19 | Bertemu dengan Kipps

733 93 15
                                    

19 | Bertemu dengan Kipps

Keesokan harinya aku terbangun dalam keadaan kepala yang terasa berat. Kedua mataku sembab dan hidungku tersumbat. Sulit sekali rasanya untuk menatap ke sekeliling kamar tidurku, karena saat ini aku merasa kantung mataku penuh sekali.

Aku pun berusaha bangkit dari kasur, lalu beranjak ke cermin.

Aku sampai menyumpah pelan dalam hati ketika melihat wajahku yang sangat-sangat berantakan. Mataku benar-benar sembab sehingga terlihat sipit seperti orang China.

Aku memejamkan kedua mata dan mengingat kembali apa yang telah terjadi semalam. Ah ya, aku menangis di sepanjang jalan sambil sesekali menyebar bubuk besi ke arah hantu yang berusaha mendekatiku di saat aku melangkah sesenggukan menuju ke rumah. Semalam aku juga menangis di atas kasur sambil menutup wajahku dengan bantal untuk meredam suara isakan tangisku.

Tadi malam benar-benar malam yang berat dan sulit bagiku.

Aku menguap sebentar, kemudian duduk di depan cermin dengan posisi kepala yang menelusup di sela-sela tumpukan kedua lenganku.

Sebaiknya hari ini aku mengunjungi Kipps.

__¤__

Tidak ada lagi orang yang bisa aku ceritakan tentang keluh kesahku. Dulu Kipps selalu ada di saat aku membutuhkan seorang teman yang mengerti akan keadaan diriku, tapi saat ini aku mengunjunginya ke kantor polisi bukan untuk bercerita tentang semalam, melainkan untuk mendengarkan penjelasan mungkin mau ia berikan.

Dan akhirnya aku tiba di kantor polisi tepat pukul sebelas menjelang siang. Kantor polisi yang terlihat sangat besar dan megah dari luar, namun di dalamnya menyimpan dan mengurung banyak kejahatan.

Aku bahkan masih tidak percaya Kipps ada di dalam sana. Mendekam di salah satu sel penjara dan menjadi bagian salah satu dari mereka yang berbuat 'kesalahan'.

Ada dua opsir bersenjata yang berjaga di kedua sisi pintu ganda utama. Mereka berdua terlihat sangat serius menatap ke depan sampai aku berdiri dan mengkonfirmasi kedatanganku.

Mereka mengizinkanku dengan syarat harus melapor ke bagian loket konfirmasi ingin menjenguk salah satu narapidana.

Dan untung saja ada satu orang petugas yang mengantarku melewati banyak ruangan bersekat berisi orang yang bercakap-cakap dengan satu narapidana. Setiap pintu ruangan terbuat dari besi dan berkeamanan tinggi. Aku rasa mereka yang ingin menjenguk kerabat atau teman di kantor polisi ini harus masuk ke dalam ruangan bersekat itu.

Hingga tibalah aku di dekat loket konfirmasi, namun langkahku segera terhenti ketika melihat sosok Sir Raffles sedang berbicara dengan salah satu bawahannya. Raut wajahnya terlihat sangat serius sambil menjelaskan entah apa yang ada di dalam berkas yang ia pegang.

"Sir Raffles?" Aku berucap bukan seperti memanggil, tetapi lebih seperti nada bertanya.

Sir Raffles segera menoleh dan menatap datar ke arahku. Tatapan datar yang sama seperti melihat orang asing ingin berbuat jahat di dalam kuasanya. "Ya? Siapa kau, nona? Apa kau tersesat?" Sir Raffles menghujamku dengan berbagai macam pertanyaan.

Aku menoleh ke belakang dan ternyata petugas yang mengantarku ke loket tadi telah pergi.

"Aku Lou Length. Salah satu anggota tim yang di pimpin oleh Raphael dan aku tadi hendak ke loket konfirmasi untuk ber--"

Lou LengthWhere stories live. Discover now