Chapter 2 - Dingin dan Hujan.

2.2K 150 0
                                    

TING!!

Bel pulang baru saja berbunyi, menandakan jam pelajaran hari ini telah usai. Guru yang tadi mengajar baru saja pergi. Dan siswa siswa yang bersiap mengeluarkan payungnya karena langit sudah gelap.

Gelap awan terus memekat, satu persatu titik hujan mulai berdatangan dan menjadi deras tak terbendung lagi.

Alsha berdecak ketika pesan masuk dari Bundanya yang mengatakan jika dirinya tidak bisa menjemput. Payung tak ada, jaket pun tak ada. Lengkap sudah penderitaannya.

"Al!" Seru Fika yang baru saja menyelesaikan piket kelasnya.
"Belom pulang?"

"Belum nih, gue bingung mau pulang naik apa. Bunda gak bisa jemput katanya." Jawab Alsha yang mengeratkan pelukan tangannya karena udara semakin dingin.

"Rumah lo dimana?"

"Komplek asri."

"Yah, kita gak satu arah. Tapi ada kok bus yang ke arah situ. Tunggu aja di halte depan sekolah."

"Oh ya? Makasih Fik."

"Iyaudah, gue duluan."

------

Halte bus tampak sepi, hanya satu dua orang saja yang sedang menunggu di halte itu. Mungkin karena bus sebelumnya sudah berangkat, dan kini harus menunggu giliran.

Ada wajah tidak asing disana. Tampak Sena yang baru saja ber high five bersama teman temannya lalu ditinggal pergi. Sena berdiri di tiang halte dengan tangan yang dimasukkan ke saku hoodie hitamnya.

Alsha langsung menuju halte dengan berusaha menutupi kepalanya dari hujan. Kemudian duduk di ujung tiang sambil sekali kali melirik Sena.

Tuh cowok aneh. Sama temen temennya Have fun banget. Giliran yang laen..

Alsha tak bisa melanjutkan pikirannya karena bus sudah datang. Dan ia harus bersiap untuk naik. Ia sengaja memilih kursi dua bangku di belakang Sena agar bisa mengamati cowok itu.

Tak ada yang spesial dari pergerakannya. Bahkan Sena hanya menatap hujan. Namun mata Alsha seolah terperangkap dan tak ingin beralih.

Cakep.

Alsha diam diam tersenyum, tak lama ia dikagetkan bus yang berhenti tiba tiba karena sudah sampai halte depan kompleknya. Ia turun kemudian memikirkan cara untuk ke rumahnya.

Yakali gue nerobos ujan, kalo basah daleman gue... Gak!

Apalagi jarak dari gerbang kompleknya sampai blok rumahnya lumayan jauh. Ia mulai berdiri gelisah karena takut akan dihalte semalaman.

Alsha melirik Sena yang juga berdiri dihalte yang sama dengannya berdiri. Semua yang naim bus tadi sudah bergi ke rumah masing masing, menyisakan Alsha dan Sena yang masih berdiam di halte.

Perlahan ia mendekati cowok itu, "Emm, Sena. Gue boleh minta tolong?"

Sena hanya melirik Alsha.

"Gue bingung gimana cara gue ke rumah. Kalo lo dijemput, apa gue boleh bareng? Komplek lo deket sini kan? Pliss..."

Sena menatap Alsha sebentar dan kemudian melepas hoodie yang dipakainya.

"Pake ini aja."

Setelahnya cowok itu pergi meninggalkan Alsha dan menerobos derasnya hujan dengan berlari. Alsha tersenyum perlahan.

:
:

Budayakan vote gaiss:)

Insensate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang