Prolog

265K 5K 121
                                    

(Ini adalah kisah beberapa cameo dari cerita My Little Girl dengan Jason Anderson sebagai tokoh utama) suka silakan baca, tidak suka tidak usah dibaca😊

Book 2 Anderson Siblings Series🤵

Anderson 1st generation.

Hai, karya ini 100% berasal dari imajinasi dan pengalaman pribadi, jika kalian menemukan karya yang mirip selain di semua akun resmi kepenulisan milikku, itu adalah plagiat! Kalian bisa menghubungiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, karya ini 100% berasal dari imajinasi dan pengalaman pribadi, jika kalian menemukan karya yang mirip selain di semua akun resmi kepenulisan milikku, itu adalah plagiat! Kalian bisa menghubungiku. Seluruh karyaku dilindungi UU. Selamat membaca😊

***

Jason Anderson merasa muram, sangat kontras dengan kondisi ruangan serta perusahaannya yang tampak ceria dan ramai.

Hampir Natal dan perusahaan Anderson Corp yang biasanya terlihat elegan dengan warna keemasan yang mendominasi tergantikan dengan hiasan lampu warna-warni, pohon cemara, dan pernak-perniknya. Awalnya Jason tidak setuju dengan hiasan itu dan lebih memilih menghias kantornya dengan lampion merah, adiknya dan keponakan-keponakannya menertawakannya dan mengatakan perusahaannya akan merayakan Natal atau Imlek?

Huh, yang benar saja! Tentu saja dia akan merayakan Natal, Imlek, dan seluruh hari raya kalau perlu. Perusahaannya adalah perusahaan internasional, banyak pegawainya yang berasal dari berbagai ras dan agama dari seluruh bumi. Lambat laun dia menyerah dengan banyaknya permintaan dan protes yang dilakukan karyawannya atas kordinasi dari Freya, dan akhirnya membiarkan Freya, keponakannya yang paling menggemaskan sekaligus menyebalkan mendekor ulang perusahaannya. Sekolah sudah mulai libur, Freya dan kembarannya, Nicholas, datang besok pagi di hari Sabtu. Freya dengan cekatan memerintahkan security membawa masuk pohon-pohon cemara dan kardus-kardus berisi hiasan.

"Let's go, Nic Nic. Kita akan menghias kantor jelek ini menjadi indah bagaikan di negeri dongeng." Suara Freya melengking, gadis kecil itu mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, Nicholas yang ada di sampingnya tersenyum kecil dan mengangguk dengan malu. Suara Freya membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Jason menggeleng dengan maklum. Di mana pun itu Freya memang terlihat mencolok dan menarik perhatian. Selain punya suara keras, keponakannya yang genit itu memang sangat cantik dengan mata biru besar yang bersinar bahagia dan rambut brunette bergelombang sepanjang punggung. Ditambah kehadiran Nicholas yang bagaikan pelengkap, dengan mata sebiru samudra dan wajah tampan, sikapnya yang jarang bicara membuatnya sedikit misterius. Tidak jarang banyak pegawai wanitanya yang mengagumi Nicholas, setiap mereka datang ke kantornya maka tak jarang banyak hadiah-hadiah yang mereka terima.

Sesuai intsruksi dari Freya, securtity menghias langit kantor dengan lampu dan kertas berwarna-warni yang berkilauan. Jason mengernyit ketika dia melihat bagaimana cahaya lampu memantul pada kertas perada yang membuat pandangannya silau.

"Nic Nic, menurutmu pohon Natal-nya kita hias dengan lampu kecil ini atau gantungan berbentuk snowflake ini?" Freya menunjukkan berbagai macam dekorasi yang berada dalam dus.

"Bagaimana kalau setiap pohon Natal kita hias dengan hiasan berbeda-beda?" Nicholas tersenyum, dan mulai mengeluarkan berbagai hiasan ada boneka berbentuk Santa, sepatu, bola, lonceng, slinger rumbai warna-warni, dan masih banyak lagi.

"Ide bagus, Nic Nic." Freya berseru ceria, tidak butuh waktu lama kedua anak itu sudah selesai menghias pohon-pohon cemara itu.

Jason tidak bisa berkata-kata. Ruangannya menjadi tampak seperti rumah-rumahan Sinterklas, dengan berbagai macam pita norak dan pohon-pohon Natal dengan bintang besar di atasnya.

Pita-pita pink, emas, perak, ungu, dan kuning berkelap-kelip memanjang di seluruh dinding membentuk pola abstrak melingkar di bingkai foto dan lukisan.

