Epilog [End]

8.6K 247 7
                                    

Reza kini hanya bisa berbaring dengan bosannya di atas ranjang rumah sakit, ia yang hanya sendirian di ruangan ini merasa sangat jenuh dan lelah jika harus terus berdiam diri.

Seharian yang bisa ia lakukan hanyalah menonton vidio avenger  melalui laptop nya yang dibawakan sang Papah. Aroma obat-obatan yang menyeruak membuatnya sedikit muak, ingin rasanya ia pergi ke luar dan menghirup udara segar, tapi tak tahu harus dengan siapa. Seandainya dokter membolehkan ia untuk bermain basket pasti lelaki itu akan lansung menurutinya.

Suara kenop pintu yang tengah dibuka, menampakkan sosok kawan-kawannya yang datang menjenguk sambil membawa sebuket bunga ukuran sangat besar. Reza tersenyum bahagia saat kedatangan teman-temannya, setidaknya kini ia tidak lagi sendirian dan merasa sepi.

"Gimana, Za? Udah baikkan nggak?" tanya Eki sambil menjabat tangan Reza, diikuti oleh Galang dan Dimas.

"Syukurnya udah," jawab Reza.

Semuanya pun tersenyum lega bersama-sama. Lalu dengan segera Chia memberikan buket bunga tersebut ke pelukan Reza.

Reza nampak senang dengan suasana ramai ini. Namun dari semua orang yang terlihat bahagia, ada satu orang yang memasang wajah kaku nan ragu. Dia adalah Zahraa, orang yang selalu membuat dada Reza berdetak kencang sejak beberapa hari yang lalu.

Dipandanginya wajah Zahraa yang hanya bertigaan dengan kedua teman dekatnya si Manda dan Ida. Mereka bertiga hanya mengamati dan ikut tersenyum ketika yang lain tersenyum, sedangkan Zahraa kaku seperti biasa.

"Ummm... gue pengen ke luar buat nyari udara seger," ucap Reza sambil mencoba turun dari ranjangnya. Yang lain pun mengamati aktivitasnya dan mengiyakan.

"Yaudah kalau gitu, biar gue anter." Chia menawarkan diri.

"Ah... nggak usah, gue bisa sendiri." Reza pun langsung berdiri dan berjalan meninggalkan yang lain. Namun tiba-tiba ia berhenti di ambang pintu, pandangannya kini terarah pada Zahraa.

"Ra, mau n-nemenin gue, nggak?" Reza gelagapan saat hendak mengajak Zahraa pergi ke luar mencari udara segar bersamanya.

Zahraa hanya memandangi lelaki di hadapannya cukup lama, lalu ia pun mengangguk. "Boleh."

Lalu keduanya meninggalkan ruangan tersebut bersama-sama, membuat yang lain merasa heran dan bingung.

Mereka menuju taman yang ada pada rumah sakit ini, lalu keduanya duduk pada salah satu kursi yang tersedia dan mengamati keadaan sekitar. Reza menarik napasnya dalam-dalam untuk menghirup udara segar.

Zahraa yang duduk tepat di sampingnya ia pandangi dengan seksama secara diam-diam. Diamatinya wajah Zahraa sambil tersenyum kecil, entah kenapa, tapi yang pasti ia merasa agak beda.

"Btw, gue--eh, aku, mau ngucapin makasih," kata Reza ragu-ragu.

"Akan hal apa?"  Zahraa mengerutkan kenignya saat mendengarkan kalimat Reza barusan. Pasalnya ia merasa tak melakukan apapun untuk lelaki itu.

"Eh, anu--, aduh ...." Reza salah tingkah, sungguh ekspresi gugupnya saat ini sangat lucu sampai-sampai membuat Zahraa tersenyum geli.

Tiba-tiba keduanya terdiam cukup lama, tak ada yang berkutik untuk beberapa menit, membuat Reza merasa risih dengan keadaan tersebut.

"Zahraa ... kamu udah punya pacar belum?"

Zahraa terkejut akan pertanyaan Reza barusan, ia pun memandangi lelaki tersebut dengan heran. "Maksud kamu apa?" tanya Zahraa memastikan.

Reza pun menghela napasnya sepanjang mungkin. "Jujur sebenernya aku kagum sama kamu semenjak kamu ngebela aku waktu mengghadap guru BK dan orang tuanya Adit. Aku ngerasa mulai ada perasaan yang berbeda ke kamu belakangan ini."

"Lupain semua hal buruk tentang aku dulu terhadap kamu, dan aku harap perasaan aku bisa tersampaikan ke kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?"

Sontak Zahraa merasa seperti melayang saat Reza berkata demikian terhadap dirinya. "A-aku, aku ...."

"Aku mau?" Reza memastikan gadis tersebut. Jujur sebenarnya ini adalah kali pertamanya menyatakan perasaan pada perempuan. Ia masih ragu-ragu jika Zahraa menolaknya.

Dengan senyum ragu Zahraa membalas ucapan Reza. "Kita masih bisa bersama dengan cara saling mencintai dalam doa. Tidak perlu pacaran untuk membuktikan semuanya kepada orang banyak," kata Zahraa. Reza pun hanya diam, masih dengan senyumnya semula.

"Aku paham kok dengan maksud kamu. Tapi ... kita tetap bisa sama-sama kan?" ujar Reza sedikit getir, ia pun seolah ragu-ragu hendak menggenggam tangan Zahraa.

"Percaya sama Allah. Ia yang menciptakan manusia agar saling berpasang-pasangan, dan kalau benar kita itu jodoh, sudah pasti akan dijaga oleh Allah sampai halal." Zahraa berucap sambil tersenyum manis agar Reza merasa yakin.

Reza pun menatap dalam ke arah Zahraa, kini ia sadar, bahwa mencintai itu bisa dengan cara apa saja.

Sementara dari kejauhan, tepat di balik pohon besar yang rindang sosok Chia, Eki, Galang, Dimas, Ida dan Manda sedang mengintip kedua orang yang tengah duduk berduatersebut dengan senyum bahagia. Mereka senang karena akhirnya keduanya bisa akur dan jadi lebih dekat dengan cara seperti ini.

"Akhirnya berakhir bahagia kisah ini, seengaknya terbayarkan hasil berantem gue kemaren sama gank nya Adit," ujar Galang seraya tertawa kecil.

"Iya, akhirnya banyak yang berubah dari kita semua setelah melewati proses yang panjang. Seneng rasanya," kata Chia, masih melihat ke arah Reza dan Zahraa.

Yang lain pun mengangguk setuju sambil bersyukur dalam hati masing-masing.

Tamat

,*****

Akhirnya tamat juga ceritanya Zahraa dan kawan-kawannya ini hiks :) terharu mata. Sumpah nggak nyangka, makasih dukungannya kalian guys, para readers tercintaku. I love youuuuu

Aku cinta kelen, makasih atas vote dan komen nya yg membangun dan menyemangati mata,^^ aku seneng bangettt ngettt ngettt....

Satu harapan mata sekarang setelah menamatkan cerita ini. Semoga segera terbit di penerbit mayor :") AMINNNN bantu Aminin ya guys, sama-sama bilang AMINNNNNNNNN....

Yaudah kalau gitu, sampai bertemu di cerita mata yang lain ya,^^ dadah semua. Assalamualaikum.

Sabda Cinta Zahraa [END]Where stories live. Discover now