Part 3- Confused

2.4K 342 35
                                    

__

Hari ini adalah jadwal gue nemenin Mama beli perlengkapan bulanan di supermarket. Daritadi gue cuman jadi ekornya mama, dan peran gue adalah kasih jawaban ya atau tidak atas pertanyaan mama, udah kayak ngisi kuesioner aja. Begini memang kalau pergi belanja sama mama, gak sebebas kalo pergi sendirian.

"La, nanti malem kan kakak-kakak kamu main ke rumah. Kira-kira mau dimasakin apa ya?" kata mama bingung sambil mengamati bahan-bahan masakan di depannya.

"Mereka makan apa aja doyan, Mah. Mama lupa?" ucap gue sambil bersedekap. Mama harusnya bersyukur sama ketiga putrinya, selain cantik-cantik juga nggak merepotkan dalam urusan makanan. Apa aja dimakan selagi gak beracun.

"Maksud mama kakak-kakak ipar kamu, gimana?"

"Ohh, mereka. Gampang!" celetuk gue asal. Jujur sih, aslinya males mikir. For you information, kedua kakak ipar gue itu emang cowok manly tapi dalam urusan makan, sedikit lebih merepotkan daripada kami kaum cewe.

Eh, ada hubungankah antara cowo manly dengan selera makan? Ngga ada deh ya,

"Gampang gimana maksud kamu? Gak inget apa waktu Papa ulang tahun Mama masakin nasi kuning mereka nggak doyan tapi maksain makan malah muntah-muntah," jelas Mama panjang lebar.

Haduhh itu sih mereka aja yang berlebihan, mentang-mentang blesteran.

"Iya iya inget, Ma. Gampang, delivery aja khusus mereka. Mama masak buat kita-kita, kecuali mereka. Easy kan?"

Pletakkk

Mama menyentil kening gue keras. Ugh!

"Kamu tuh ya, kalo ngomong nggak difilter dulu. Asal ceplos aja. Kamu mau mama dicap sebagai mertua jahat, nggak perhatian, nggak peduli, asaxefrefoenvyaa ..." atensi gue pecah, melihat bibir Mama yang terus mengoceh gue malah sibuk sama pikiran sendiri. Nggak tahu mama ngomong apa. Yang jelas sih, itu bibir atau karet gelang? Lentur bener diajak ngoceh. Gak capek digerakin ke kanan kiri atas bawah cepet banget gitu.

"Lala, kamu dengerin mama kan?"

Gue menggeleng, lalu membawa manik ini menatap mama.

"Ya Tuhann, ngidam apa aku saat mengandungnya." Finally, Mama berjalan meninggalkan gue sendirian.

Oke, mama butuh waktu sendiri. Gak usah diganggu atau semakin bikin mama badmood.

Mata gue menjelajahi sekitar. Nggak ada pemandangan yang menarik, karena di sini cuman ada sayur-sayuran, buah-buahan, beraneka macam bumbu dapur, ayam, ikan, daging-dagingan, betapa membosankannya tempat ini. Gue putuskan untuk keluar dari wilayah ibu-ibu rumah tangga dan berhenti di depan lemari es deket kasir. Selain gue bisa beli minuman dingin, di sini juga cukup strategis buat mantau keberadaan mama yang masih milih-milih bahan, sambil duduk.

"Lala,"

Gue menoleh saat ada yang manggil nama gue.

"Eh, Sana?"

"Iya, gue Sana. Masih inget?"

"Mantannya Yuta kan?"

Dia menyengir kaku. Haha.

Namanya Sana, seangkatan tapi beda sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Sana, seangkatan tapi beda sekolah. Gue kenal dia saat jadi pacarnya Yuta beberapa bulan yang lalu. Itupun saat dia main ke rumah Yuta, dan akhirnya kenal di sana. Yuta emang tertutup soal perasaan meskipun kita udah sahabatan lama, mungkin dia malu. Kayak gue haha.

"Sendiri?" tanyanya kemudian ikut duduk di sebelah gue. Di sini memang di sediain kursi, gak banyak cuman tiga kursi.

"Sama Nyonya." Jawab gue sambil mengarahkan jempol ke Mama.

Dia tertawa kecil saat paham maksud gue. Aduh, kalo liat Sana ketawa gitu berasa pengen ngatain si Yuta. Boleh nggak gue bilang kalo Yuta itu bobang udah nyiain si Sana. Mana cantik, anggun, baik hati, gak sombong, tinggi, sopan, rambutnya pirang mengkilap, panjang pula.

Ingin ku bertukar jiwa!
Kali aja gue berubah jadi anggun dengan berada di dalam tubuh dia.

"Kalo lo?" tanya gue gantian. Kasian kan kalo dia terus yang tanya, ntar disangka kepo.

"Sama abang gue." Dia menjawab sambil melengos lalu tertunduk. Raut mukanya juga berubah sedih, nggak ceria kayak tadi.

"Kok lo jadi murung gitu, San?"

"Gue ... gue, minta maaf." Lirihnya hampir tak terdengar. Untung ini telinga masih normal dan bebas dari kebiasaan pake headshet, jadi masih bisa denger.

"Minta maaf buat apa?"

"Minta maaf atas nama abang gue."

"Hm? Gue gak ngerti lo ngomong apa."

"Lala, gue minta maaf atas nama abang gue." Katanya lagi bersamaan dengan isakan yang keluar dari bibirnya. Dia nangis?

__

Kenapa ini, kenapa? Ada yang tahu kenapa Sana minta maaf atas nama abangnya? :)) Ayo keluarin semua tebakan yang ada dibenak ke kolom komentar!! (itupun kalo ada yang minat nebak).

Buat readers, makasih udah kasih vote dan komen di part sebelumnya :D #seneng harapannya sih, semoga cerita ini gak bosenin aja alurnya. EAAQ. Udah lah.. see you again!!

*GANTENG BANGET KAN ORANG DI ATAS INI!!! UDAH AH! BYE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*GANTENG BANGET KAN ORANG DI ATAS INI!!! UDAH AH! BYE.

WHISPER - {Nakamoto Yuta}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang