Chapter 1

1.4K 138 43
                                    

Hal pertama kali yang disadari [Name] saat kembali dari menginap selama seminggu di rumah teman, ialah rumah kosong di samping rumahnya sudah berpenghuni. Bukan hantu, lho, masa hantu bisa menerangi rumah.

[Name] tak begitu penasaran, hal baik jika rumah megah itu ada orangnya. Selama rumah itu sepi, gelap dan berdiri dalam kemegahan dengan sarang laba-laba memenuhi jendela: hidupnya takkan pernah tenang. [Name] memang sudah dari SMA tinggal di rumah ini, tapi baru dua bulan yang lalu menempati kamar paling ujung. Beranda kamarnya mengarah persis ke rumah kosong. Ketakutan setengah mati waktu itu ada yang mengetuk jendela kamarnya (walau ia tahu itu hanya ranting pohon yang dibawa terbang angin).

Lagipula, berkat ibunya yang melahirkan, kamarnya yang mengarah ke pemandangan kota dirampas si bayi. Bukan salah bayinya, [Name], itu adikmu dan sayangilah dia.

Kini entah bagaimana, [Name] merasa berutang budi pada keluarga yang menempati rumah sebelah. Dengan ini, [Name] tak perlu banyak menginap di rumah teman hanya untuk mendapatkan ketenangan setiap mengerjakan tugas kuliah.

•∆•

Pagi harinya, Lukas mengamati rumput-rumput kering di halaman.

"Baik, aku akan mengurus kalian," bisiknya dengan mata malas.

Lukas masuk ke rumah, mengambil seember air, membawanya ke halaman. Dengan ini dia sudah siap untuk menghidupi rumput mati (Lukas tidak berpikir untuk memangkas para rumput).

"Ah!" Ada suara jerit diikuti dengan tubuh yang jatuh. Lukas menengok.

"Apa yang kau lakukan, Lukas?! Kenapa basah begini?!" Emil yang tengah terburu-buru dibuat jatuh hanya karena tetesan-tetesan sepanjang jalan dari kamar mandi menuju teras.

"Selamat pagi, Emil, sepuluh menit lagi sebelum gerbang sekolahmu ditutup." Begitu sapaan Lukas pada adiknya.

"Kau sudah tahu, tapi tak memberitahuku? Awas saja, kau." Emil perlahan bangkit, sedikit kotor pada celana SMA-nya.

Lukas tak lagi melihat adiknya, dia mengangkat ember, lalu berlari untuk menyiram keseluruhan rumput dengan air yang adil-niatnya. Namun, berkat batu tersembunyi, Lukas tersandung, kemudian ia terjatuh dengan air yang melayang ke arah seseorang.

"Dasar idiot ...." Bukan gaya Emil untuk menjerit melihat kecerobohan kakaknya, dia berbisik dan hendak kabur agar orang yang terkena air tidak tahu ikatan darah antara ia dan Lukas.

"Maaf ... ada batu tadi." Lukas melihat secara benar wanita yang basah kuyup.

Wanita itu sedang terburu-buru padahal, ia bernama [Name], kalau sampai telat naik bus, dosennya akan mengunci pintu dan meminta [Name] agar membuat esai sepanjang jalan kenangan, eh, maksudnya sepanjang tiga lembar bolak-balik.

Lukas bangkit berdiri saat [Name] masih membeku di tempat.

"Maaf, aku akan tanggung jawab, ayo ke dalam dan pinjam saja bajuku." Lukas mengulurkan tangan. [Name] menjerit serta lari ke arah rumahnya.

"Bodoh, kau baru saja jadi penjahat." Emil hadir tepat di belakang tubuh Lukas.

"Apa salahku?" Lukas membalik meminta penjelasan.

"Dia perempuan, dan kau pria." Emil menunjuk bergantian antara rumah [Name] dan Lukas.

Lukas diam meresapi jawaban adiknya. "Eh? Dia ... wanita?" Sekarang mata indigo-nya menuju ke rumah [Name]. Betapa kagetnya Lukas.

Emil menghela napas, lantas pergi meninggalkan kakaknya.

•∆•

"Gawaaaat! Tetanggaku aneh, dia juga mesum! A-aku harus berhati-hati!" -[Name]

"Kenapa dia tidak bilang dia wanita? Tapi, dia memang pakai rok, tapi Allistor juga pernah pakai." -Lukas

...

Bersambung...

A/n:

Hai, kalian semua! Aku bawakan Norway x Reader. Ada si Iceland juga wkwk. Seperti biasa, romance comedy~

Enjoy! Xoxoxoxo

Tetangga Baru (Lukas Bondevik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang