3; Dosa Anto

28.7K 618 34
                                    

Sebuah mobil melaju kencang dari arah surabaya menuju malang. Mobil seharga milyaran rupiah itu ditumpangi anak orang kaya yang dosanya sampe ke ubun-ubun. Anak itu duduk manyun di bangku penumpang di belakang supir yang sedari tadi hanya fokus ke jalanan yang ada di depan mereka. Si supir juga sebenarnya rada malas membawa penumpangnya ini, jika anak itu bukanlah anak bosnya mungkin sudah dibuang ini anak ke hutan.

Dengan tatapan yang kosong, dia memandang ke luar jendela mobil yang melaju kencang melewati beberapa hutan pinus. Pemandangan yang jauh berbeda dari Jakarta, tempat lahir dan besar si anak tersebut. Disampingnya, ada seorang wanita paruh baya yang sedang membuka Ipadnya dan membaca berita dan gossip hangat terbaru. Tampak dia sedang acuh terhadap anak lelaki yang sedari tadi manyun tak tentu di sampingnya.

Mobil menembus berbagai perkampungan kumuh yang membuat anak itu ngeri hanya dengan melihatnya saja. Tidak terbayang bagaimana rasanya jika harus tinggal di tempat terpencil seperti ini, tidak ada internet, tidak ada tv kabel, dan entah listrik ada atau tidak di tempat dia tinggal nanti. Berbagai prasangka mengenai keterbelakangan tempat tinggalnya nanti membuat anak itu bersuara, merengek berharap dikasihani oleh wanita paruh baya itu.

"Bunda, Anto memang harus banget ya tinggal di pesantren?" tanya anak lelaki yang bernama lengkap Ananda Tauriqh itu kepada Ibunya yang sedari tadi mengacuhkan dia.

"Bunda ga bisa berbuat apa-apa nak, ini sudah keputusan akhir Abah dan keluarga kita. Lagian kamu sendiri kenapa sih harus kayak gitu, kamu gatau itu salah ya?" tanya wanita itu kemudian.

"Memangnya kenapa bunda? Jadi bunda ikut-ikutan bilang aku haram? Najis? Menjijikan? Iya?" ucap Anto dengan suara yang makin meninggi di setiap perkataannya.

"Bunda tanya deh sama kamu, kamu pernah belajar tentang umat nabi luth ga di Al-Quran? Kamu tau ga apa dosa mereka sampai akhirnya Allah membinasakan mereka? Dosa mereka itu sama kayak dosa yang kamu lakukan dan itu yang membuat Abah mengirim kamu ke pesantren, biar kamu belajar mengenai dosa yang sudah kamu lakukan itu" ucap wanita kepada Anto.

"Memangnya salah aku cinta sama laki-laki? Salah? Aku ga ngerti lagi sama orang tua kayak Abah sama Bunda. Ngebuang anaknya ke pesantren karena takut malu punya anak kayak aku kan?" tanya Anto balik kepada wanita itu.

"Iya! Bunda malu punya anak Gay kayak kamu, apalagi kamu pacarin pak Yayat. Satpam kita yang sudah beristri dan punya anak, coba bayangkan kalau istrinya tau kamu jadi selingkuhan suaminya, bukan bunda aja yang malu, satu rumah juga bakalan malu, termasuk pak supir ini, iyakan pak?" ucap wanita itu sambil bertanya kepada supir yang mengemudikan mobil mereka tersebut.

"Be-benar bu" jawab si supir.

"Halah pak, kemarin pas saya isepin titit bapak, kok bapak minta nagih?" ucap Anto spontan kearah supir tersebut. Spontan si supir melongok ke arah kaca spion tengah yang mengarah ke wajah Anto langsung.

"Udah deh, bapak ga usah ikut-ikutan. Apa perlu saya ceritain gimana bapak tidurin saya tiap hari pas bapak nganterin saya ke sekolah? Apa perlu saya ceritain gimana bapak gulir saya sama temen-temen supir bapak lainnya ke bunda?" ucap Anto kesal. Si supir hanya bisa terdiam, begitu juga dengan bunda-nya yang shock mendengar ucapan dari anaknya tersebut. Tak disangka olehnya, anaknya bisa semurah ini, lebih murah dibandingkan pelacur.

"Dan asal bunda tau ya, bunda ga pernah bisa mengubah arah angin. Apapun halangannya, angin pasti akan tetap dapat masuk melewati halangan tersebut. Semoga bunda ngerti maksud aku, apalagi di pesantren itu kan laki-laki semua dan aku jauh lagi dari rumah"ucap Anto kemudian.

Wanita hanya bisa terdiam, dia memikirkan baik-baik setiap perkataan anaknya dan mulai menarik logika dari setiap kata. Apakah ini berarti bahwa apa yang diputuskan oleh mereka akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri? Niat hati untuk mengubur bangkai, eh tau-taunya malah membawa bangkai ke permukaan.

GURU NGAJI ANTO [ON GOING]Where stories live. Discover now