chapter 24

153 30 19
                                    

-Death Melody-
.
.
.

"FUMIKO AWAS!" teriakku memperingatkan, tapi terlambat, Kiriyami mengarahkan telunjuknya pada Fumiko dan seketika keluar laser biru dari jarinya, itu keren. Tapi aku sangat tidak ingin mengakuinya.

Sriiiiing

Napasku tertahan seketika. Laser itu diam, aku menatap laser itu kuat, hingga sebelah mataku berubah menjadi biru.

"Kekuatanku akhirnya berguna!" kataku sambil menatap puas pada Kiriyami.

Kiriyami berkacak pinggang dan kembali menyeringai seolah yang aku lakukan barusan bukanlah apa-apa. "Yah, kau salah saat mengira Fumiko sudah aman."

SYUUUUUT

Berbeda dengan tadi, ini adalah sebuah laser yang lebih ganas, aku tahu itu saat laser itu meledak, maksudku meledak tepat setelah mengenai Fumiko.

"FUMIKO!" jeritku, Kiriyami tertawa seakan membalas kata-kataku barusan. Aku berlari mendekati Fumiko, dan itu membuat aku seakan kehabisan napas untuk ke-sekian kalinya.

Fumiko terbaring, dengan kepala yang terluka lebar bersimbah darah, gitarnya rusak beberapa senarnya putus. Dan matanya tertutup rapat, aku menyadari satu hal saat melihat Fumiko.

Apa Fumiko juga menyusulku?

Aku menangis, benar-benar menangis. Berteriak dan menjerit, seperti manusia normal yang kehilangan orang yang disayanginya. Tanganku melemah, aku sudah tidak memiliki emosi apapun pada siapapun lagi, pada Kiriyami atau pun Kamiro, aku sudah lelah.

Aku telah kehilangan orang-orang yang berharga bagiku.

"Semua karena aku tidak bisa melindungi kalian! Ini salahku!" sesalku di sela-sela tangisku.

Kamiro menatapku dengan mata berkaca-kaca, aku bersumpah aku akan lakukan apapun jika aku boleh mengirimnya ke neraka. Diam dan menatapku iba, ini tidak lucu lagi! Ini bukan lelucon!

Aku tidak bisa mencegah tangisanku, air mataku tak henti-hentinya turun dan bahkan membuat aku sesenggukan.

"Ah, gadis yang baik, andai saja dia agak menurut padaku, mungkin aku akan mengampuni nyawanya." cetus Kiriyami sambil tertawa kecil, aku hanya menatapnya dengan geram terlalu lelah untuk berdebat dengannya.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku diam, diam dan menangis seperti seorang pecundang.

"Jangan bercanda, sialan..." Kamiro menggantung kalimatnya, tangannya memegang snipernya dengan yakin, kilatan matanya membuat ia terlihat kembali seperti semula, benar-benar ekspresi yang sempurna. "Kami tidak sudi menerima pengampunan dari pengkhianat sepertimu!"

Kamiro membidik snipernya, bunyi tembakan mewarnai suara di udara, tapi tidak satu pun dari pemuru Kamiro yang berhasil mengenai Kiriyami. Berkali-kali aku melihat Kamiro berpindah tempat dengan kekuatan teleportnya.

Kamiro menghela napas dan memandang lemah snipernya lalu membantingnya seperti sebuah rongsokan.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan? Kau sangat berbiat mati, ya?" teriakku kesal. Tapi rasa kesal itu langsung tertutup setelah aku melihat apa yang Kamiro lakukan.

Detik berikutnya, semua mengejutkan. Kamiro berlari mendekati Kiriyami, dengan kekuatan teleportnya, aku bahkan tidak bisa melihat kapan ia sampai tepat di depan Kiriyami.

BUGH!

Kiriyami terbatuk setelah menerima tinjuan dari Kamiro, serangan jarak dekat yang sangat tidak terduga. Melihat arwah yang saling bunuh membunuh itu agak.... aneh.

"Bodoh sekali saat kau pikir bisa membunuhku!" bola mata Kiriyami menggelap seketika menambah atmosfer gelap pada gedung ini, dengan satu cengkraman ia berhasil mencekik Kamiro hingga Kamiro terengah-engah.

Death Melody [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang