chapter 15

201 45 13
                                    

-Death Melody-
.
.
.

"Yume, siapkan snipermu! Kita buat para hama ini menyesal pernah dilahirkan di dunia ini!"

"Tunggu! Taichi! Eh... anu, itu terlalu berlebihan!" seru Nashiro memperingatkan.

Oh, jadi namanya Taichi ya?

Untuk sekarang, akan aku panggil lelaki sadis itu Taichi.

Taichi  menggertak menatap Yume dengan kesal. "Yume! Kemana sikap kerenmu yang dulu sering kau tunjukkan? Kau jadi pengecut karena arwah payah seperti dia!?"

"TAICHI!" teriak Nashiro dengan tangan mengepal kuat, pipinya mengembang dan merah. Taichi yang menyadari itu langsung bungkam seketika.

"Yu-yume, maaf." ucap Taichi terbata-bata, tangannya mencoba mengelus pipi Nashiro yang sudah basah akan air mata. Tapi dengan sekuat tenaga, Nashiro menepis tangan Taichi dengan kasar.

"AKU BENCI KAU, TAICHI!" teriak Nashiro, Nashiro melirikku sesaat dan berlari kencang menjauhi kami semua. Aku cukup heran dia bahkan tidak menyadari keberadaan Naoki, apa perasaannya sungguh-sungguh?

Taichi menatap kepergian Nashiro lalu menatapku tajam.

"Kau..." tangan Taichi menarik kerah bajuku dengan kasar, walau seharusnya tembus. Ia menatapku tajam membuatku merasa canggung sekaligus tidak mengerti.

"Anu... te-tenang dulu, tuan!" ujarku sambil mengangkat kedua tanganku pertanda aku menyerah.

Klek

Suara senapan itu terdengar ganda, aku melirik ke belakang Taichi, Ichiro dan Naoki mengarahkan senjatanya masing-masing ke arah Taichi.

"Cih!"

Taichi melepaskan kerah bajuku dengan kasar membuatku nyaris terbanting.

"Jika kau berani menyentuh Yume, lihat saja akibatnya!"

Taichi berbalik dan berjalan dengan hentakan kaki yang cukup kuat, ya mungkin kode kalau dia marah.

"Tunggu!" seruku, membuat Taichi segera menghentikan langkahnya dan berbalik menatapku tajam. "Bagaimana jika aku menolak?"

"Apa maksudmu!?"

Aku menyeringai kecil, meski yang aku lukis sekarang adalah 100% ekspresi jahil. "Maksudku, buka matamu! Nashiro menyukaiku! Bukan kau! Dia jelas-jelas membencimu, kita tidak perlu melakukan reka ulang kejadian, kan?" hinaku sambil menatap Taichi rendah.

Di luar perkiraanku, Taichi tersenyum kecil lalu menatapku santai. "Hah, lihat siapa yang berbicara. Sadarlah sedikit posisimu ARWAH"

Deg.

Entah kenapa, aku benar-benar merasa tertampar dengan perkataan Taichi. Aku ingin sekali protes, membela diriku, atau mengejeknya dengan nada yang lebih merendahkan... sangat merendahkan sampai membuat harga dirinya hancur, tapi hal itu seakan tertahan di tenggorokanku.

"Arwah payah sepertimu, sebaiknya kembali ke kuburan sana! Kalian kan memang sudah sepatutnya tidak berada di dimensi ini, kalian hanya mengotori udara!"

Death Melody [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang