Part 1

14K 492 4
                                    

"Maaf nona, tanpa undangan, anda tidak bisa masuk ke ballroom ini." Ujar seorang pria tinggi tegap yang berkacamata hitam dan dibalut dengan jas.

"Saya ingin ketemu sama kakak saya di dalam sana. Biarkan saya masuk!" Ujar Yena memaksa dan berusaha menerobos kedua bodyguard bertubuh tinggi tegap itu. Namun hasilnya sia-sia. Tubuh mungil Yena yang hanya sampai di dada kedua bodyguard itu mampu diangkat dengan sebelah tangan kedua bodyguard tersebut.

"Maaf nona, tapi anda akan mengganggu tamu-tamu lainnya. Saya sarankan anda untuk meninggalkan tempat ini sebelum saya menggunakan cara paksa." Ujar salah satu bodyguard itu yang menyibak jas sebelah kanannya sengaja memperlihatkan senjata api miliknya.

Yena bergidik ngeri ketika mengingat rumor kekejaman mafia terbesar di negaranya itu yaitu Cruz. Tapi tetap saja mafia-mafia brengsek ini menyiksa Yani di dalam! Yena menyipitkan matanya tajam menatap bodyguard tersebut dan mengerang kesal. Namun bukan Yena namanya kalau dia gampang menyerah.

Yena yang sudah membalikkan badannya seolah-olah ia menyerah langsung dengan cepat kilat mengubah arahnya dan berlari ke arah pintu sekali lagi. Namun sayangnya ditangkap cepat oleh kedua bodyguard tadi.

"Aargghh!! Biarkan aku lewat sekali aja! Ini beneran nyawa kakak saya sedang sekarat di dalam!" Teriak Yena frustasi dengan wajah tembok tanpa ekspresinya kedua bodyguard itu.

Ding.

Tiba-tiba seorang pria yang baru saja keluar dari lift privat mewah di lantai tertinggi gedung Ritz Carlton berjalan mendekati pintu masuk ballroom. Pria itu berjalan tidak sendiri, namun bersama kedua pria bertubuh tegap tinggi dan lebih menakutkan dari kedua bodyguard yang sedang menahan Yena.

"Biarkan aku lewat!!!" Teriak Yena masih memberontak.

"Ada apa ini?" Tanya pria tersebut dengan suara rendah ala bass yang membuat Yena bergidik ngeri.

Yena membalikkan badannya dan menemukan pria tersebut tepat didepannya menjulang tinggi dan mengeluarkan aura menakutkan di sekitarnya. Tapi karena Yena semakin panik memikirkan Yani yang akan disiksa oleh para mafia kejam dan jahanam ini, keberanian Yena tiba-tiba meningkat drastis.

"Hey mister. Anda pasti tamu disini yakan? Bisa tolong bantu saya bilang sama kedua pohon tembok ini untuk membiarkan saya masuk!" Ujar Yena masih mencoba untuk mengatur nafasnya yang terputus-putus.

Pria itu tampak diam saja dan Yena sempat melihat ia hampir menyunggingkan senyum sedikit. Hampir. Atau aku salah lihat kali ya? Tapi sialan, ganteng juga dia. Batin Yena yang tiba-tiba terpesona dengan pria satu ini.

"Mister! Kok diam sih? Hey mister! Ayo bantu aku!" Ujar Yena dengan melengkungkan bibirnya kebawah cemberut bagai bebek keaseman, bangsat! Yena dalam hati mengumpat karena Yena tahu orang di depannya bukanlah orang sembarangan. Jadi dia tidak bisa memaksa kehendaknya seperti dulu ia memaksa anak gendut besar di sekolahannya untuk membelikannya makanan di kantin. Maaf ya teman-teman, saya mantan pembully. Tapi saya pembully anak-anak pembully juga. Si gendut itu mencoba untuk menampar Yani didepanku!

Baru saja pria menakutkan itu akan membuka mulutnya dan berbicara namun sudah dipotong oleh deringan teleponnya.

Ringg.. ring..

Wajah pria itu tampak sangat terganggu dengan suara telepon itu langsung mengangkatnya tanpa melihat nama penelepon.

"Hallo."

"Tuan, salah satu gadis melarikan diri."

"Apa?"

"Yang melarikan diri adalah anaknya bagaskara."

"..."

Yena tampak tak memperdulikan pria itu lagi karena sepertinya pria itu tidak mempunyai niat untuk membantu dan ia sedang dalam telepon yang sangat serius hingga tidak bisa diganggu. Maka Yena sekarang sedang mengajak kedua bodyguard itu untuk berunding.

"Maaf nona, anda benar-benar harus pergi."

"Hey mister bodyguard. Dengar ya. Kakak saya ada di dalam dan nyawanya sedang terancam untuk seumur hidup dan aku kesini untuk menyelamatkannya!" Ujar Yena makin tak sabaran.

Pria yang sedang mengangkat teleponnya itu tiba-tiba mendengar percakapan antara Yena dan kedua bodyguard itu mulai tertarik.

Yena tampak sangat frustasi dengan keadaan yang sangat tidak mendukungnya dan ia merutuki diri sendiri karena tidak menyiapkan rencana secara matang sebelum kemari.

Batu berjalan seperti dua orang ini tidak akan mengerti apa yang kuucapkan. Atau kuteriak aja nama kakak ya?

"YANI!!" Teriak Yena mulai mengundang perhatian seluruh tamu disana. Yena mah bodo amat mau malu atau kagak dia gak perduli. Asal kakaknya aman aja dia udah lega.

"PUTRI SAYANI BAGASKARA!" Teriak Yena sekali lagi sambil berusaha menerobos kedua bodyguard itu.

Pria tadi langsung membulatkan matanya ketika ia mendengar nama yang diteriaki oleh Yena itu. Kemudian pria ini menyunggingkan senyuman terjahat yang pernah ada.

"James, Loki. Let her in." Ujar pria tersebut dengan suara datar rendah yang bikin Yena merinding itu.

"Ha? Ini beneran aku boleh masuk?" Tanya Yena dengan wajah polos bodohnya itu.

"Lady, come with us." Ujar salah satu bodyguard yang berjalan mendampingi pria menakutkan itu.

Bentar bentar. Jangan-jangan om ganteng tapi seram ini salah satu petinggi mafia cruz? Batin Yena mampus dalam hati sambil menatap pria tersebut curiga.

Yena seperti bagaikan ekor yang mengikuti majikannya kemana saja. Ia berjalan tepat dibelakang pria tersebut dengan patuh. Sambil melihat ke kanan dan ke kiri, Yena mencari kakaknya.

Ruangan begitu ramai dan penuh dengan orang-orang kelas atas. Ada yang pegang gelas wine sambil bergosip. Memakai tas birkin terbaru keluaran hermès dengan dibaluti dress vintage ysl terbaru? Sial! Sekujur tubuhnya bisa beli rumah aku! Batin Yena terpesona melihat seorang wanita paruh baya dengan aura super mahal dikelilingi oleh 4 wanita dayang-dayangnya yang memakai tas sekelas chanel.

Ini dulu adalah duniaku. Tapi semenjak ibu meninggal.. dan ayah sekarang yang sudah tidak rasional.. huft. Yena menghela nafas panjang mengingat kondisi keluarganya yang sudah jatuh jauh dari kejayaannya dulu.

Dulu Yena masih bisa mengoleksi beberapa tas keluaran terbaru chanel. Apalagi koleksi versace dan louis vuitton kesukaannya itu. Tapi semenjak ibu meninggal dan ayah bangkrut, tas-tas koleksinya sudah dijual semua. Sekarang Yena melihat tas yang dipakainya baru saja dibeli seharga 200.000 rupiah dari uniqlo.

Yena yang tenggelam dalam pemikirannya sendiri dengan patuh tetap mengikuti pria itu. Yena a mulai memerhatikan bahwa para wanita yang dilewati oleh pria ini tidak ada satupun yang menyapa dan mencoba untuk mendekatinya. Kenapa mereka memasang wajah begitu? Apa semenakutkan itu ya orang yang sedang jalan di depanku?. Batin Yena sambil menelan ludahnya keras. Mampus deh, gue mau dibawa kemana ya?

Akhirnya tibalah mereka di sebuah ruangan setelah melalui koridor yang begitu panjang dan sepertinya ada yang salah dengan ini.

"Em. Gini mister. Saya mau cari kakak saya disini." Ujar Yena agak gugup ketika berbicara dengan pria menakutkan tanpa senyuman satu ini.

"Silahkan masuk." Ujarnya dengan datar.

Entah kenapa, tubuh Yena dengan otomatis mengikuti perintah pria itu tanpa adanya penolakan. Padahal dalam hati Yena, ia sadar bahwa ini semua salah. Karena satu, ruangannya gelap, dua, disini tidak ada orang satupun, tiga, wajah pria itu tampak jahat sekali.

Dan benar saja, ketika Yena masuk ke dalam ruangan gelap tersebut, pintu yang tadi langsung ditutup dan dikunci oleh pria tadi.

Shit.

"HEY!! MISTER!! BUKAA!! HEYY!!" Teriak Yena yang ia tahu bahwa semua itu bakal sia-sia.

*****

23/07/2018

The AuctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang