Satu: Kenapa kau begitu menawan?

2.1K 214 32
                                    

"Bagaimana kencanmu kemarin?"

Kongpob tahu betul jika saudari perempuan tunggalnya adalah wanita yang teguh. Enggan menerima penolakan, mengupayakan segala hal yang terbaik baginya- bahkan sejak masih belia. Salahkan saja ketika usianya menginjak 25 tahun, Kongpob masih enggan terlibat lebih jauh dengan yang namanya cinta. Kongpob bukan bocah culun yang perlu dipermak ulang agar terlihat menarik bagi lawan jenis. Setidaknya dengan sedikit saja menarik senyum, para wanita sudah mengantri.

Dan ya. Untuk urusan percintaan, kakak perempuan tersayangnya, tanpa kenal lelah--berperan sebagai cupid.

"Tidak. Dia jelek."

Kongpob membalas singkat, enggan berpaling pada layar ponselnya, mengecek beberapa surel yang masuk. Baru saja ia hendak menekan salah satu menu, ponsel keaayangannya direbut paksa oleh monster betina itu.

"Jelek katamu? Kau menolak Praepailin si model terkenal itu? Bayaran untuk sekali pemotretan nya bahkan 3 kali gajimu perbulan! Bisa kusarankan agar otakmu yang semula berada di dengkul segera dipindahkan ke kepala?"

Oh ya. Sudah 25 tahun pula ia terbiasa dimaki oleh kakak perempuannya. Sempat berpikir, mama tersayangnya adalah wanita yang lemah lembut, papanya walau terkesan kaku-tapi tentu jauh berbeda dengan kesan monster seperti wanita gila dihadapannya ini.

"P'Kim... sudah kubilang berhenti menjodohkanku dengan wanita-wanita itu."

Kongpob menyenderkan tubuhnya pada sandaran sofa, teringat kembali akan kencan buta yang untuk kesekian kalinya adalah ulah Kim. Kongpob yakin ini sudah memasuki hitungan belasan ia melakukan kencan buta atas usul saudari perempuannya.

"Lalu kau mau kujodohkan dengan pria?"

"Sialan! Kau pikir aku apa?"

"Aku jauh-jauh datang kekantormu hanya untuk mendengarmu mengumpat?"

"Ini masih pagi dan kau berteriak diruanganku?"

"Oh. Adikku yang manis. Kau mau kuhajar?"

Kongpob reflek menyilangkan tangannya didepan wajah. Berharap bisa melindungi wajah tampan rupawan dari serangan mematikan saudari menyebalkannya.

"Huh." Kim menarik nafas panjang, mengontrol emosi yang meletup akibat kelakuan adik brengseknya ini. "Kalau kau tidak suka wanita seperti Prae, maka akan kucarikan wanita yang sederhana."

Lagi. Kongpob sudah lelah menolak segala perintah Kim. Lagipula jika kali ini wanita pilihan Kim menarik menurutnya, maka tidak ada salahnya untuk mencoba.

"Terserah."

Kim melirik jam tangannya. "Hei, bocah brengsek. Karena kau sudah bertingkah bodoh dengan menolak Prae, maka kau akan kuberi hukuman."

Kongpob memutar bola matanya bosan. "Apa? Memakan mie kuah dengan sedotan lagi?"

Kongpob bergidik ngeri ketika mengingat kembali peristiwa tersebut. Kim yang bodoh mendatanginya ketika jam istirahat, membawa semangkuk mie kuah lengkap dengan sebatang sedotan. Selanjutnya Kongpob diserang diare berkepanjangan.

"Mudah. Kau harus menjemput Lim disekolahnya."

Kongpob terkejut, segera bangkit-berkacak pinggang, berniat memprotes.
"Big no! Anak nakalmu itu terakhir kali menguras habis isi dompetku!"

Kim yang jauh lebih pendek darinnya melakukan hal yang sama. Matanya berkilat, siap mencekik Kongpob kapan saja.
"Dia keponakanmu, sialan! Aku ingat dia hanya meminta eskrim padamu."

Kongpob mendengus kesal. "Ya. Memang hanya eskrim. Tapi bocah nakal itu mengajak semua teman-teman sekelasnya. Dia berteriak 'Hei, uncle Kong mentraktir kita makan eskrim sepuasnya.' Tidak dan terimakasih."

Beside YouWhere stories live. Discover now