Harus Jason akui, dekorasi Freya memang luar biasa. Membuat kantornya cantik dengan penataan yang tepat membuat kantornya terasa memiliki aura menyenangkan. Ternyata keponakannya yang satu itu tidak hanya pintar mendesain baju, tetapi juga ruangan. Mungkin kalau sudah besar Freya bisa menjadi fashion designer seperti cita-citanya atau interior design. Dia duduk dan memadang bola krystal di mejanya. Butiran-butiran putih seperti salju yang bergerak dalam bola krystal seakan menghinanya. Dia menghela napas. Sejujurnya bukan masalah dekorasi kantornya yang membuatnya muram, tetapi wanita itu-mantan sekretarisnya yang tidak dia ketahui keberadaannya, pergi menghilang tanpa jejak.

***

Kimberly tersenyum pedih. Dia pikir pelariannya ke New York akan menjadi kenangan bahagia baginya, tetapi itu semua berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Hatinya terasa membeku dan nyaris hancur berkeping-keping, mungkin karena Natal yang hampir tiba dan cuaca dingin menghilangkan akal sehatnya. Bukan itu, sebenarnya dia sudah muak dengan kejadian-kejadian di hidupnya. Uap dingin keluar dari mulut dan hidungnya, dia mengusap-ngusap tangannya di sekitar pipinya, setidaknya apa yang dia lakukan membuatnya merasa sedikit hangat. Dia menunduk, memandangi jemarinya yang bergetar, seolah-olah itu bukanlah tangannya tetapi tangan orang lain.

Itu adalah tangannya, jemari ramping dan panjang dengan kuku berwarna peach. Dia pikir di jari manisnya nanti akan terpasang cincin, tetapi tidak ada cincin, jari-jarinya polos tanpa ada sesusatu yang menghiasi. Dia adalah wanita bodoh dengan gairah hidup yang nyaris padam. Siapa yang patut dia salahkan? Dirinya atau Jason? Pria bodoh yang gila kerja, memperlakukannya seakan dia sangat istimewa-membawanya terbang tinggi, dan menjatuhkannya dengan kejam. Terkadang dia iri dengan berkas-berkas dan laptop pria itu. Jason memperlakukan barang-barang tidak bernyawa itu dengan sangat hati-hati, memandangnya tanpa berkedip, dan siap lembur.

Dia adalah manusia yang punya perasaan dan nyawa. Dia hidup dan bernapas untuk keinginan pribadi yang tidak akan bisa terkabul. Dia memang akan pergi, tetapi dia tidak menduga semuanya menjadi sangat cepat. Dia menoleh ke belakang, di sana berdiri pria-pria berjas dengan wajah datar. Mungkin inilah yang terbaik, pergi dan melupakan pria yang tidak akan pernah bisa membalas cintanya dan menganggapnga ada. Setidaknya ada satu kebahagiaan yang dia dapat di sini, dia mengelus perutnya yang membuncit. Yang satu ini pasti menganggapnya, batinnya tersenyum lemah.

Sebentar lagi Natal dan masalahnya apa? Natal bukanlah penyebab dari seluruh masalah ini, tetapi Jason-lah sumber masalahnya. Penyebab emosinya yang tidak stabil bukan hanya disebabkan oleh sesuatu yang ada di dalam perutnya, juga karena Natal memengaruhi dunia dan orang-orang yang ada di dalamnya. Natal membungkus setiap harapan dan ketakutan dalam bentuk kristal snowflake-indah sekaligus berbahaya. Ujung-ujung snowflake yang runcing siap melukai kapan saja.

Tak peduli seberapa keras usahamu untuk mewujudkan impian-semua itu tidak akan terkabul. Seperti anak-anak yang meminta hadiah yang mereka inginkan kepada Sinterklas, karena Sinterklas tidak pernah ada dan Sinterklas tidak akan pernah bisa memberikan apa yang dia inginkan.

Kimberly menangis, air matanya jatuh membasahi salju di dekat kakinya. Seperti air matanya yang tak berarti apa-apa untuk salju-air matanya tidak akan pernah bisa mencairkan salju. Dia membenci dirinya yang lemah tetapi lebih membenci Natal, karena Natal membuatnya menyadari semua hal yang dirindukannya dalam hidup.

"Miseu, Seonsaengim pasti sudah menunggu." Seorang pria berjas mendekatinya, memegang payung, melindunginya dari butiran salju.

Kimberly mengangguk, menghapus air matanya dengan tangannya yang bergetar. Pria itu membuka pintu limusin. Kimberly berbalik, memandang New York untuk terakhir kalinya. Dia mengingat bagaimana kafe yang tadi dimasukinya mulai memutar lagu-lagu Natal yang sangat indah sampai dia harus menahan air matanya. Tersenyum tipis, dia menarik kopernya yang entah kenapa terasa lebih berat.

Dia pergi karena tidak ada lagi yang bisa dia harapkan. Dia memandang jalanan yang mulai tertutup salju dari balik kaca limusin, tersenyum melihat anak-anak dengan pakaian tebal membangun boneka salju. Limusin itu akan membawanya ke bandara, dan dia akan memulai hidup baru dengan rahasia yang akan diangkutnya ke Seoul.

***

26 Juli 2018

My Innocent Secretary [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang