5.

10 3 0
                                    

        "Ibu akan selalu mendo'a kan mu nak, jangan pernah sia- siakan kesempatan ini, kau ingatkan betapa sulitnya per- juanganmu untuk mencapai titik ini. Ayah, ibu, kakak, adik, pak Wendi, pak Budi, guru-gurumu, serta orang yang menyayangimu menunggu kesuksesanmu nak" kata ibu

Mendengar kata-kata ibu, rasa- nya kristal mata ini hendak ter- jatuh. Untungnya mataku masih bisa diajak kompromi, ia enggan menjatuhkan kristal beningnya begitu saja.

       Bisa pergi keluar kota dan naik pesawat merupakan kesempatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Terdengar begitu hebat bagi orang kampung sepertiku. Bahkan semua orang didesaku tau jika aku hendak pergi ke Padang, dari kursi pesawat yang begitu nyaman aku menatap keluar dan memandang halusnya awan. Aku teringat pak Wendi dengan motivasinya yang berhasil membawaku pada titik ini. Aku juga teringat pada Basuki dan Juanda yang selalu memiliki cara untuk membangkitkan semangatku. Mimpiku menjadi lebih tinggi, dulu kukira mimpiku hanya sebatas pergi ke Padang dan bertemu dengan orang-orang dari seluruh negeri, tapi  seka- rang mimpiku menjadi lebih tinggi, aku ingin melihat negeri Belanda kemudian bermain dengan indahnya bunga tulip lalu pulang dengan membawa mendali. Tak ada yang tak mungkin bukan.

                    *********

        Setelah 5 jam, pesawat tiba ditanah minang. Kami langsung turun dan tak lama kemudian sebuah bus menjemput dan mengantarkan kami ke hotel. Aku langsung takjub ketika sampai dihotel nan bagitu megah dengan air mancur didepannya dan lampu ditaman-taman yang membuat rasa lelahku hilang seketika. Kemudian kami masuk dan aku kembali dibuat takjub dengan kamar yang jauh berbeda dari kamar dikampung, ditambah lagi toilet yang bagiku begitu modern. Aku langsung berbaring dan beristirahat karena nanti malam akan ada technical meeting.
       Keesokan harinya pertem- puran sebenarnya dimulai, aku memasuki aula utama yang begitu luas. Ratusan siswa dengan seragam kebanggaan mereka tampak amat bersema- ngat pagi ini. Acara dibuka langsung oleh Menteri pendi- dikan Indonesia, rasa gugupku pun kembali, sebelum lomba dimulai aku menelpon ibu terlebih dahulu tapi kata ayah, ibu sedang membaca yasin jadi aku hanya berbicara kepada ayah untuk meminta do'a.

        Sesi pertama dimulai dengan tes tertulis, seperti olimpiade sebelumnya aku menjawab 100 soal pilihan ganda dan 10 soal esai dengan tingkat yang lebih sulit tentunya. Bukan mudah menjawab soal-soal tersebut, apalagi soal-soal analisis. Tiga jam berlalu, aku langsung menelpon ibu. Satu hari berlalu, hari ini merupakan hari yang sangat melelahkan tapi aku tetap semangat walaupun besok akan ada praktek lapangan. Besok kami akan praktek di danau Singkarak, di OSK aku tidak menemui praktek lapangan seperti ini jadi aku cukup gugup.

       Hari kedua tiba, aku bersama peserta lainnya menuju kedanau Singkarak, kami jadi dapat menikmati kota Padang sepan- jang perjalanan, aku menemukan banyak rumah makan padang dengan bentuk bangunan yang khas. Ciri khas kental kota Padang benar-benar terasa, sampai di danau Singkarak, lagi- lagi aku dibuat takjub akan indahnya kota Padang. Menurut- ku praktek lapangan adalah yang paling menyenangkan, disana kami disuruh mengukur kedala- man danau berdasarkan beberapa data dan alat yang di berikan. Praktek lapangan ini seperi OSN 2 tahun lalu yang di laksanakan dikota kelahiranku yaitu kota Palembang.

      Hari ketiga tiba, masih ada beberapa bidang olimpiade yang belum selesai, agenda hari ini adalah seminar. Beberapa pem- bicara pun didatangkan, seperti Prof.DR.Ir Muhammad Hasan seorang dosen fakultas Ilmu Bumi dan Geologi Institut Teknologi Bandung, serta beberapa pembicara besar lain- nya yang membuatku semakin termotivasi untuk semangat dalam belajar.

      Dihari terkahir, kami diajak berkeliling kota Padang, ternyata ribuan kilometer dari NTT ada sebuah kota dengab harta karun terpendamnya yang berhasil membuat kami semua kagum. Tutur penduduknya yang ramah akan kau temui jika kau ke Padang. Kami menikmati lezat- nya rendang padang langsung dari tanah kelahirannya, mengunjungi museum, dan tentunya jam gadang yang menjadi simbol tanah minang ini. Sampai akhirnya aku tiba dihari pengumuman, aku tak tau bagaimana hasilnya. Seperti kata ibu, aku hanya perlu memberi- kan yang berbaik dan serahkan pada Allah. Tanpa disangka atau ini hanya sebuah keberuntungan akhirnya aku menang, namaku disebut sebagai peraih mendali perunggu diurutan ke-28 dari 30 siswa yang memperoleh mendali, aku masih tak percaya, jika aku masih didunia mimpi sadarkan aku Tuhan. Anak pelosok sepertiku akhirnya bisa mengalungi mendali kebanggaan ini. Dengan baju adat NTT yang kukenakan dan siswa-siswa dari seluruh negeri aku maju dengan bangganya. Setelah itu aku langsung menelpon ibu dan ayah untuk mengabarkan kabar gembira ini. Orangtua ku bangga bukan main.

"Kau tau nak, ibumu tak pernah berhenti membaca yasin saat kau mengikuti olimpiade tingkat kota, provinsi maupun nasional, sampai ia tau bahwa olimpiade mu sudah selesai. Oleh karena itu setiap kali kau pulang olimpiade kau selalu melihat ibu dikamar dengan balutan mukenah putih nya. Bicaralah pada ibumu dan ucapkan terimakasih padanya" kata ayah.

Вы достигли последнюю опубликованную часть.

⏰ Недавно обновлено: Aug 28, 2018 ⏰

Добавте эту историю в библиотеку и получите уведомление, когда следующия часть будет доступна!

Anak Ibu PertiwiМесто, где живут истории. Откройте их для себя