4. Lomba Cheerleader Yura

159 10 0
                                    

"Ena, Iky!"

Yah, kalian mengenal siapa yang berteriak memanggil nama kedua orang tak asing itu. Dialah Tommy, manusia setengah semut sahabat baik Irena dan juga Rizky.

"Dunia serasa milik berdua, euy! Gandengan mulu kayak truk!", ledek Irena sambil tersenyum jahil kearah Tommy dan Yura yang saling menggenggam tangan. Reflek Yura melepaskan genggaman tangannya dari Tommy, dengan wajahnya yang sudah memerah. Tentu saja Tommy melayangkan protes pada Yura.

"Yang, kok dilepas sih tangan aku?", protes Tommy dengan bibir mengerucut.

Yura hanya terkekeh pelan. Kasihan juga si Tommy, mantan badboy yang mulai insyaf itu harus bersabar menghadapi kelakuan malu-malu Yura.

"Tom, contohin tuh pacar lo! Dia anaknya baik, dan punya rasa malu. Nah lo? Lo itu malu-maluin!", cibir Irena.

"Serah lo, Na!", balas Tommy pasrah.

Yura memasang senyum manis, membuat gadis itu makin cantik. Pantas saja Tommy klepek-klepek dan bertekuk lutut dihadapan Yura.

"Rizky, Rena, katanya kalian ikut olimpiade, yah?", tanya Yura, membuat Irena merasa sedikit malu, Rizky memasang tampang datar.

"I, iya, Ra!", balas Irena sedikit malu.

Tommy mendecih. "Sok imut lo ketupat sayur!"

Yura mendelik kesal pada Tommy. "Tom, nggak boleh ngomong gitu! Nggak boleh kasar sama perempuan, nggak baik!", tegur Yura dengan mata melototnya.

Hahaha, rasakan!

Irena menjulurkan lidahnya ke arah Tommy. Rasanya menyenangkan saja bisa mengejek sahabatnya yang setengah manusia dan setengah semut itu.

"By the way, kalian berdua keren, loh! Kalian berdua ikut olimpiade, dan mata pelajarannya itu menurut gue susah banget! Salut gue sama kalian!", puji Yura sembari mengacungkan jari jempolnya pada Irena dan Rizky.

"Makasih, Yura! Gue juga denger, lo ikut kompetisi cheerleader's antar sekolah, 'kan? Selamat, yah! Gue yakin sekolah kita bakalan menang, dan kalian bakalan dapat gelar juara. Secara lo yang jadi kaptennya!", ujar Irena.

Yura mengulum senyum. "Bisa aja lo muji gue. Do'a-in yah, biar sekolah kita menang!", ujar Yura bersemangat.

"Aamiin!", ujar Irena sambil mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah.

"Eh, kita ngobrol sambil duduk aja, yuk! Capek kalo berdiri mulu!", ujar Yura mengarahkan Tommy, Rizky, dan Irena disalah satu bangku taman yang kosong.

Mereka memilih duduk dibangku taman yang berada tepat dihadapan pohon yang rindang.

"Ena, Iky, ntar nonton Yura, yah! Lomba cheerleader's antar sekolah!", ujar Tommy, yang diangguki secara antusias dari Irena, dan Rizky, cowok itu tetap memasang tanpa datar, bak tripleks kayu.

Ekspresi Rizky yang nampak tak bersahabat dan minta ditabok itu mendorong Irena menyenggol lengannya, agak keras. Rizky sampai meringis karenanya.

"Lo itu jadi orang nggak usah datar-datar amat, lah! Triplek pembatas kamar gue aja sampe kalah sama lo! Muka udah pas-pasan kayak uang tanggal tua masih sempet aja dibuat jelek!", cibir Irena pelan.

"Serah gue!", balas Rizky dengan suara pelan.

Bibir Irena mengerucut. Rizky selalu saja bertingkah seperti itu. Menyebalkan dan juga menjengkelkan. Ingin sekali Irena menggorok leher Rizky, jika diizinkan.

"Pasti! Rizky pasti bakalan dateng! Tenang aja!", ucap Irena yang langsung mendapatkan delikan tajam dari Rizky.

"Wah, gue seneng banget kalo kalian berdua bisa dateng! Apalagi kali ini Iky ikutan, pasti bakalan seru! Secara, dia 'kan anak olimpiade. Alasannya belajar mulu, sekali-kali nonton pertunjukkan, gitu!"

Rizky hanya bisa tersenyum kikuk mendengar ucapan Tommy.

***

"Ky, tungguin gue, kek!"

Irena berlari kecil guna menyeimbangkan langkah kakinya dengan Rizky. Irena jadi kesal sendiri, kenapa langkah kaki setiap cowok itu panjang, dan langkah kaki cewek lebih kecil? 'Kan kalau begini susah, ia susah menyeimbangkan langkah Rizky karena langkah kakinya yang panjang.

Rizky, orang yang dikejar Irena hanya mendengus kasar. Ia tetap melanjutkan langkah, tak peduli Irena berisik macam klakson mobil.

Hap!

Satu tangan Rizky berhasil diraih oleh Irena. Gadis itu bersyukur bahwa berat badannya tak banyak yang terkuras akibat jalan setengah berlari mengikuti Rizky.

Rizky menatap Irena horor, tapi sepertinya Irena tak peduli. Perlahan cekalan tangan Irena ditangan Rizky perlahan merenggang.

"Lo marah sama gue?", goda Irena sambil mencolek dagu Rizky.

Rizky menghindar, dan mendelik kesal pada Irena. "Nggak.", elaknya.

"Alah, kalo marah ngomong aja, kali!"

"Serah lo."

Rizky memilih berlalu, meninggalkan Irena yang masih berdiri dengan tampang cengo dibelakangnya. "Harus beli bensin sendiri lagi, nih! Donatur gue lagi ngambek!"

***

Usai membeli bensin dengan perjuangan yang bisa dikatakan tidak mudah, Irena memilih ke minimarket terlebih dahulu. Ia pikir tidak ada salahnya jika ia membeli beberapa persediaan bahan makanan dan beberapa cemilan, lumayan buat stok di rumah saat nonton film India.

Irena saat ini sudah menginjakkan kaki kedalam minimarket . Gadis itu mulai menuju ke tempat dimana aneka bahan makanan telah tersedia. Satu persatu makanan dan cemilan ia masukkan ke keranjang kecil. Entah itu mie instant, makanan kaleng, ataupun anek cemilan penggugah selera. Irena belum sempat ke pasar, maklum anak sekolah, yang waktu luangnya ada jika hari Minggu maupun libur telah tiba.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Irena untuk menyelesaikan aktivitas belanjanya. Sekarang saja ia sudah berdiri tepat didepan minimarket.

"Minum dulu, ah!"

Tangan Irena tergerak membuka tutup botol air mineral yang tadi dibelinya. Ia duduk diatas motornya, 'kan tidak sopan minum sambil berdiri. Rasulullah sangat menjunjung nilai-nilai kesopanan, dan Irena berusaha mengikutinya, agar menjadi umat yang baik tentunya. "Tumben-tumbenan gue alim begini!", ujarnya sambil terkekeh.

Mata Irena memandang sekeliling area minimarket. Siapa tahu ada cowok ganteng, lumayanlah cuci-cuci mata. Uhuy!

"Astaghfirullah!"

Irena reflek membalikkan tubuhnya. Napasnya memburu. Tadi ia baru saja melihat pasangan gay yang sedang memadu kasih di depan minimarket.
Irena jadi berpikir, ia tengah menonton drama seri Thailand.

Tak mau ambil pusing dengan urusan orang lain, Irena memakai helmnya dan mulai melajukan kuda besinya meninggalkan area minimarket.

Rizky & IrenaWhere stories live. Discover now