BAB 1

18.1K 2K 59
                                    


"Ini bercandaan?" kengerian di wajah Aydan tak dapat disembunyikan. Diremasnya proposal berjudul The Chosen One yang dibawakan sendiri oleh ibunya, "Mom nyuruh aku ikut acara alay di TV?"

"Ini bukan acara alay, sayang." seakan sudah mengira reaksi putranya itu, Diana tetap terlihat tenang, "CEO-nya Pak Sanjaya. Rekan bisnis dad. Tahu, 'kan?"

"Terus? Apa hubungannya sama aku?"

"Mom nyuruh kamu terima tawaran ini karena Pak Sanjaya yang buat acara. Soma TV terkenal out of the box, dan nggak cuma hobi ngejar rating. Apalagi katanya acara ini beda dari reality show biasa. High quality dan high budget pula."

"Tapi mom... ngapain juga aku harus ikut show beginian? Malu-maluin, kaya yang nggak laku aja."

Diana menghela napas panjang. Tak peduli bagaimanapun caranya, ia benar-benar ingin putranya berpartisipasi dalam TCO. "Aydan, mom tahu pacar kamu banyak di sana-sini, tapi sekarang kamu sudah 30 tahun! Sampai kapan sih kamu mau main-main terus?"

Aydan mendesah. Antara jengah, kesal, sekaligus tak percaya. "Jadi cuma karena aku belum mau married, Mom sampai minta aku ikut acara pencarian jodoh—yang notabene bakalan ditonton orang-orang se-Indonesia Raya?"

"Nggak masalah." Diana mengibaskan tangan kanannya, masa bodoh, "Mom minta kamu ikut karena merasa tertarik sama konsep acara ini. Dipikirin mateng-mateng dan terutama nggak alay seperti yang kamu bilang. Nggak pakai skrip aneh yang dibuat-buat. Acaranya juga cuma disiarkan seminggu sekali, jadi nggak akan menguras waktu kerja kamu, kan?"

Diana yang mempromosikan acara itu layaknya seorang sales peralatan dapur membuat Aydan pusing. Sialan, bagaimana caranya ia menolak permintaan aneh ibunda tercintanya ini?

"Tapi..." Aydan tiba-tiba mendapat sebuah gagasan, "apa mom yakin perempuan-perempuan yang ikut acara itu akan cocok sama selera mom? Aku nggak bisa bayangin kalau harus milih cewek secara random, yang bahkan nggak pernah aku kenal sebelumnya." ia lalu mengedikkan bahu, "Mantan-mantanku dulu aja nggak ada satu pun yang mom suka, padahal itu pilihanku sendiri."

Diana menggeleng-gelengkan kepala. Ia sudah jauh-jauh datang menemui putranya di tempat kerja. Ia bertekad tak akan pulang dengan tangan kosong!

"Justru itu." Diana menatap Aydan penuh arti, "Mom nggak terlalu percaya sama pilihan kamu. Siapa tahu perempuan-perempuan di acara Pak Sanjaya jauh lebih bermutu dari pilihan kamu selama ini."

Aydan tersentak. Mati kutu. Tampaknya tak peduli seberapa besar kekuasaan, kekayaan, dan jabatan yang dimilikinya, ia tetap tak dapat mengalahkan titah seorang Ibu.

***

A/N: Karena cerita ini sudah saya tulis hampir 40%, jadi Insha Allah updatenya akan lebih cepat dari biasanya :)


The Supernumerary Project (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang