Chapter 3

767 124 45
                                    

[Name] terengah-engah setelah berjalan dari halte ke rumah. Belum sampai rumah sih, dia sedang berteduh di bawah pohon rindang. Ia mengelap keringat dengan sapu tangan. Betapa segarnya angin serta teduhnya naungan pohon, [Name] perlahan duduk sambil bersandar. Saat melihat ke atas, [Name] tertegun melihat buah mangga yang bermekaran di ranting-ranting pohon.
"Huah! Mangga!" [Name] bangkit berdiri.

"Kau mau?"

"Eh?" [Name] menengok karena ada suara seseorang.

"Kau mau?" Orang itu—Lukas—mengulangi pertanyaannya.

[Name] kebingungan, saat sadar pohon itu ternyata bagian dari halaman rumah Lukas.

"Ma-maaf!" [Name] sangat malu karena berteduh di halaman orang lain, padahal rumahnya tinggal beberapa langkah lagi.

"Oh, namaku Lukas Bondevik. Kita belum kenalan." Mumpung ingat, Lukas buru-buru mengulurkan tangan.

"Ah, iya ...." [Name] meraih tangan tersebut. "Namaku [Name] [Full name]."

Setelah usai berjabat tangan, Lukas kembali bertanya, "Kau mau mangga?"

"Ti-tidak usah! Sekarang memang musimnya, ya, a-aku tidak menyadarinya." [Name] mengutuk jadwal padat di kampus. 

"Kalau begitu, mau?"

"Ti-tidak usah. Aku mau pulang saja."

"Jangan sungkan, mari aku ambilkan." Lukas berjalan ke pohon sambil melempar tas kerja ke sembarang arah. Ia menaiki pohon dengan sangat hati-hati, saat sudah berada di atas dia mulai memetik beberapa buah dan dilemparkan pada [Name]. "Tangkap!"

"Oke!" [Name] mau tak mau meladeni Lukas, tapi hatinya benar-benar senang dapat buah gratis.

Setelah terkumpul sepuluh, [Name] sangat gembira dan meminta agar Lukas segera turun.

"[Name], aku tak tahu caranya turun, jadi dari sana tolong tangkap aku!" Lukas sudah bersiap-siap mau lompat.

"JANGAN!" Akan jadi sesuatu jika seseorang melihat Lukas melompat dan [Name] menerima Lukas.

Pada akhirnya, Lukas dapat turun saat [Name] membawa tangga dari rumahnya.

•∆•

"Ini puding mangga buatanku dan ibu dari mangga yang kau berikan kemarin!" [Name] menyodorkan satu piring besar puding mangga dengan wajah ceria.

"O-oh ...." Lukas menerimanya sangat hati-hati—puding itu agak bergoyang, kalau salah sedikit dapat meloncat dari piring.

"Silakan dimakan bersama keluarga!" [Name] memberikan polesan terakhir; senyuman ceria. Lukas tertegun menatap itu, hanya dengan mangga, [Name] bertindak padanya seolah sudah saling kenal sejak kecil.

"Terima ... kasih." Lukas cepat-cepat berkata saat [Name] memakai sendal.

"Sama-sama. Dimakan, ya!" [Name] kembali ke rumah dengan hati yang gembira.

Lukas tertawa kecil, ia kembali masuk ke dalam rumah. Di dalam ia disambut empat orang dengan siulan, tatapan mata takjub, serta pandangan genit.

"Ada apa? Kalian mau?" Lukas melirik puding dengan rasa-rasa kesal.

"Tidak usah, aku tak suka mencicipi puding cinta!" Mathias menahan wajah mengejeknya.

"Un, selamat." Tetapi, Berwald malah memberikan selamat.

"Aku sudah kenyang." Emil kembali memasuki ruang keluarga.

"Hee! Enaknya~ kalau boleh aku juga mau, sih!" Hanya Tino yang polos. Segera, Mathias dan Berwald menyeret Tino ke ruang keluarga.

"Puding ... cinta?" Lukas menunduk menatap puding saat semua temannya kembali ribut di ruang keluarga. "Ini kan bentuknya bulat, bukan cinta."

•∆•

"Eksperimen puding mangga, berhasil!" -[Name]

"Pudingnya enak. Sisakan sesendok buat Emil." -Lukas

...

Bersambung...

Tetangga Baru (Lukas Bondevik)Where stories live. Discover now