Prolog

7.5K 646 52
                                    



Gue berlari menuju rumah bertingkat yang berdiri tepat di depan rumah. Memasuki pekarangan dan menekan tombol merah di dekat pintu rumah milik keluarga Nakamoto ini.

Please, buka pintunya.

Waktu gue cuman tinggal satu jam sebelum tamu 'istimewa' yang ditunggu-tunggu oma, mama dan papa tiba. Kesini pun kabur, tanpa sepengetahuan mereka. Ya, gue turun pake tali kernmantle dari jendela kamar yang berada di lantai dua.

Cklek

Cklek

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.





Sosok yang diharapkan pun muncul. Seketika dan tanpa instruksi, bibir ini melengkung keatas lalu menubruk tubuh kurus nan keras milik laki-laki di depan gue ini. "Tolong gue, Yuta." Dengan terisak gue memeluknya. Pokoknya perasaan kalut, takut, cemas jadi satu semenjak berita tadi pagi. "Gue nggak mau dijodohin, tapi mama dan papa gak peduli. Yuta, bantu gue!"

Dia kebingungan melihat keadaan ini. Nangis kejer, suara gemetar, juga pelukan gue yang sangat erat sulit untuk dilepasin. Yuta mencoba melepas pelukan gue tapi nihil. Ya itu, saking eratnya gue memeluk.

"Lo tenang, okey,"

"Lo pikir bisa tenang ketika kurang dari satu jam lagi status gue bakal berubah jadi .... 'calon isteri orang'?" gue meracau hebat. Anehnya, dia nggak panik kayak gue sekarang.

Dia pikir ini candaan?

"Sstt, ya udah diem dulu! Nanti Ayah ngira, gue apa-apain lo."

Gue berhasil diem setelah berada di kamar Yuta. Atmosfir di kamar ini bikin hati tenang. Mungkin ada kemistri di antara gue dan kamarnya Yuta. Kamar ini selalu jadi tempat berlindung sejak kecil. Padahal nggak mewah-mewah banget.

Minimalis, ranjang yang muat buat satu orang berada tepat di samping jendela besar. Dua lemari kaca berisi komik dan koleksi mainan gundam yang disela-selanya berdiri sebuah meja belajar. Masih sama kayak dulu, rapih, bersih, dan wangi. Hanya cat kamarnya saja yang berubah jadi warna biru muda.

"Udah nangisnya?"

Ah, hampir lupa sama misi gue datang kesini.

"Lo inget kan tentang keinginan oma buat jodohin gue sama anak koleganya?"

"Ya."

"Nyesel udah menganggap itu candaan, Yut. Malam ini," gue menilik jam di dinding, "tepatnya 20 menit lagi, mereka bakal datang ke rumah dan membicarakan perjodohan itu." Gue kembali stress.

Bener, perjodohan itu asalnya memang dari oma. Luar biasanya, mampu bikin orangtua gue nggak berkutik dan menurut aja. Disitu sebelnya,

"Gue sadar kok kalau gue ini berbeda dari Kak Airin dan Kak Joy. Gue manja, hobi maen, susah diatur, sedangkan saudara gue ... udah pada sukses-sukses dengan suami yang sukses pula. Siapa yang nggak bangga kan?"

"Hm."

"Tapi gue beda. Gue nggak mau dieksploitasi dengan menikah di usia dini sama orang nggak dikenal. Apalagi udah tua. Gue juga gak ingin mengikuti jejak-jejak mereka yang dijodohkan."

"Berapa usianya?"

"Nggak tahu sih. Mungkin nggak jauh beda sama usia waktu kakak-kakak ipar gue dulu. 30? 27? Argh! Bodo amat! Yutaa, bantuin gue ...," lagi-lagi merengek. Terserah dia mau menilai gue seperti apa. Demi keselamatan dan kesejahteraan masa muda, gue rela gak mikirin harga diri di depan Yuta. Toh, biasanya juga gitu sih.

"Ya lo tinggal jujur aja kalo hati nggak bisa dipaksain."

Kenapa dia santai banget disaat sahabatnya lagi gelisah bak terdakwa mau diekseskusi gini? Resee!!

"Kalo alasan mainstream kayak gitu bisa melawan keputusan oma dan meluluhkan ketidahkpedulian mama dan papa, nggak bakalan gue dateng kesini. Bisa gue selesein sendiri." Emosi mulai memuncak sedikit demi sedikit. Sabar....

Yuta yang semula duduk sambil melipat kedua tangan di dada, berjalan mendekat. Dengan wajah yang minim ekspresi, dia bertanya, "Terus gue bisa bantu apa? Nggak mungkin kan bawa lo kab—"

"Jadi calon suami gue. Ya?"

___

Coba-coba nulis dengan gaya baru setelah sekian lama gak nulis. Yaudahlah ya, semoga bisa dinikmati. *maksa*

Jangan lupa vote+komennya kawan, komentar bantu saya buat lebih baik dalam menulis. Jadi jangan ragu-ragu kasih komentar yang membangun ya :) 

WHISPER - {Nakamoto Yuta}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora