Chapter 16 - Scream and Silent

18.6K 1.4K 63
                                    

Home?

My dear God.

Selalu begitu. Ini kedua kalinya aku mendengar kata menenangkan itu dari Oliver, home. Jelas itu rumahnya yang dia maksud, pertanyaan besarku adalah, kenapa dia menyebut kata itu untukku yang jelas aku tidak tinggal di sana atau bahkan memiliki rumah besarnya itu?

Apakah itu pertanyaan yang penting di saat situasi seperti ini?

Mungkin apa motif dia menyelamatkanku, juga apa yang terjadi padanya, adalah hal yang lebih penting kutanyakan. Ya, tentu saja aku begitu penasaran dengan dua hal itu.

Pandangan Oliver tidak lagi ke arahku namun jalanan di depanku, seperti tidak peduli aku duduk tepat di depannya masih menatapnya.

Beberapa pertanyaan yang aku ajukan tentangnya, belum dijawabnya. Kini aku ragu, apa dia akan menjawab pertanyaanku selanjutnya. Hei, apa aku harus melakukan hal lain yang memungkinkanku mendapatkan jawaban atas pertanyaanku? Namun apa itu?

Sesaat aku teringat kalimat Violet, dia belum pernah melihat Oliver membawa seorang gadis ke mansion-nya dan aku adalah yang pertama. Apa itu berarti aku istimewa atau dia memang terpaksa membawaku ke tempatnya mengingat kondisiku yang begitu buruk, ya, tidak sadarkan diri. Semakin aku berpikir, otakku semakin penuh bahkan aku tidak bisa berpikir dengan baik. Mana yang sebaiknya aku lakukan untuk menghadapi laki-laki dingin ini?

"Oliver."

"Ya," jawabnya dingin seperti biasanya.

"Bagaimana kamu mengenal Ace?"

Pertanyaan ringan atau berat? Oh God, aku tidak bisa membedakan itu sekarang. Dia begitu sulit untuk ditebak.

"Aku tidak mengenalnya."

Thank God, setidaknya dia menjawab pertanyaanku walau dengan cepat dia mengalihkan pandangannya dariku setelah menjawabnya.

"Dan telepon itu? Apa itu hanya permainan kecilmu?
Menelpon Ace saat bodyguard itu meng.."

"Ya," potongnya cepat tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya.

Okay, tidak masalah selama dia masih menjawab pertanyaanku. Dan, ya, tidak heran jika jawabannya adalah iya, hei, dia genius hacker, aku tidak lupa akan keahliannya yang satu itu.

Sesaat kembali hening, kembali berpikir untuk pertanyaan berikutnya. Oh God, baru kusadari, tanganku tidak lagi diam, namun bergerak pelan di bagian dada bidangnya. Entah apa mauku?

"Oliver?" aku berhenti, menunggu dia menatapku, mungkin dia tahu aku menunggunya hingga aku mendapati mata gelapnya menatapku, "kenapa kamu menolongku?"

Masih dengan tatapan dinginnya, belum bersuara lagi. Perlahan aku kembali mengelus rahangnya.

"Oliver?" lirihku, "tell me."

Mungkin aku sudah tidak sabar lagi, juga tidak tahan lagi, apa lagi melihat wajahnya yang selalu terlihat begitu tampan sekarang, lagi, dengan bodohnya aku mendekatkan wajahku, bukan ke wajahnya namun ke telinganya.

"Apa kamu mengkhawatirkanku?" bisikku tepat di telinganya.

Beberapa saat aku masih pada posisiku, menunggunya untuk bersuara atau setidaknya memberiku sebuah anggukan pelan atau mungkin menggeleng. Sayangnya, tidak ada apapun. Seperti terhipnotis akan dirinya, aku masih tidak bergerak, ya, aku mencium aroma maskulin yang selalu memabukkanku itu.

Apa benar aku sudah terlarut akan aroma itu?

Yang kulakukan sekarang satu, seperti gadis tidak bermoral diluar sana, aku mulai mendekatkan wajahku ke leher kokohnya, membenamkan wajahku di sana. Tidak hanya diam, namun dengan bibirku yang bergerak pelan, mencium kulit liatnya itu.

The Damn Demigod - #bountyhunterseries 1.0 [✅] 🔚 Donde viven las historias. Descúbrelo ahora