3.

11 4 0
                                    

Keesokan harinya aku,Basri, dan Juanda pergi ke sekolah seperti biasa, dengan rambut mengkilap dan tali sepatu yang rapi ku ikat,aku siap untuk menuntut ilmu. Karena ini musim kemarau,jadi aku tak perlu susah payah melepas sepatu dan membawanya meng- gunakan tangan,biasanya saat musim hujan, kami akan mem- bawa sepatu-sepatu kami menggunakan tangan karena jalanan yang becek dan berlumpur, bel berbunyi tanda upacara akan segera dilaksana- kan,kami berbaris dilapangan yang penuh ilalang tinggi.

"Anak-anak pada bulan Februari nanti akan ada olimpiade siswa tingkat kota, jadi minggu depan sekolah akan mengadakan seleksi untuk menyeleksi siswa yang bisa mengikuti olimpiade tersebut dan kemudian akan mengikuti kelas olimpiade sampai 4 bulan kedepan. Bapak harap minat anak-anak dalam olimpiade ini tinggi, mari kita bangkitkan semangat sekolah kita,dan bapak berharap akan ada salah satu di antara kalian yang mampu meraih mendali di tingkat Nasional maupun Internasional" ujar pak Fadli selaku kepala sekolah sekaligus pembina upacara.
Aku cukup tertarik pada olimpiade itu, tapi aku bingung bidang apa yang harus aku pilih dan aku belum paham betul bagaimana menjadi siswa olimpiade, kemudian aku bertanya kepada pak Wendi.

"Pak Wendi,bagaimana sih rasanya ikut olimpiade,susah atau tidak, apakah kami perlu begadang dan belajar keras agar bisa menang,dan kalau menang hadiahnya apa pak," aku menim- panya dengan pertanyaan bertubi.

"Jadi siswa olimpiade itu mudah, tapi jadi siswa olimpiade yang tidak asal-asalan itu yang susah, kalau kau bisa menang olimpiade di kota Kupang, kau bisa pergi ke Padang untuk ikut olimpide tingkat Nasional. Berke- nalan dengan siswa-siswa dari berbagai kota dan saling bertukar pengalaman. Lalu kau bisa jalan-jalan melihat indahnya Rumah Gadang dan tingginya jam Gadang,mencicipi rendang padang langsung dari tanah asalnya. Jika kau masuk 30 besar, kau bisa membawa pulang mendali perunggu dan uang Rp3.500.000 juga bingkisan menarik,jika kau masuk 15 besar kau bisa membawa pulang mendali perak dan uang Rp5.000.000, dan jika kau masuk 5 besar kau bisa membawa pulang mendali emas dan uang sebesar Rp7.000.000. Kalau kau hanya masuk 30 besar,kau masih berkesempatan untuk mengikuti pelatihan nasional,dan kemudian jika kau lulus, kau akan berang- kat ke Belanda,bersaing dengan ratusan siswa dari berbagai negara. Walupun tak masuk 30 besar kau masih akan membawa pulang uang Rp2.000.000, piagam serta bingkisan, luar biasa bukan, tapi perjalanan mu tak akan mudah,kau harus kerja keras lebih keras dari perjuanganmu berjalan 10 km untuk pergi sekolah dan pulang sekolah. Bapak percaya padamu" kata pak Wendi dengan panjang lebar.

**********

Siang ini seperti biasa aku pulang bersama Juanda dan Basuki,pidato pak Fadli saat upacara dan cerita singkat pak Wendi tadi pagi masih terngiang sangat jelas, efek cariolis akibat rotasi bumi yang terjadi mem-buat angin senantiasa berhem- bus siang ini. Kemudian aku, Basuki dan Juanda berhenti di pantai sambil mengamati laut yang tak berujung.

"Juanda,coba kau lihat laut itu, sangat luas dan tak berujung" ujarku

"Tentu kau tak akan menemukan ujung lautan, karena bumi ber- bentuk bulat, sehingga bumi tidak mempunyai sudut ataupun ujung" jawab Juanda pasti.

Tuhan menciptakan bumi dengan sangat kompleks. Keter- tarikan ku pada planet biru ini membuatku berniat untuk meng- ikuti olimpiade kebumian. Mem- pelajari bumi dapat menjadi pe- ngingat agar aku tetap bersyukur kepada yang kuasa atas bumi yang diciptakannya.

**********

Waktu terasa lebih cepat, kini aku telah tergabung dalam kelas olimpide kebumian bersama belasan siswa lainnya. Hari itu pak Budi sebagai guru olimpiade menjelaskan tentang cuaca dan iklim, kemudian aku bertanya

"Pak kenapa wilayah Indonesia bagian Timur serig dilanda kekeringan dibandingkan wilayah Barat, padahal kita sama- sama berada di garis kha- tulistiwa" tanyaku penasaran

"Itu karena uap air dari Samudera Pasifik yang dibawa angin monsun barat telah habis, jadi angin keringlah yang ber- hembus di bagian timur" jawab pak Budi jelas

Kini pengetahuanku bertambah lagi dan kini aku semakin dibuat penasaran untuk mempelajari bumi lebih dalam lagi.

**********

Malam ini aku hendak belajar kebumian tapi karena satu-satunya PLTA desa rusak, aku terpaksa ditemani sebatang lilin sebagai penerangan. Sepiring pempek yang digoreng ibu sore tadi ikut menemani belajar malamku. Bulan depan olimpiade tingkat kota akan dilaksanakan oleh karena itu, aku tak boleh kehilangan kesem- patan ini, esok akan ada try out pertama untuk menyeleksi 10 siswa yang akan tetap bertahan di kelas olimpiade. Sebelum tidur aku solat tahajud terlebih dahulu agar try out ku besok di permudah Tuhan. Ayah dan ibu selalu membiasakan aku,adik dan kakaku untuk solat tahajud. Kata ibu, orang yang rajin solat tahajud pasti hidupnya akan tenang walaupun dalam keku-rangan. Keesokan harinya, aku pergi sekolah dengan siap dan tentunya meminta doa ibu.

Anak Ibu PertiwiWhere stories live. Discover now