Chapter 30 - Instinct and Fearless

15K 1.2K 19
                                    

This is it.

Aku yakin berada di gedung yang tepat. Di mana Oliver berada di dalamnya. 

25th floor.

Dengan cepat aku menekan angka itu saat memasuki lift di gedung ini. Bukan di lantai itu Oliver berada. Satu lantai lebih atas, 26th floor lebih tepatnya. Aku sengaja menekan angka 25. Satu yang aku tuju setelah keluar dari lift, tangga darurat. Tanpa membuang waktu aku mempercepat langkahku, menaiki tangga darurat.

Pandanganku tidak beralih dari layar ponselku sedari tadi. Sebuah ruangan di lantai 26 yang aku lihat. Oh God, entah bagaimana caranya untuk memasuki ruangan itu, otakku serasa beku. Berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi padanya.

Bodohnya, aku tidak melaporkan ke siapa pun dengan apa yang aku lihat. Berpikir beberapa kali untuk melakukan itu. Pasalnya aku tidak mengetahui apa itu baik bagi Oliver nantinya jika aku melaporkan ke kepolisian federal, misalnya. Mengingat aku sendiri tidak mempercayai mereka lagi setelah kejadian yang menimpa orang tuaku. Sebaliknya, aku meminta pertolongan seorang bounty hunter dengan track record mengagumkan, itu yang aku tahu. Dan ya, aku masih yakin akan hal itu hingga kini, walau dia mengatakan ada yang lebih baik dari dia, namun bagiku dia tetap yang terbaik, apa lagi dengan segala sikap lembutnya terhadapku setelah aku bersamanya, entah apa sebutan yang tepat untuk situasi kami itu. Mungkin dia dingin, namun apa yang salah dengan itu? Ya, sepertinya aku tidak bisa mengubah hal itu dalam dirinya. Could I?

Aku berhenti sesaat, masih berada di depan pintu darurat di lantai 26. Jantungku masih berdetak begitu cepat sekarang. Bukannya aku tidak ingin melanjutkan apa yang telah aku mulai dengan mendatangi tempat ini, namun aku menunggu kesempatan untuk dapat memasuki ruangan itu.

Dua menit aku menunggu. Tanpa sadar tanganku meremas kuat kaos longgar yang aku pakai di bagian ujung. Takut, itu yang aku rasakan. Namun, aku sadar, sekarang bukan saat yang tepat untuk itu.

Langkahku cepat ketika seseorang terlihat mendekati pintu keluar di dalam ruangan itu. Aku masih berjalan santai melewati lorong tanpa menatap sedikit pun laki-laki yang berjalan melewatiku. Detik selanjutnya, aku membuka pintu itu. Belum ada alarm yang berbunyi saat aku membuka pintu itu dan masuk begitu cepat ke dalam ruangan, lalu bersembunyi di balik lemari kayu besar hingga tubuh kecilku tertutup dengan sempurna.

Itu benar, tidak ada seorang pun yang melihatku memasuki ruangan. Aku sudah memperkirakan hal ini sebelumnya. Ya, beberapa orang yang terlihat di layar ponselku tidak berada di ruangan yang sama denganku, melainkan satu ruangan tertutup lain, yang aku belum dapat melihatnya sekarang.

Kurasakan jantungku yang berdetak semakin cepat. Mereka tidak lagi diam, namun berjalan pelan ke arahnya, terlihat begitu jelas di ponselku. Seperti video streaming, mataku tidak berkedip sedikit pun dari layar ponselku.

Otakku bekerja dengan keras sekarang. Apa yang dapat aku lakukan untuk menolongnya. Mungkin aku belum bilang dengan apa yang sedari tadi terlihat di layar ponselku. Oliver, dia duduk begitu tenang, walau kedua tangannya terikat, terborgol ke belakang lebih tepatnya. Tidak hanya tangannya, tetapi juga kedua kakinya. Entah apa yang dia lakukan hingga dia terjebak di dalam sana. Bukan satu atau dua orang yang berada di depannya namun sepuluh orang dengan pistol masing-masing di tangan mereka yang terarah tepat ke kepalanya.

Apa mereka semua orang di balik kematian orang tuaku?

Atau, mereka adalah para bodyguard yang melindungi tuannya yang tidak lain adalah orang yang dicari oleh Oliver saat menjalankan misinya?

Satu keanehan di sini, Oliver tidak bergerak sama sekali hanya menatap mereka tanpa mengatakan apa pun. Apa dia merencanakan sesuatu dan menunggu saat yang tepat? Apa pun itu, aku berharap dia selamat. Hei, dia tidak semudah itu tertangkap!

The Damn Demigod - #bountyhunterseries 1.0 [✅] 🔚 Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum