Bab 11 : upacara pagi yang terlewatkan

4.2K 241 7
                                    

Waktu menunjukan pukul enam lewat tiga puluh. Seluruh murid SMA Nusantara berbaris di tengah lapangan untuk melaksanakan upacara bendera seperti biasanya disetiap hari senin.

"Za, lo nggak ikut upacara?" tanya Eki saat berdiri di ambang pintu.

Reza yang tengah asik memainkan game online di handpone miliknya itu hanya diam tanpa ada niatan untuk menjawab karena lebih memilih fokus pada permainannya.

Eki yang merasa terabaikan itu pun memanggil nama Reza dengan nyaring hingga membuatnya terganggu. "Reza!!!" Teriak Eki.

Reza pun berdecak sebal, dengan malas ia memandangi wajah temannya itu. "Apaan, Lo nggak liat gue lagi main game?  Ganggu tau nggak," ucap Reza dengan kesal.

Eki menggelengkan kepala. "Terserah lo deh, gue sama Galang ke lapangan ikut upacara. Males gue kali ini diem di kelas, kena hukum pak Manca ntar," kata Eki sambil berjalan meninggalkan Reza sendirian di kelas.

"Yaudah sana," usir Reza.

Kini kelas terasa sangat sepi, hanya suara dari mic  yang mendominasi keheningan ketika barisan tengah disiapkan. Bersama dengan game yang dapat di-instal pada android  Reza bermain dengan serius, ia benar-benar memilih untuk lebih fokus pada permainan ketimbang pidato para guru yang menurutnya sangat membosankan.

Bendera merah-putih mulai naik dan berkibar di udara. Seiring dengan berjalannya lagu Indonesia raya yang dinyanyikan para anggota paduan suara, permainan yang dimainkan oleh Reza mulai menuju finish. Namun ada satu hal yang tidak ia sadari, bahwa seorang laki-laki berperawakan agak tambun dengan rambut beruban yang disemir hitam datang menghampirinya.

"Hey kamu!!!" panggil seseorang tersebut. Reza yang semulai serius dengan permainannya itu pun langsung tersentak kaget hingga handphone  yang ada di genggamannya terjatuh ke lantai.

"Eh, pak Manca," ucap Reza sambil nyengir kuda, lalu ia membungkuk untuk mengambil kembali barangnya yang jatuh ke lantai.

"Ngapain kamu di sini, nggak ikut upacara kamu?" tanya seorang guru bernama Manca tersebut.

"Saya lagi main  game  pak, tadi udah hampir menang. Pas bapak datang malah game over  saya." Reza menyahuti sambil tersenyum kecil.

Pak Manca geleng-geleng kepala kali ini, ia benar-benar bosan jika harus terus berhadapan dengan Reza. "Kamu bukannya upacara malah diam di kelas, main hape lagi. Sini hape kamu." Pak Manca mencoba untuk mengabil handpone milik murid tak tahu di aturan dan tata tertib itu. Namun dengan sigap Reza menghindari tangkapan pak Manca, ia mengelak jika barang pentingnya diambil oleh guru BK seperti dirinya. Bisa-bisa tidak dikembalikan satu smester kedepan pikir Reza.

"Loh, ngelak dari saya kamu ya? Berani kamu?" pak Manca kini terlihat marah.

Reza hanya tersenyum penuh arti. "Jelas pak, nanti disita bapak lagi," kata Reza.

"Kurang ajar kamu ya! Sudah berani ngelawan kamu. Sini ikut saya," pak Manca menarik kerah baju milik Reza dan menyeretnya hingga melewati para siswa-siswi yang tengah melaksanakan upacara.

Pandangan banyak orang kini mengikuti arah langkah Reza yang diseret oleh pak Manca ke suatu tempat. Chia, Zahraa, juga kedua teman akrab Reza kini khawatir dengan apa yang akan dilakukan guru BK tersebut pada Reza.

,*****

"Sekarang kamu pel seluruh lantai koridor sekolah ini sampai bersih sebagai hukuman buat kamu," ujar pak Manca sambil melempar pel pada Reza. "Masih untung kamu bapak berikan hukuman seringan ini setelah apa yang kamu perbuat tadi," katanya sambil mengacak pinggang.

Menurut, Reza pun mengelap lantai koridor berlapis keramik putih susu tersebut degan rasa kesal di dadanya. Sendirian Reza membersihkan lantai koridor yang amat luas tersebut, bahkan sampai upacara selesai pun masih ada bagian-bagian yang belum ia bersihkan.

Eki dan galang datang menghampiri Reza, di belakang mereka berdua pun Zahraa dan Chia juga ikut menemui.

"Tuhkan, Za. Gue bilang juga apa, pasti bakal dihukum kan lo? Jera nggak?" Eki mengejek Reza yang terlihat mirip seperti office boy.

"Berisik lo." Reza menyahuti dengan kesal.

"Emang kenapa si Za?! Lo tuh susah banget buat ikut upacara, padahal nggak sampe satu jam loh!" Chia mengomeli, sementara Reza hanya mengabaikan suara adiknya tersebut.

Reza mengelapi lantai dengan kekesalan yang kian tak tertahankan. Apalagi dilihat oleh banyak orang seperti ini. Namun syukurnya tak ada orang yang berani menginjak lantai basah yang barusan dibersihkan olehnya.

Keempat orang tersebut pun hanya memandangi aktivitas Reza dengan seksama. Hingga akhirnya Zahraa berniat untuk membantu. "Umm... kak, aku bantuin ya," kata Zahraa berinisiatif.

"Iya, biar dibantuin aja. Cepet beres ntar." Chia menimpali, bermaksud untuk ikut membantu.

Mendengar kalimat tersebut, Reza menatap wajah Zahraa dengan raut tanpa ekspresi. Ia merasa aneh dengan kalimat barusan. "Nggak perlu," tolak Reza dengan sarkastis.

Chia dan Zahraa pun langsung terdiam, mereka tak bisa memaksa kali ini.

"Lo berdua mendingan bantuin gue ketimbang melongo di situ." Reza memberikan pel pada Eki dan Galang, membuat keduanya berdecak sebal.

Bagi siswa-siswi kelas sepuluh diperkenankan untuk datang ke ruang tata usaha untuk pengambilan seragam baru, panggil suara dari mic.

"Eh. Aku ke TU ya kak," pamit Zahraa pada Chia.

"Yudah sana."

Zahraa pun langsung berlari meninggalkan koridor untuk menuju sumber suara.

,*****

"Akhirnya seragam kita jadi juga," ucap Manda dengan senangnya.

Zahraa dan Ida pun nampak ikut senang dengan seragam baru mereka tersebut. Kini mereka sudah sah jadi murid SMA Nusantara.

Bersambung....

,*****

Pantengin ya guys.^^

Tinggalkan jejak jangan lupa.

Sabda Cinta Zahraa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang