Anak Ibu Pertiwi

38 5 1
                                    

        "Disana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda,tempat berlindung dihari tua, sampai akhir menutup mata"

Kini ku berdiri dihadapan orang-orang dari berbagai negeri ,dengan mendali emas yang ku- kalungi dan lagu Indonesia  Pusaka yang mengiringi,mendali ini kupersembahkan untukmu pertiwi.

                   **********

            Mentari khatulistiwa siang yang tepat berada dititik Nadir menuju Zenit dengan setia mene- mani perjalanan pulang sekolah- ku dan teman-teman, aku masih harus menempuh perjalannan sekitar 2,5km untuk sampai di- rumah. Kakiku telah terbiasa bersahabat dengan panasnya aspal dan kerikil jalan atau bah-kan ilalang tajam, mereka bilang cita-cita hanyalah dongeng sebe- lum tidur yang membawaku ter-buai dalam khayalan dunia mimpi,lalu terjebak didalam ke- indahannya,kemudian lupa bahwa hidup sebenarnya ada di- dunia nyata. Bagiku cita-cita lebih luas dari benua bahkan alam semesta yang tak hanya jadi khyalan semata dan jika kau ingin menaklukkan dunia butuh kerja keras untuk mewujudkan- nya, hingga aku bisa berdiri di- puncak kemenangan yang tinggi dengan do'a orang tua yang me- ngiringi, lalu bangkit tuk harumkan bumi pertiwi. Hidup tak semudah yang di angankan, banyak kerikil tajam dan belukar yang menghadang, layaknya jalan yang kulalui sekarang . Sebab itulah sebagai generasi yang menentukan nasib bangsa ini kita tak boleh menyerah dengan keadaan, walau nasib di- tangan Tuhan tapi apapun bisa jadi kenyataan.

                    **********

           Langit yang memantulkan warna biru laut, nampak amat bersemangat denga alto cumulus nya yang terkadang menghalangi
matahari dan membuat jalanan ini lebih teduh. Aku,Basuki dan Juanda kerap berhenti sejenak tuk mengumpulkan tenaga, agar kami bisa melanjutkan perjalanan yang sudah menjadi makan siang kami sehari hari.

"Ri,kita harus cepat sampai ke- rumah sapi-sapi ku sudah terlalu lama diperbatasan" kata Basuki

"Tak usah takut,ada ayahku yang menjaga sapi-sapimu dan sapi orang-orang desa" Jwabku

"Tapikan sapiku berada, diwilayah negara" balas Basuki

"Sudah lebih baik kita jalan lagi"
kataku

        Ada benarnya juga kata Juanda,tugas ayahku adalah menjaga negara bukan menjaga sapinya Basuki. Seperti itulah perjalanan pulang sekolah kami setiap hari, berada diantara mereka membuatku sadar bahwa hidupku tak semiris yang kupikirkan dan aku patut bersyukur untuk itu. Basuki sama sepertiku anak pedalaman Kupang, walaupun tinggal di ibu kota Nusa Tenggara Timur tapi desaku jauh di ujung Kupang, tepatnya diperbatasan NTT dan Timor Leste, ia mengajariku bahwa Tuhan adalah penulis skenario terbaik yang akan selalu menuliskan cerita indah melalui tinta keajaibannya. Basuki dan keluarganya pindah dari Bali ke NTT sekitar 4 tahun yang lalu,diskriminasi salah satu desa di bali terhadap warga mus-
lim membuat ia dan keluaganya terpaksa meninggalkan Bali. Waktu itu ayahnya sempat berniat untuk kembali ke Jawa tetapi trauma ayahnya terhadap tanah jawa terlalu besar, hingga akhirnya mereka menyambung hidup di Nusa Tenggara Timur.

"Orang-orang hanya melihat tanah NTT ini sebagai negeri yang tandus, miskin dan terbela- kang. Tapi pandanganku ber- beda, mereka tidak merasakan toleransi, masyarakat yang ber- budi adat serta kedamaian hidup umat beragama di tanah ini" ujar pakde Malik.

          Pakde Malik adalah seorang peternak sapi kecil-kecilan, para tetangga kerap menitipkan sapi- sapinya kepada pakde Malik untuk dirawat, jika sapi tersebut sudah besar pakde Malik akan mendapatkan bagian sesuai yang telah dijanjikan. Sedangkan isteri   nya, ibu Basuki adalah penyandang tunanetra, ibunya menjadi inspirasi banyak orang, bagaimana seorang wanita tuna- netra hidup yang tinggi dengan sejuta inspirasi.

           Bedalagi dengan Juanda, remaja berperawakan tinggi dengan kulit putih ini membuat orang tak dapat menerka bahwa ia adalah pribumi. Ia lahir dalam pangkuan budaya NTT, ayah, ibu dan keluarganya yang merupa- kan orang NTT asli membuat budaya NTT lah yang membesar- kannya. Ayahnya adalah pedagang, beliau memiliki warung dirumahnya, setiap minggu pagi beliau pergi ke negara tetangga untuk membeli perlengkapan warungnya,didesa- ku semua pedagang pribumi membeli barang dagangannya di Timor leste, karena dinegeri tambang emas itu semua barang yang dijual jauh lebih murah di banding tanah sendiri, sungguh aneh, tapi inilah adanya.




Vote&coment yaa...
Butuh saran nya,
Sorry klo masih banyak typo, masih belajar hehehe:v

Anak Ibu PertiwiWhere stories live. Discover now