Chapter 6

193 26 0
                                    

Keesokan harinya...

Ariana's POV

12:35 PM

Aku melihat jam tangan yang melekat di tangan kiriku ini. Mereka masih saja belum datang. Memang segalanya harus diperhitungkan dahulu sebelum aku menandatangani kontrak itu. Mereka, One Direction, music group ternama, music group yang selalu naik daun, music group yang terkenal akan suara malaikatnya, telat datang selama 35 menit untuk hari ini.

Huufftt...

Memang sulit untuk berkolaborasi dengan mereka.

Sambil menunggu pun aku jadi mengingat kejadian kemarin di depan pintu...

Flashback

Ding dong

"Siapa tuh?" Tanyaku menatap Aaron

"Pizza ku!" Aaron langsung lari menuju pintu dengan semangat.

"Hey, aku juga mau!" Kejarku.

Tiba-tiba aku mematung saat sampai didepan pintu.

"Tidak ada siapa-siapa," gumamku. Aku menjadi horror... Dan ya, itu adalah salah satu kekuranganku.

"Emm.. Apa ini?" Tanya Aaron sambil mengambil sesuatu yang berada di bawah depan pintu.

Sebuah box berwarna abu-abu yang ukurannya tidak terlalu besar.

Aaron pun membawanya masuk sambil membuka isinya.

"Sebuah CD dan bunga mawar merah?" Gumamku saat Aaron membuka box itu.

Kok ini lucu sekali... Siapa yang memberikan bunga mawar merah menggunakan kardus? Ini gila.

Aku pun mengambil CD itu lalu memutarnya di ruang tamu.

Tidak ada gambar, melainkan suara lelaki.

Hai, cantik!

Aku tau kau suka bunga mawar merah. Oleh karena itu, aku memberikannya!

Aku ingat dimana kau tercengang saat melihat ada ribuan mawar merah di halaman depan rumahku. Kau ingin memetiknya semua dan membawanya pulang hanya sebagai pajangan rumah ataupun flower crown.

Lelaki itu terkekeh.

Aku tau kau tidak mau menerimaku lagi. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku tau aku brengsek. Tapi, itu dulu. Sejak saat kau menamparku, aku tersadar.

Lelaki itu Alvaro.

Buat apa aku mencari perempuan lain kalau hanya kau yang ada di pikiranku?

Gombal.

Aku mau minta maaf atas kejadian waktu itu. Saat aku dan Sylvia berpacaran dibelakang kau. Disaat status kita masih berpacaran.

Suara Alvaro terdengar gemetar dan juga tidak suka saat ia mengatakan nama Sylvia.

Aku menyesal, Ari. Aku ingin kau seperti dulu lagi.

Aku melunak.

Aku tau, sejak kejadian itu, kau berubah. Kau menjadi dingin kepada semua orang. Aku tidak ingin mereka kena imbasnya oleh perlakuan bodohku.

Aku memandang kosong sedangkan Aaron sedari tadi memperhatikanku dengan tatapan yang... Sulit diartikan.

Can we start it all over ag-

Aku dengan cepat mematikannya tanpa mendengar lanjutannya terlebih dahulu.

Aku menghela nafas. Tanpa kusadari, aku daritadi menahan nafas.

Story of My Life {DISCONTINUED}Where stories live. Discover now