Chapter 39

5.3K 163 24
                                    

Meminangmu
Chapter 39

Revan terdiam memandangi keramaian dari atas balkon apartement tempatnya menginap, keramaian yang sama sekali tak membuat hatinya riuh, tapi justru seolah-olah membuat hatinya semakin hampa dan sepi. sudah hampir tiga minggu Ia di Jepang, dan tiga minggu itu pula Ia habiskan hanya untuk berdiam diri melamun setelah sesekali Ia mengecek proses pembuatan produk bisnisnya, bunga sakura melambai tertiup angin, warna ke Emasan dari sisi sepanjang jalan dari biasan lampu, namun tak satupun yang mampu mengalihkan pandangannya pada bayangan wajah Nuraini. Ia menarik nafas dalam-dalam seolah membuang semua beban hatinya yang terasa sangat menyesakan dada. Bagaimana tidak menyesakan dada pernikahan Nuraini sudah hampir di depan mata itu artinya semua pintu kesempatan itu tertutup sudah baginya.

"Coffee" ucap seseorang dari sampingnya secara tiba-tiba. Revan hanya tersenyum getir menerima kopi dari Hayate.

"Sankyu Hayate..." Ucap Revan sembari sedikit mengangkat sedikit cangkirnya lalu menyesapnya perlahan karena masih panas.

"Apa yang sedang Revan-san lakukan?" Tanya Hayate mengikuti arah pandang Revan.

"Aku hanya sedang berfikir"

"Tentang?"

"Banyak hal yang aku pikirkan, salah satunya bisnis kita" ucapnya sembari melangkah menuju kursi lalu duduk dengan tangan memutar-mutar cangkir kopinya seolah sedang mencari bayangan wajahnya disana.

"Berarti salah satunya adalah Nuraini'kan" ucap Hayate sembari mengikuti Revan duduk disampingnya. Revan menghentikan jari-jarinya yang memutar-mutar bibir cangkir yang sedang digenggamannya.

"Darimana kamu tahu tentang Nuraini?" Sebenarnya pertanyaannya tak perlu dijawab karena Ia sudah tahu persis siapa yang memberitahu Hayate tentang Nuraini.

"Haruskah saya jawab" ucap Hayate sembari menyesap expreso-nya.
Revan terdiam, cukup lama Ia terjebak dalam keheningan fikirannya.

"Jadi benarkan" buru Hayate karena Revan masih belum bereaksi sama sekali atas pertanyaannya.

"Aku lelah dengan perasaanku ini, entah  bagaiman caranya aku bisa melupakannya, menutup mata saja gambarnya begitu jelas, setiap pagi wajah itu selalu menggangguku, setiap saat senynya selalu saja terlihat oleh mataku, setiap aku bernafas selalu saja terdengar namanya dalam benakku. Aku lelah terus berharap dia miliki, aku lelah.. apa yang harus aku lakukan Hayate"

"Pulanglah, temui dia... Berikan cinta yang sesungguhnya, saya yakin yang terluka sekarang bukan hanya Revan-san, tapi Nuraini juga... Biarkan, biarkan kalian berpisah tanpa harus saling menyakiti..."

"Tapi bukankah"
Sebelum ucapan Revan berlanjut Hayate langsung memotong.

"Percaya lah Revan-San, bukankah jodoh, maut, hidup dan Rezeki kita sudah ada yang mengaturnya, Allah pasti punya skenario indah dibalik ini semua, kalau tidak dipersatukan dengan Nuraini mungkin Revan-san akan di hadiahi orang seperti Nuraini karena kesabaran Revan-san. Bukankah Revan-san pernah ditinggalkan orang yang Revan-san cintai, anggaplah kita sedang menghadapi mimpi saat ketika kita bangun semua akan berlalu begitu saja, itu yang sedang saya lakukan sekarang" ucap Hayate dengan tersenyum getir.

"Yang sedang aku lakukan, maksudmu... Jangan-jangan" ucap Revan terkejut.

"Iyah... Natsuki akan menikah lusa, orang yang aku cintai akan menikah dengan dokter Takeru, Revan-san bayangkan saja bagaimana perasaanku, kurang lebih seperti yang sekarang Revan-san rasakan, tapi aku tidak mau kalah oleh perasaan aku membantu mencarikan Gereja bahkan cincin pernikahan untuknya, karena bagiku melihat dia tersenyum dengan laki-laki lain pun itu sudah sangat membahagiakan walaupun awalnya masih terasa sakit, sakit sekali... Tapi perlahan-lahan rasa sakit itu hilang karena sudah terbiasa merasakannya, justru yang aku khawatirkan adalah sakit tidak bisa melupakannya..." Ucap Hayate, sembari menyeka air matanya.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Where stories live. Discover now