Kan Cuma Teori?

1.4K 113 54
                                    

"Ngapain percaya teori konspirasi sih? Namanya aja teori, belum pasti benar? Kalo udah hukum, baru ane percaya."

"Lha, kalau begitu kita juga nggak boleh percaya sama teori gravitasi, teori evolusi, teori relativitas umum & khusus, teori perubahan iklim dong, gan? Apakah pada akhirnya semua teori itu hanya tai kebo, yang selama tidak ada bukti objektif maka tidak bisa kita percayai?"

Dialog di atas biasanya terjadi di kalangan orang yang debat kusir tentang teori konspirasi. Lalu menampik dengan dalih yang paling dasar, definisi. Mereka menganggap, alah ... ngapain sih sibuk berteori. Secret society, new world order, penyalahgunaan informasi, depopulasi. Kejauhan mikirnya. Hidup kan tinggal ngejalanin aja. Kalo emang betul petinggi negara punya rencana jahat, emang elu bisa apa?

Okeee, boleh lah iman atau pun nggak, itu terserah. Memang ketika kita tahu sesuatu, tetapi "merasa" tidak punya kekuatan untuk menghentikannya, yang bisa kita lakukan hanya diam dan ikut terbawa arus sampai waktu sendiri yang bakal menguliti satu per satu fitnah di muka bumi.

Kembali ke istilah teori. Sebenarnya saya juga nggak tahu sih, siapa yang menyelewengkan pemahaman mengenai teori dan hukum? 

Pada dasarnya, dalam kajian ilmu kita membedakan fakta, hipotesis, teori, dan hukum. Fakta kebalikan dari fiktif, yakni apa yang ada dalam kehidupan nyata, dan bisa diobservasi melalui indra. 

Misalnya, kita lihat Pak Haji lagi berjalan ke arah Barat. Itu fakta. Lalu, sebagai makhluk yang pakai otak (kalo bukan orang yang ignorance sih), kita akan berpikir lebih jauh. Oh, Pak Haji ini kayanya lagi mau jumatan ke mesjid ya (?). Masih pake tanda tanya. Itulah yang disebut hipotesis

Definisi hipotesis adalah kesimpulan awal, setelah kita membuat tinjauan pustaka. Proses meninjau pustaka artinya kamu baca-baca dari teori dan hukum terdahulu yang sekiranya bisa menjelaskan. Jadi kamu akan tahu: ini beneran Pak Haji apa bukan. Ya karena ciri-cirinya orangnya berkumis, rada tambun, dsb. Terus kenapa dia siang-siang pake kopyah, ke arah Barat, ya? Emang lagi mencari kitab suci kaya Sun Go Kong? Ya nggak toh. Jawaban yang paling mungkin, dan paling ingin kita dengar adalah: Pak Haji ini mau jumatan, soalnya dia muslim, ini siang-siang, hari Jumat, terus ke arah Barat. Walaupun di arah Barat sebenarnya ada mall, goa, rawa, tapi tempat yang paling mungkin adalah mesjid. Hipotesis semacam ini disebut hipotesis alternatif (H1) atau hipotesis kerja (Ha). Sedangkan Pak Haji ke Barat mau mencari kitab suci bersama tiga orang muridnya adalah hipotesis nol (H0), yakni sesuatu yang bertentangan dengan teori sebelumnya.

Yang utama justru hipotesis nol. Makanya hipotesis kerja disebut juga hipotesis alternatif. Jadi kalo lu sakit, mau ke dokter atau alternatif, lu pilih yang mana duluan? Oke, kalau lu pilih ke alternatif duluan, berarti lu emang beneran "sakit". Wkwk *abis ini dilempar bakiyak sama para alternativers*

Cara pembuktian hipotesis ini sama persis dengan prinsip hakim: praduga tak bersalah. Berpikir bahwa tersangka ini tidak bersalah (H0) sampai betul-betul terbukti kalau dia bersalah (H1). Ah, nggak deh, Pak Haji mau nyari Sun Go Kong ini. Sampai kamu bertanya, "Mau ke mana, Pak Haji?" 

Barulah dia jawab mau ke kondangan *lhah, bubar*

Intinya hipotesis harus dibuktikan sampai para ahli setuju dan mengakui kebenaran itu sebagai teori. Masalahnya kan kita nggak bisa tanya pada inti atom yang bergoyang, apakah dia berasal dari Big Bang atau Big Brother? Nggak kaya Pak Haji yang langsung bisa ditanya.

Conspirare | Menyingkap Tabir DuniaWhere stories live. Discover now