'Pacar' pada Alena. Menatap Alena penuh amarah. Apakah ini akan berakhir disini?

"Jelasin semua Len! Apa yang lo omongin ke dia itu ga bener! Bitch!" Alvaro turut emosi ketika mendengar jika Alena mengaku tunangan nya. Serta menyebut Alifia adalah pelakor. Emosinya sudah memuncak sangat drastis. Ia tak rela Alifia menangis karena notabet mantan pacar nya itu.

"Fi.. Maafin gue gue gue tau gue salah. Apa yang gue omongin di kamar mandi waktu itu bohong. Alvaro sama gue emang pernah di jodohin tapi itu dulu sebelum gue yang buat semuanya runyam.." Alifia menoleh ke arah lain. Sesekali memejamkan mata. Apakah penderitaan nya masih belum habis. Ingin rasanya ia mematikan semua penderitaan ini. Mulai dari kehidupan hingga cinta.

"Puas lo udah bikin Alifia nangis? Inget omongan gua Len! Sekali lo bikin dia nangis lagi! Lo bakalan hancur sehancur hancurnya!" Alena hancur setelah mendengar ucapan Alvaro. Bodohnya dia telah menyia nyiakan laki laki yang ada di depan nya ini dengan berselingkuh.

"G- gue janji kok ga akan ganggu kalian lagi. Maafin gue ya" Ucap Alena lalu memegang tangan Alifia.

"Gue maafin lo.. Maaf tadi gue sama Alvaro kebawa emosi" Ucap Alifia kemudian memeluk Alena dengan tulus.

"Makasih ya maaf banget. Gue juga bentar lagi langsung ke Amerika. Di suruh papa sekolah di sana sampe kuliah. Doain dapet jodoh disana ya hahaha" Ucap Alena sambil menghapus sisa sisa air matanya.

"Iya Aamiin.. Al minta maaf sama Alena tadi kamu ngomong kasar ke dia" Alvaro langsung menatap Alifia dengan senyum devil nya.

"Maaf" Ucap Alvaro singkat tanpa menoleh ke arah Alena. Bukti jika Alvaro memang belum benar benar memaafkan Alena begitu saja seperti Alifia.Menurutnya perbuatan Alena harus di bayar setimpal. Tapi apalah daya Alvaro yang hanya bisa diam. Dia hanya bersyukur Alena tidak macam macam dengan Alifia.

Pantas saja perempuan selalu menggunakan hati sedangkan laki laki menggunakan logika.

'Kebanyakan pake hati sampe jadi bego'

Gerutu Alvaro sambil menatap jengah Alifia yang tengah mengantar kepergian Alena dari ruangan nya.

🌿🌿🌿

Setiap wanita pantas mendapatkan seorang pria yang mampu membuatnya lupa bahwa hatinya pernah terluka.

🌿🌿🌿

Hai maaf baru up wkwk udah masa2 sibuk BANGET jadi up nya mulai ga teratur. Di usahakan setiap minggu up kok. Kalo lagi ga ada acara. Terima kasih yang udah baca jangan lupa vote sekalian ngasih komentar untuk ceritanya barangkali ada yang salah dalam penulisan mohon maaf🙏

Cinta Pangeran Es ( End) MASA EDIT Where stories live. Discover now