Chapter 7 [END]

731 115 14
                                    

"Antarkan ini pada tetangga kita, ya, [Name]." Ibu dengan berseri ceria menyodorkan bingkisan berisi kue yang masih terasa hangat di tangan [Name].

"Maksud ibu, kepada Lukas?" [Name] memastikan pada siapakah kue ini dituju.

"Tentu. Kamu pikir pada siapa lagi? Cepat antarkan, selagi masih hangat. Dan juga titipkan salam dari ibu, ayah juga adikmu pada Lukas, ya."

Ibu berbicara riang seolah pernah berjumpa dengan Lukas. Sepanjang pengetahuan [Name], hanya dirinya sajalah dari keluarga rumah ini yang bercengkrama dengan Lukas-itupun serangkaian kebetulan belaka.

"Baiklah. Jangan lupa kado natalku, ya." [Name] berbalik hendak menggapai kamar.

"Tenang saja~" Ibunya [Name] benar-benar tipikal yang ceria. Ayahnya apalagi, sangat penyayang. Di umur [Name] yang sudah dewasa ini, ayah menyelinap ke jendela kamar sebelum malam natal-kemarin-untuk menyelipkan catatan hadiah agar [Name] menuliskan keinginannya di sana. Itu tentu sangat menyeramkan bagi [Name], tapi ayahnya sangat gembira mengetahui catatan hadiahnya di isi.

Kembali lagi pada [Name], ia sudah rapi dengan stelan santai. Sekarang masuk petang, apakah [Name] yang lama berdandan? Ataukah ibunya sengaja mengambil waktu petang? Yang pasti, salju mulai berjatuhan, dan ini tampak dingin. Untung saja [Name] mengenakan jaket tebal, ia pun mulai berjalan agar langit tak sampai gelap gulita.

Sebelum menginjakkan kaki di depan pintu rumah Lukas, [Name] mengamati cahaya yang menyorot dari dalam. Sungguh warnanya sangat indah, untuk melihatnya di petang hari membuat [Name] berani berjalan pulang nantinya.

Tepat saat [Name] di depan pintu, pintu tersebut terbuka, dan saat [Name] masuk karena saking bingungnya ... lampu tiba-tiba padam.

[Name] refleks menjerit, ia tak suka suasana mencekam! Horor! Apalagi gelap! Ia takut, menjangkau rumahnya hanya membuat matanya memburam oleh air mata. Ia ingin meminta tolong, tapi suaranya hanya sebatas di kerongkongan.

"Siapa saja! Tolong aku!" [Name] menutup mata serta menjerit di hati.

"Sssst. Hanya pemadaman sebentar. Aku di sini, [Name]." Ada suara Lukas.
"Lukas!" jeritan tadi yang tertahan di kerongkongan pun lepas.

"Iya, [Name]?"

"Ka-kau di mana?"

"Di sini." Lukas menarik [Name] agar kepala [Name] bersandar di dadanya. "Aku ada di dekatmu sejak awal."

[Name] lantas senyap, ia merasa ini mimpi.

"Aku kebetulan sedang membuat pesta natal kecil-kecilan. Tino melihatmu berjalan ke sini, jadi aku membuka pintu untuk mengejutkanmu. Tapi, siapa sangka akan padam begini. Padahal, aku sudah bayar tagihan listrik bulan ini." Suara Lukas yang tenang dan terdengar sangat dekat itu menenangkan hati [Name].

[Name] terkekeh karena rasa takutnya hilang begitu Lukas menemaninya. Dan bagi Lukas, kekehan [Name], ialah suntikan agar bibirnya membentuk senyuman.

Tak lama dari itu ... lampu pun bersinar.

"Ahh! Sudah menyala, Lukas!" [Name] lantas menjauh dari Lukas, kemudian menatapnya langsung.

Tapi ...

Tapi ada yang berbeda.

Lukas tengah memakai kostum beruang putih.

Pantas saja tadi [Name] merasa suara Lukas agak berbeda.

"Kau ingin boneka, bukan?" Lukas membuka topeng berbentuk kepala beruang yang ia masukan persis seperti memasukan helm.

"I-itu ...." [Name] gelagapan melihat betapa lucunya Lukas.

"Mathias bilang, tak seru jika boneka pemberianku saja yang kau peluk. Jadi, mulai sekarang, jika kau takut atau sedih, peluklah aku." Lukas mengatakannya sedatar biasanya. Entah karena itu pula, jantung [Name] memompa.

"Marry Christmas, [Name]." Lukas melebarkan tangan.

"Ma-Marry ...." [Name] sengaja menyimpan kue di meja, kemudian mendekatkan diri dan bersandar kembali di dada Lukas. "... Mary Christmas."

Selanjutnya, Lukas yang memeluk [Name]. Wajahnya bersemu, serta senyuman kecil mulai tampak kembali.

"Wahh, mereka berdua cocok sekali!" Tino mengintip paling pertama.

"Kau benar." Diikuti Berwald

"Hihi. Haruskah kita kacaukan?" Mathias hampir ke luar dari ruang tamu jika Emil tak menariknya.

"Awas kalau kalian ganggu Lukas dan [Name], kalian tak boleh ke sini lagi."

•∆•

"A-aku tak paham betul maksud Lukas. Tapi, ini seperti kita bukan hanya sekadar tetangga saja, kan?" -[Name]

"Tunggu sebentar, [Name], orang tuaku akan tiba sebentar lagi. Mari kita serius!" -Lukas

...

TAMAT

...

Tetangga Baru (Lukas Bondevik)Where stories live. Discover now